Tuesday 26 March 2013
Vagina Mbak Wati Tukang Jamu
Seks Bugil Aku lama-lama menyukai tempat tinggalku, Meski harga
kontraknya naik terus setiapkali kuperpanjang kontraknya. Tempat ku ini
sangat strategis di dalam gang hanya ada rumah ku. Meski pengap karena
dikelilingi tembok tinggi, tetapi aku suka, karena tak ada orang yang
bisa melihat kegiatanku dan aku jadi merasa bebas.
Setelah Mia meninggalkan diriku . aku jadi jomblo. Mau pacaran aku malas
dengan basa-basi dan berbagai tuntutan. Untuk melampiaskan libido ku,
siapa saja yang kusenangi sering kubawa ke kamar yang istimewa ini.
Karena alamatnya rumit banyak lika-likunya, tidak satu pun temen cewek
ku yang berhasil mencari alamat ku.
Suatu hari saat aku baru membeli rokok di warung aku berpapasan dengan
penjual jamu yang cukup mengagetkan. Wajahnya manis dan bodynya bahenol
betul.
“Nggak salah ini orang jadi tukang jamu,” kata ku membatin.
"Mbak jamu" tegurku. Dia menoleh.
"Mau minum jamu mas ?” tanyanya.
“Iya tapi jangan di sini, ke rumah" ajakku dan dia ikut dibelakang ku.
Sesampai di rumah , si mbak melihat sekeliling.
“Wah enak juga tempatnya mas ya,” ujarnya.
"Mbak jamu apa yang bagus"
"Lha mas maunya untuk apa, apa yang mau untuk pegel linu, masuk angin atau jamu kuat"
"Kuat apa" tanya ku.
"Ya kuat segalanya" katanya sambil melirik.
"Genit juga si mbak" kata ku dalam hati.
"Aku minta jamu kuat lah mbak, biar kalau malam kuat melek bikin skripsi."
Tapi terus terang aku kurang mempunyai keberanian untuk menggoda dan
mengarahkan pembicaraan ke yang porno-porno. Sejak saat itu mbak jamu
jadi sering menghampiriku.
"Mas kemarin kemana saya kesini kok rumahnya dikunci. Saya ketok sampai pegel nggak ada yang buka."
"Oh ya kemarin ada kuliah sore jadi saya dari pagi sampai malam di kampus" kataku.
"Mas ini mas jamu kunyit asam, bagus untuk anak muda, biar kulitnya cerah dan jauh dari penyakit."
"Mbak suaminya mana ?" tanya ku iseng.
"Udah nggak punya suami mas, kalau ada ngapain jualan jamu berat-berat."
"Anak punya mbak ?"
"Belum ada mas, orang suami saya dulu udah tua, mungkin bibitnya udah abis."
Kami semakin akrab sehingga hampir setiap hari aku jadi langganannya.
Kadang-kadang lagi nggak punya duit, dia tetap membuatkan jamu untuk ku.
Dia pun sudah tidak canggung lagi masuk ke rumah ku. Bahkan dia sering
numpang ke WC. Mbak Wati, begitulah dia mengaku namanya setelah beberapa
kali mengantar jamu . Dia kini memasuki usia 27 tahun, asalnya dari
daerah Wonogiri. Mbak Wati menganggap rumah ku sebagai tempat
persinggahan tetapnya. Dia selalu protes keras jika aku tidak ada di
rumah.
Semula Mbak Wati mengunjungi ku pada sekitar pukul 13. Tapi kini dia
datang selalu sekitar pukul 5 sore. Kalau dia datang ke rumah ku jamunya
juga sudah hampir habis. Paling paling sisa segelas untuk ku. Rupanya
Mbak Wati menjadikan rumah ku sebagai terminal terakhir. Ia pun kini
makin berani. Dia tidak hanya menggunakan kamar mandiku untuk buang
hajat kecil, tetapi kini malah sering mandi. Sampai sejauh ini aku
menganggapnya sebagai kakakku saja. Karena dia pun menganggapku sebagai
adiknya. Sering kali dia membawa dua bungkus mi instan lalu direbus di
rumah ku dan kami sama-sama menikmatinya.
Sebetulnya pikiran jorokku sudah menggebu-gebu untuk menikmati tubuh
mbak Wati ini. Namun keberanian ku untuk memulainya belum kutemukan.
Mungkin juga karena aku tidak berani kurang ajar jadi Mbak Wati makin
percaya pada diri ku. Padahal wooo ngaceng.
Aku hanya berani mengintip jika Mbak Wati mandi. Lubang yang sudah
kusiapkan membuatku makin ngaceng saja kalau menikmati intaian. Tapi
bagaimana nih cara mulainya.
"Mas boleh nggak saya nginep di sini ?" tanya Mbak Wati suatu hari.
"Saya mau pulang jauh dan sekarang sudah kesorean, lagi pula besok saya
nggak jualan, capek., "katanya beralasan tanpa saya tanya.
"Lha Mbak, tempat tidurnya cuma satu"
"Nggak pa-pa, saya tidur di tiker aja. Mas yang tidur di kasur."
"Bener nih," kata ku, dengan perasaan setengah gembira. Karena kupikir inilah kesempatan untuk menyergapnya.
"Iya nggak apa-apa koq" katanya.
Tanpa ada rasa canggung dia pun masuk kamar mandi dan mandi sepuasnya.
Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali mengintainya.
Badannya mulus walaupun kulitnya tidak putih, tetapi bentuk tubuhnya
sangat sempurna sebagai seorang wanita. Sayang dia miskin, kalau kaya
mungkin bisa jadi bintang film, pikir ku. Teteknya cukup besar, mungkin
ukuran 36, pentilnya kecil dan bulu jembutnya tebal sekali. Mungkin ada
hubungannya dengan kumis tipis yang ada di atas bibirnya itu.Selesai
mandi, kini giliranku masuk kamar mandi dan membersihkan diri. Aku nggak
tahan , sehingga kesempatan mandi juga kugunakan untuk ngloco.
"Mas mandinya koq lama sekali sih, ngapain aja" tanyanya mengagetkan.
"Ah biasa lah keramas sekalian biar seger" kata ku.
"Itu saya buatkan kopi, jadi keburu dingin deh, abis mandinya lama banget."
Malam itu kami ngobrol ke sana-kemari dan aku berusaha mengorek informasi sebanyak mungkin mengenai dirinya.
"Mas suka di pijet nggak" katanya tiba-tiba.
"Wah nggak, nggak nolak" kata ku bercanda.
"Sini saya pijetin mas."
Tanpa menunggu terlalu lama aku segera menuju ke kamar dikuti mbak Wati
dan semua baju dan celana ku ku buka tinggal celana dalam. Kumatikan
lampu sehingga suasana kamar jadi agak remang-remang. Nggak nyangka sama
sekali, ternyata mbak Wati pinter sekali memijat. Dia menggunakan
cairan body lotion yang dibawanya untuk melancarkan mengurut. Aku
benar-benar pasrah. Meski ngaceng berat, tetapi aku nggak berani kurang
ajar. Cilakanya Mbak Wati ini tidak canggung sedikit pun merambah
seluruh tubuhku sampai mendekati si dicky. Beberapa kali malah ke
senggol sedikit, membuat jadi tambah tegang aja.
"Mas celananya dibuka saja ya biar nggak kena cream."
"Terserahlah mbak" kata ku pasrah . Dengan cekatan dia memelorotkan celana dalam. Sehingga aku kini jadi telanjang bulat.
"Apa mbak nggak malu melihat saya telanjang" tanya ku.
"Ah nggak apa-apa, saya dulu sering memijat suami saya."
"Dia yang ngajari saya mijet."
Tegangan ku makin tinggi karena tangan nya tanpa ragu-ragu menyenggol
kemaluan ku. Dia lama sekali memijat bagian dalam paha ku, tempat yang
paling sensitive dan paling merangsang. Mungkin kalau ada kabel di
hubungkan diriku dengan lampu, sekarang lampunya bakal menyala, orang
teganganku sudah mulai memuncak.Aku tidur telungkup sambil berfikir,
gimana caranya memulai. Akhirnya aku berketetapan tidak mengambil
inisiatif. Aku akan mengikuti kemana kemauan Mbak Wati. Kalau terjadi ya
terjadilah, kalau nggak yaa lain kali mungkin. Tapi aku ingin menikmati
dominasi perempuan atas laki-laki.
Setelah sekitar satu jam aku tidur telungkup, Mbak Wati memerintahkan
aku telentang. Tanpa ragu dan tanpa rasa malu dan bersalah aku segera
menelentangkan badan ku. Otomatis si dicky yang dari tadi berontak, kini
bebas tegak berdiri. Celakanya si dicky tidak menjadi perhatian Mbak
Wati dia tenang saja memijat dan sedikitpun tidak berkomentar mengenai
dicky ku. Kaki kiri, kaki kanan, paha kiri, paha kanan, kepala tangan
kiri, tangan kanan, lalu perut. Bukan hanya perut tetapi si Dicky pun
jadi bagian yang dia pijat. Aku melenguh.
"Aduh mbak"
"Kenapa mas" katanya agak manja.
"Aku nggak tahan, ngaceng banget"
"Ah nggak apa-apa tandanya mas normal"
"Udah tengkurep lagi mas istirahat sebentar saya mau ke kamar mandi sebentar."
Lama sekali dia di kamar mandi, sampai aku akhirnya tertidur dalam
keadaan telungkup dan telanjang. Tiba-tiba aku merasa ada yang
menindihku dan kembali kurasakan pijatan di bahu. Dalam keadaan setengah
sadar kurasakan ada seusatu yang agak berbeda. Kenapa
punggungku yang didudukinya terasa agak geli Kucermati lama-lama aku
sadar yang mengkibatkan rasa geli itu ada bulu-bulu apa mungkin Mbak
Wati sekarang telanjang memijatiku. Ternyata memang benar begitu. Tetapi
aku diam saja tidak berkomentar. Kunikmati usapan bulu jembut yang
lebat itu di punggungku. Kini aku sadar penuh , dan dicky yang dari tadi
bangun meski aku sempat tertidur makin tegang. Wah kejadian deh
sekarang, pikirku dalam hati.
"Balik mas katanya" setelah dia turun dari badan ku
Aku berbalik dan ruangan jadi gelap sekali. Ternyata semua lampu
dimatikannya . Aku tidak bisa melihat Mbak Wati ada dimana . Dia kembali
memijat kakiku lalu duduk di atas kedua pahaku . Ia terus naik memijat
bagian dadaku dan seiring dengan itu, jembutnya berkali-kali menyapu si
dicky. Kadang-kadang si dicky ditindihnya sampai lama dan dia melakukan
gerakan maju mundur.
Beberapa saat kemudian aku merasa mbak wati mengambil posisi jongkok dan
tangannya memegang batang si dicky. Pelan-pelan di tuntun kepala si
dicky memasuki lubang kemaluannya. Aku pasrah saja dan sangat menikmati
dominasi perempuan. Lubangnya hangat sekali dan pelan-pelan seluruh
tubuh si dicky masuk ke dalam lubang vagina mbak waty. Mbak Wati lalu
merebahkan dirinya memeluk diriku dan pantatnya naik turun, sehingga si
dicky keluar masuk . Kadang-kadang saking hotnya si dicky sering lepas,
lalu dituntunnya lagi masuk ke lubang yang diinginkan. Karena aku tadi
sudah ngloco dan posisiku di bawah, aku bisa menahan agar mani ku tidak
cepat muncrat. Gerakan mbak Wati makin liar dan nafasnya semakin
memburu.
Tiba-tiba dia menjerit tertahan dan menekan sekuat-kuatnya kemalauannya
ke si dicky. Dia berhenti bergerak dan kurasakan lubang vaginanya
berdenyut-denyut. Mbak wati mencapai orgasmenya yang pertama.
Dia beristirahat dengan merebahkan seluruh tubuhnya ke tubuhku.
Jantungnya terasa berdetak cepat. Aku mengambil alih dan membalikkan
posisi tanpa melepas si dicky dari lubang memek mabak wati. Ku atur
posisi yang lega dan mencari posisi yang paling enak dirasakan oleh
memek mbak Wati. Aku pernah membaca soal G-spot. Titik itulah yang
kucari dengan memperhatikan reaksi mbak wati. Akhirnya kutemukan titik
itu dan serangan terus ku kosentasikan kepada titik itu sambil memaju
dan memundurkan si dicky . Mbak wati mulai melenguh-lenguh dan tak
berapa lama dia berteriak, dia mencapai klimaks tertinggi sementara itu
aku juga sampai pada titik tertinggi ku. Dalam keadaan demikian yang
terpikir hanya bagaimana mencapai kepuasan yang sempurna. Kubenamkan si
dicky sedalam mungkin dan bertahan pada posisi itu sekitar 5 menit.
Kontolku berdenyut-denyut dan vaginanya mbak wati juga berdenyut lama
sekali.
"Mas terima kasih ya, saya belum pernah main sampai seenak ini."
"Saya ngantuk sekali mas."
"Ya sudah lah tidur dulu."
Aku bangkit dari tempat tidur dan masuk kamar mandi membersihkan si
dicky dari mani yang belepotan. Aku pun tidak lama tertidur. Paginya
sekitar pukul 5 aku bangun dan ternyata mbak wati tidur di samping
ku.Kuraba memeknya, lalu ku cium, tangan ku, bau sabun.
Berarti dia tadi sempat bangun dan membersihkan diri lalu tidur lagi. Dia kini tidur nyenyak dengan ngorok pelan.
Kuhidupkan lampu depan sehingga kamar menjadi agak remang-remang. Kubuka
atau kukangkangkan kedua kakinya . Aku tiarap di antara kedua pahanya
dan kusibakkan jembut yang lebat itu untuk memberi ruang agar mulutku
bisa mencapai memeknya. Lidahku mencari posisi clitoris mbak wati.
Perlahan-lahan kutemukan titik itu aku tidak segera menyerang ujung
clitoris, karena kalau mbak wati belum terangsang dia akan merasa ngilu.
Daerah sekitar clitoris aku jilat dan lama-lama mulai mengeras dan
makin menonjol.
“Mas kamu ngapain mas, jijik mas udah, mas" tangannya mendorong kepala
ku, tetapi kutahu tenaganya tidak sunguh-sungguh karena dia juga mulai
mengelinjang. Tangannya kini tidak lagi mendorong kepalaku, mulutnya
berdesis-desis dan diselingin teriakan kecil manakala sesekali kusentuh
ujung clitorisnya dengan lidahku.
Setelah kurasakan clitorisnya menonjol penuh dan mengeras serangan ujung
lidahku beralih ke ujung clitoris. Pinggul mbak wati mengeliat seirama
dengan gerakan lidahku. Tangannya kini bukan berusaha menjauhkan
kepalaku dari vaginanya tetapi malah menekan, sampai aku sulit bernafas.
Tiba-tiba dia menjepitkan kedua pahanya ke kepalaku dan menekan
sekeras-kerasnya tangannya ke kepalaku untuk semakin membenam. Vaginanya
berdenyut-denyut.
Dia mencapai klimak. Beberapa saaat kupertahankan lidah ku menekan
clitorisnya tanpa menggerak-gerakkannya. Setelah gerakannya berhenti aku
duduk di antara kedua pahanya dan kumasukkan jari tengah ke dalam
memeknya kucari posisi G-spot, dan setelah teraba kuelus pelan. Dengan
irama yang tetap. Mbak Wati kembali menggerakkan pinggulnya dan tidak
lama kemudian dia menjerit dan menahan gerakan tanganku di dalam
memeknya. Lubang vaginanya berdenyut lama sekali.
"Aduh mas ternyata mas pinter sekali."
"Aku kira mas nggak suka perempuan. Aku sampai penasaran mancing-mancing mas, tapi kok nggak nyerang-nyerang aku."
"Jadi aku bikin alasan macem-macem supaya bisa berdua sama mas."
"Aku segen mbak, takut dikira kurang ajar. Selain itu aku juga ingin menikmati jika didului perempuan."
"Ah mas nakal, menyiksa aku. Tapi aku suka mas orangnya sopan nggak kurang ajar kayak laki-laki lain."
"Mas tadi kok nggak jijik sih jilati memek ku. Aku belum pernah lho digituin. Rasanya enak juga ya."kata Mbak Wati.
Wati mengaku ketika berhubungan dengan suaminya yang sudah tua dulu
hanya hubungan yang biasa saja dan itu pun mbak wati jarang sampai puas.
Dia mengaku belum pernah berhubungan badan dengan orang lain kecuali
suaminya dan diriku.
"Pantes memeknya enak sekali, peret mbak," kata ku.
“Wong tukang jamu koq, yo terawat toh yo.”
"Sekarang gantian mbak, barang ku mbok jilati po'o. "
Aku ra iso he mas"
"Nanti tak ajari."
Mbak Wati mengambil posisi diantara kedua pahaku dan mulai memegang si
dicky dan pelan-pelan memasukkan mulutnya ke ujung ******. Dia
berkali-kali merasa mau muntah, tetapi terus berusaha mengemut si dicky
Setelah terbiasa akhirnya dikulumnya seluruh batang ****** ku sampai
hampir mencapai pangkalnya. Aku merasa ujung si dicky menyentuh ujung
tenggorokkannya.
Dia memaju-mundurkan batang di dalam kulumannya . Ku instruksikan untuk
juga melakukannya sambil menghisap kuat-kuat.dia menuruti semua
perintahku. Bagian zakarnya juga dijilatnya seperti yang kuminta. Dia
tidak lagi mau muntah tetapi mahir sekali. Setelah berlangsung sekitar
15 menit kini aku perintahkan dia tidur telentang dan aku segera
menindihnya.
"Mas kontole kok enak tenan, keras sampai memek ku rasanya penuh sekali."
Kugenjor terus sambil kosentrasi mencari titik G. Tidak sampai 5 menit
Mbak wati langsung berteriak keras sekali. Dia mencapai orgasme
tertinggi. Sementara aku masih agak jauh .
Setelah memberi kesempatan jeda sejenak. Mbak Wati kusuruh tidur
nungging dan kami melakukan dengan Dogy Style. Rupanya pada posisi ini
titik G Mbak wati tergerus hebat sehingga kurang dari 3 menit dia
berteriak lagi dan aku pun mencapai titik tertinggi sehingga mengabaikan
teriakannya dan kugenjot terus sampai seluruh maniku hambis di dalam
memek mbak wati.
Dia tertidur lemas,aku pun demikian. Sekitar jam 8 pagi kami terbangun
dan bersepakat mandi bareng. Badan Mbak wati memang benar-benar
sempurna, Teteknya besar menentang, pinggulnya besar dan pinggangnya
ramping.
Setelah malam itu mbak Wati jadi sering menginap di kamar ku. Sampai satu hari dia datang dengan muka sedih.
“Mas aku disuruh pulang ke kampung mau dikawinkan sama Pak lurah."
"Aku berat sekali mas pisah sama mas, tapi aku nggak bisa nolak keinginan orang tua ku,” katanya bersedih.
Malam itu Mbak wati nginap kembali di kamar ku dan kami main
habis-habisan. Seingat saya malam itu saya sampai main 7 ronde, sehingga
badan ku lemas sekali.
0 comments:
Post a Comment