Aku mendapat tugas ke sebuah kota kabupaten di
Kawasan Timur Indonesia. Ada sebuah peluang proyek baru disana. Aku
berangkat dengan seorang Direktur. Setelah bertemu dengan para pejabat
yang berwenang dan mengutarakan tujuan kedatangan kami, maka Direktur
tersebut pulang terlebih dahulu karena masih ada urusan lain di Jakarta.
Tinggalah aku disana mengurus semua perijinan sendirian saja. Hotel
tempatku menginap adalah sebuah hotel yang tidak terlalu besar, namun
bersih dan enak untuk tinggal. Letaknya agak sedikit di pinggiran kota,
sepi, aman, dan transport untuk kemana-mana relatif mudah. Aku mendapat
kamar dilantai 2 yang letaknya menghadap ke laut.
Setiap
sore sambil beristirahat setelah seharian berputar-putar dari satu
instansi ke instansi lainnya aku duduk di teras sambil melihat laut.
Para karyawan hotel cukup akrab dengan penghuninya, mungkin karena
jumlah kamarnya tidak terlalu banyak, sekitar 32 kamar. Aku cukup akrab
dan sering duduk di lobby, ngobrol dengan tamu lain atau karyawan hotel.
Kadang-kadang dengan setengah bercanda aku ditawari selimut hidup oleh
karyawan hotel, mulai dari room boy sampai ke security. Mereka heran
selama hampir 3 minggu aku tidak pernah bawa perempuan. Aku tersenyum
saja, bukan tidak mau bro, tapi pikiranku masih tersita ke pekerjaan.
Tak
terasa sudah 3 minggu aku menginap di hotel. Karena surat-surat yang
diperlukan sudah selesai, aku bisa sedikit bernafas lega dan mulai
mencari hiburan. Tadi malam aku kembali dapat merasakan kehangatan tubuh
perempuan setelah bergumul selama 2 ronde dengan seorang gadis
panggilan asal Manado. Aku mendapatkannya dari security hotel. Meskipun
orangnya cantik dan putih, tetapi permainannya tidak terlalu istimewa
karena barangnya terlalu becek dan sudak kendor, tapi lumayanlah buat
mengurangi sperma yang sudah penuh.
Dua
hari lagi aku akan pulang. Transportasi di daerah ini memang agak
sulit. Untuk ke Jakarta aku harus ke ibukota propinsi dulu baru ganti
pesawat ke Jakarta. Celakanya dari kota ini ke ibukota propinsi dalam 1
minggu hanya ada 4 penerbangan dengan twin otter yang kapasitasnya hanya
17 seat. Belum lagi cadangan khusus buat pejabat Pemda yang tiba-tiba
harus berangkat. Aku yang sudah booking seat sejak seminggu yang lalu,
ternyata masih masuk di cadangan nomor 5.
Alternatifnya
adalah dengan menaiki kapal laut milik Pelni yang makan waktu seharian
untuk sampai ibukota propinsi. Rencanaku kalau tidak dapat seat pesawat
terpaksa naik kapal laut. Sore itu aku ngobrol dengan security, yang
membantu mencarikan perempuan, sambil duduk-duduk di cafe hotel. Kami
membicarakan gadis Manado yang kutiduri tadi malam. Kubilang aku kurang
puas dengan permainannya. Tiba-tiba saja pandanganku tertuju pada wanita
yang baru masuk ke cafe. Wanita itu kelihatan bertubuh tinggi, mungkin
168 cm, badannya sintal dan dadanya membusung. Wajahnya kelihatan bukan
wajah Melayu, tapi lebih mirip ke wajah Timur Tengah. Security itu
mengedipkan matanya ke arahku. ” Bapak berminat ? Kalau ini dijamin oke,
Arab punya,” katanya.
Wanita tadi merasa kalau sedang dibicarakan. Ia menatap ke arah kami dan mencibir ke arah security di sampingku.
“Dewi, sini dulu. Kenalan sama Bapak ini,” kata security itu.
“Aku mau ke karaoke dulu,” balas wanita tadi. Ternyata namanya Dewi. Dewi berjalan kearah meja karaoke dan mulai memesan lagu.
Ruangan
karaoke tidak terpisah secara khusus, jadi kalau yang menyanyi suaranya
bagus lumayan buat hiburan sambil makan. Tapi kalau pas suara
penyanyinya berantakan, maka selera makan bisa berantakan. Untuk karaoke
tidak dikenakan charge, hanya merupakan service cafe untuk tamu yang
makan disana. “Dekatin aja Pak, temani dia nyanyi sambil kenalan. Siapa
tahu cocok dan jadi,” kata security tadi kepadaku. Aku berjalan dan
duduk didekat Dewi. Kuulurkan tanganku, “Boleh berkenalan ? Namaku
Jokaw”.
“Dewi,”
jawabnya singkat dan kembali meneruskan lagunya. Suaranya tidak bagus
cuma lumayan saja. Cukup memenuhi standard kalau ada pertunjukan di
kampung.
Beberapa
lagu telah dinyanyikan. dari lagu dan logat yang dinyanyikan wanita ini
agaknya tinggal di Manado atau Sulawesi Utara. Dia mengambil gelas
minumannya dan menyerahkan mike ke tamu cafe di dekatnya.
“Sendirian saja nona atau …,” kataku mengawali pembicaraan.
“Panggil saja namaku, Dewi,” katanya.
kami
mulai terlibat pembicaraan yang cukup akrab. Dewi berasal dari
Gorontalo. Ia memang berdarah Arab. Menurutnya banyak keturunan Arab di
Gorontalo. Kuamati lebih teliti wanita di sampingku ini. Hidungnya
mancung khas Timur Tengah, kulitnya putih, rambutnya hitam tebal, bentuk
badannya sintal dan kencang dengan payudaranya terlihat dari samping
membusung padat.
Kutawarkan
untuk mengobrol di kamarku saja. Lebih dingin, karena ber-AC, dan lebih
rileks serta privacy terjaga. Ia menurut saja. kami masuk ke dalam
kamar. Security tadi kulihat mengangkat kedua jempolnya kearahku. Di
dalam kamar, kami duduk berdampingan di karpet dengan menyandar ke
ranjang sambil nonton TV. Dewi masuk ke kamar mandi dan sebentar
kemudian sudah keluar lagi.
Kami
melanjutkan obrolan. Ternyata Dewi seorang janda gantung, suaminya yang
seorang pengusaha, keturunan Arab juga, sudah 2 tahun meninggalkannya
namun Dewi tidak diceraikan. ia sedang mencoba membuka usaha kerajinan
rotan dari Sulawesi yang dipasarkan disini. Dikta ini dia tinggal
bersama familinya. Ia main ke hotel, karena dulu juga pernah tinggal di
hotel ini seminggu dan akrab dengan koki wanita yang bekerja di cafe.
dari tadi siang koki tersebut sedang keluar, berbelanja kebutuhan cafe.
Kulingkarkan
tangan kiriku ke bahu kirinya. Ia sedikit menggerinjal namun tidak ada
tanda-tanda penolakan. aku semakin berani dan mulai meremas bahunya dan
perlahan-lahan tangan kiriku menuju kedadanya. Sebelum tangan kiriku
sampai di dadanya, ia menatapku dan bertanya, “Mau apa kamu, Jokaw ?”
Sebuah pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Kupegang dagunya dengan
tangan kananku dan kudekatkan mukanya ke mukaku. Perlahan kucium
bibirnya. Ia diam saja. Kucium lagi namun ia belum juga membalas
ciumanku. “Ayolah Dewi, 2 tahun tentulah waktu yang cukup panjang
bagimu. Selama ini tentulah kamu merindukan kehangatan dekapan seorang
laki-laki,” kataku mulai merayunya.Kuhembuskan napasku ke dekat
telinganya. Bibirku mulai menyapu leher dan belakang telinganya.
“Akhh, tidak.. Jangan..,” rintihnya.
“Ayolah
Nis, mungkin punyaku tidak sebesar punya suami Arab-mu itu, namun aku
bisa membantu menuntaskan gairahmu yang terpendam”.
Ia
menyerah, pandangan matanya meredup. Kucium lagi bibirnya, kali ini
mulai ada perlawanan balasan dari bibirnya. tanganku segera meremas
dadanya yang besar, namun sudah sedikit turun. Ia mendesah dan membalas
ciumanku dengan berapi-api. Tangannya meremas kejantananku yang masih
terbungkus celana.
Kududukan
ia ditepi ranjang. Aku berdiri didepannya. tangannya mulai membuka
ikatan pinggang dan ritsluiting celanaku, kemudian menyusup ke balik
celana dalamku. Dikeluarkannya kejantananku yang mulai menegang.
Dibukanya celanaku seluruhnya hingga bagian bawah tubuhku sudah dalam
keadaan polos. Mulutnya kemudian menciumi kejantananku, sementara
tangannya memegang pinggangku dan mengusap kantung zakarku. Lama
kelamaan ciumannya berubah menjadi jilatan dan isapan kuat pada
kejantananku. Kini ia mengocok kejantananku dengan mengulum kejantananku
dan menggerakan mulutnya maju mundur.
Aliran
kenikmatan segera saja menjalari seluruh tubuhku. Tangannya menyusup ke
bajuku dan memainkan putingku. Kubuka kancing bajuku agar tangannya
mudah beraksi di dadaku. Kuremas rambutnya dan pantatkupun bergerak maju
mundur menyesuaikan dengan gerakan mulutnya. Aku tak mau menumpahkan
sperma dalam posisi ini. Kuangkat tubuhnya dan kini dia dalam posisi
berdiri sementara aku duduk di tepi ranjang. Tanpa kesulitan segera saja
kubuka celana panjang dan celana dalamnya. Rambut kemaluannya agak
jarang dan berwarna kemerahan. Kemaluannya terlihat sangat menonjol di
sela pahanya, seperti sampan yang dibalikkan. Ia membuka kausnya
sehingga sekarang tinggal memakai bra berwarna biru.
Kujilati
tubuhnya mulai dari lutut, paha sampai ke lipatan pahanya. Sesekali
kusapukan bibirku di bibir . Lubang terasa sempit ketika lidahku mulai
masuk ke dalam .
Ia
merintih, kepalanya mendongak, tangannya yang sebelah menekan kepalaku
sementara tangan satunya meremas rambutnya sendiri. Kumasukan jari
tengahku ke dalam lubang , sementara lidahku menyerang klitorisnya. Ia
memekik perlahan dan kedua tangannya meremas payudaranya sendiri.
Tubuhnya melengkung ke belakang menahan kenikmatan yang kuberikan. Ia
merapatkan selangkangannya ke kepakalu. Kulepaskan bajuku dan kulempar
begitu saja ke lantai. Akhirnya ia mendorongku sehingga aku terlentang
di ranjang dengan kaki masih menjuntai di lantai. Ia berjongkok dan,
“Sllruup..”. Kembali ia menjilat dan mencium penisku beberapa saat. Ia
naik keatas ranjang dan duduk diatas dadaku menghadapkan di mulutku.
Tangannya menarik kepalaku meminta aku agar menjilat dalam posisi
demikian.
Kuangkat
kepalaku dan segera lidahku menyeruak masuk ke dalam liang . Tanganku
memegang erat pinggulnya untuk membantu menahan kepalaku. Ia menggerakan
pantatnya memutar dan maju mundur untuk mengimbangi serangan lidahku.
Gerakannya semakin liar ketika lidahku dengan intens menjilat dan
menekan klitorisnya. Ia melengkungkan tubuhnya sehingga bagian
kemaluannya semakin menonjol. tangannya kebelakang diletakan di pahaku
untuk menahan berat tubuhnya.
Ia
bergerak kesamping dan menarikku sehingga aku menindihnya. Kubuka
bra-nya dan segera kuterkam gundukan gunung kembar di dadanya. Putingnya
yang keras kukulum dan kujilati. Kadang kumisku kugesekan pada ujung
putingnya. Mendapat serangan demikian ia merintih “Jokaw, ayo kita
lakukan permainan ini, Masukan sekarang..”. Tangannya menggenggam erat
penisku dan mengarahkan ke lubang . Beberapa kali kucoba untuk
memasukannya tetapi sangat sulit. Sebenarnya sejak kujilati sedari tadi
kurasakan sudah basah oleh lendirnya dan ludahku, namun kini ketika aku
mencoba untuk melakukan penetrasi kurasakan sulit sekali.
Penisku
sudah mulai mengendor lagi karena sudah beberapa kali belum juga
menembus . Aku ingat ada kondom di laci meja, masih tersisa 1 setelah 2
lagi aku pakai tadi malam, barangkali dengan memanfaatkan permukaan
kondom yang licin lebih mudah melakukan penetrasi. namun aku ragu untuk
mengambilnya, Dewi kelihatan sudah di puncak nafsunya dan ia tidak
memberikan sinyal untuk memakai kondom. Kukocokkan penisku sebentar
untuk mengencangkannya. Kubuka pahanya selebar-lebarnya. Kuarahkan
penisku kembali ke liang .
“Jokaw.. Kencangkan dan cepat masukkan,” rintihnya.
Kepala
penisku sudah melewati bibir . Kudorong sangat pelan. sangat sempit.
Entah apa yang menyebabkannya, padahal ia sudah punya anak dan menurut ceritanya
penis suaminya satu setengah kali lebih besar dari penisku. Aku
berpikir bagaimana caranya agar penis suaminya bisa menembus. Penisku
kumaju mundurkan dengan perlahan untuk membuka jalan nikmat ini.
Beberapa kali kemudian penisku seluruhnya sudah menembus lorong . Aku
merasa dengan kondisi yang sangat sempit maka dalam ronde pertama ini
aku akan kalah kalau aku mengambil posisi di atas. Mungkin kalau ronde
kedua aku dapat bertahan lebih lama. Akan kuambil cara lain agar aku
tidak jebol duluan.Kugulingkan badannya dan kubiarkan dia menindihku.
Dewi bergerak naik turun menimba kenikmatannya. Aku mengimbanginya tanpa
mengencangkan ototku, hanya sesekali kuberikan kontraksi sekedar
bertahan saja supaya penisku tidak mengecil.
Dewi
merebahkan tubuhnya, merapat didadaku. Kukulum payudaranya dengan keras
dan kumainkan putingnya dengan lidahku. Ia mendengus-dengus dan
bergerak liar untuk merasakan kenikmatan. Gerakannya menjadi kombinasi
naik turun, berputar dan maju mundur. Luar biasa vagina wanita Arab ini,
dalam kondisi aku dibawahpun aku harus berjuang keras agar tidak kalah.
Untuk mempertahankan diri kubuat agar pikiranku menjadi rileks dan
tidak berfokus pada permainan ini.
15
menit sudah berlalu sejak penetrasi. Agaknya Dewi sudah ingin
mengakhiri babak pertama ini. Ia memandangku, kemudian mencium leher dan
telingaku.
“Ouhh..
jokaw, kamu luar biasa. Dulu dalam ronde pertama biasanya suamiku akan
kalah, namun kami masih bertahan. Yeesshh.. Tahan dulu, sebentar lagi..
Aku..”.
Ia
tidak melanjutkan kalimatnya. Aku tahu kini saatnya beraksi.
Kukencangkan otot penisku dan gerakan tubuh Dewipun semakin liar. Akupun
mengimbangi dengan genjotan penisku dari bawah. Ketika ia bergerak
naik, pantatku kuturunkan dan ketika ia menekan pantatnya ke bawah
akupun menyambutnya dengan mengangkat pantatku. Kepalanya bergerak
kesana kemari. Rambutnya yang hitam lebat acak-acakan. sprei sudah
terlepas dan tergulung di sudut ranjang. bantal di atas ranjang semuanya
sudah jatuh ke lantai. Keadaan diatas ranjang seperti kapal yang pecah
dihempas badai. Ranjangpun ikut bergoyang mengikutu gerakan kami.
Suaranya berderak-derak seakan hendak patah. Akupun semakin mempercepat
genjotanku dari bawah agar iapun segera berlabuh di dermaga kenikmatan.
Semenit kemudian..
“Aaggkkhh.. Nikmat.. Ouhh.. Yeahh,” Dewi memekik.
Punggungnya
melengkung ke atas, mulutnya menggigit putingku. Kurasakan aliran
kenikmatan mendesak lubang penisku. Aku tidak tahan lagi. Ketika
pantatnya menekan ke bawah, kupeluk pinggangnya dan kuangkat pantatku.
“Ouhh.. An.. Nis. Aku tidak tahan lagi.. Aku sampaiihh!”
Ia
memberontak dari pelukanku sampai peganganku pada pinggulnya terlepas.
pantatnya naik dan segera diturunkan lagi dengan cepat.
“Jokaw.. Ouhh Jokaw.. Aku juga..”.
Kakinya
mengunci kakiku dan badannya mengejang kuat. dengan kaki saling mengait
aku menahan gerak tubuhnya yang mengejang. Giginya menggigit lenganku
sampai terasa sakit. Denyutan dari dinding saling berbalasan dengan
denyutan dipenisku. Beberapa detik kemudian, kami masih merasakan
sisa-sisa kenikmatan. ketika sisa-sisa denyutan masih terjadi badannya
menggetar. Ia berbaring diatas dadaku sampai akhirnya penisku mulai
mengecil dan terlepas dengan sendirinya dari . Sebagian sperma mengalir
keluar dari di atas perutku. Dewi berguling ke samping setelah menarik
napas panjang.
“Luar
biasa kamu Kaw. Suamiku tidak pernah menang dalam ronde pertama, memang
dalam berhubungan ia sering mengambil posisi di atas. tapi kami sanggup
membawaku terbang ke angkasa,” katanya sambil mengelus dadaku.
“Akupun
rasanya hampir tidak sanggup menandingimu. Mungkin sebagian besar
laki-laki akan menyerah di atas ranjang kalau harus bermain denganmu.
Milikmu benar-benar sempit,” kataku balas memujinya.
Memang
kalau tadi aku harus bermain diatas, rasanya tak sampai sepuluh menit
aku pasti sudah KO. Makanya, jangan cuma penetrasi terus main genjot
saja, teknik bro!
“Kamu orang Melayu pribumi, tapi kok bulunya banyak gini. Keturunan India atau mungkin Arab ya?”
“Nggak ah, asli Indonesia lho..”.
Ia
masih terus memujiku beberapa kali lagi. Kuajak ia mandi bersama dan
setelah itu kami duduk di teras sambil minum soft drink dan melihat
laut. Aku hanya mengenakan celana pendek tanpa celana dalam dam kaus
tanpa lengan.
Ia
mengenakan kemejaku, sementara bagian bawah tubuhnya hanya ditutup
dengan selimut yang dililitkan tanpa mengenakan pakaian dalam. Ia duduk
membelakangiku. Tubuhnya disandarkan di bahuku. Mulutku sesekali mencium
rambut dan belakang telinganya. Kadang mulutnya mencari mulutku dan
kusambut dengan ciuman ringan. Tangan kanannya melingkar di kepalaku.
“Kamu nggak takut hamil melakukan hal ini denganku?”tanyaku.
“Aku
dulu pernah kerja di apotik, jadi aku tahu pasti cara mengatasinya. Aku
selalu siap sedia, siapa tahu terjadi hal yang diinginkan seperti sore
ini. Aku sudah makan obat waktu masuk ke kamar mandi tadi.
Tenang
saja, toh kalaupun hamil bukan kamu yang menanggung akibatnya.” katanya
enteng. Jadi ia selalu membawa obat anti hamil. Untung saja aku tadi
tidak berlaku konyol dengan memakai kondom. Mungkin saja sejak ditinggal
suaminya ia sudah beberapa kali bercinta dengan laki-laki. Tapi apa
urusanku, aku sendiri juga melakukannya. yang penting malam ini ia
menjadi teman tidurku. Matahari sudah jauh condong ke Barat, sehingga
tidak terasa panas. hampir sejam kami duduk menikmati sunset. Gairahku
mulai timbul lagi. Kubuka dua kancing teratas bajunya. Kurapatkan
kejantananku yang sudah mulai ingin bermain lagi ke pinggangnya.
Kususupkan tanganku kebalik bajunya dan kuremas dadanya.
“Hmmhh..,” ia bergumam.
“Masuk yuk, sudah mulai gelap. Anginnya juga mulai kencang dan dingin,” kataku.
Kamipun
masuk ke dalam kamar sambil berpelukan. Sekilas kulihat tatapan iri dan
kagum dari tamu hotel di kamar yang berseberangan dengan kamarku.
“I want more, honey!” kataku.
kami
bersama-sama merapikan sprei dan bantal yang berhamburan akibat
pertempuran babak pertama tadi. Kubuka bajunya dan kutarik selimut yang
menutup bagian bawah tubuhnya. Kurebahkan Dewi di ranjang. Kubuka kausku
dan aku berdiri di sisi ranjang di dekat kepalanya.
Dewi
mengerti maksudku. Didekatkan kepalanya ke tubuhku dan ditariknya
celana pendekku. Sebentar kemudian mulut dan lidahnya sudah beraksi
dengan lincahnya di selangkanganku. Aku mengusap-usap tubuhnya mulai
dari bahu, dada sampai ke pinggulnya. Peniskupun tak lama sudah menegang
dan keras, siap untuk kembali mendayung sampan.
Lima
menit ia beraksi. Setelah itu kutarik kepalanya dan kuposisikan kakinya
menjuntai ke lantai. Kubuka mini bar dan kuambil beberapa potong es
batu di dalam gelas. Kujepit es batu tadi dengan bibirku dan aku
berjongkok di depan kakinya. Kurenggangkan kedua kakinya lalu dengan
jariku bibir kubuka.
Bibirku
segera menyorongkan es batu ke dalam yang merah merekah. Ia terkejut
merasakan perlakuanku. Kaki dan badannya sedikit meronta, namun kutahan
dengan tanganku.
“Ouhh.. Jokaw.. Kamu.. Gila.. Gila.. Jangan.. Cukup Kaw!” ia berteriak.
Aku
tidak menghiraukan teriakannya dan terus melanjutkan aksiku. Rupanya
sensasi dingin dari es batu di dalam membuatnya sangat terangsang.
Kujilati air dari es batu yang mencair dan mulai bercampur dengan lendir
.
“Jokaw..
Maniak kamu..,” ia masih terus memekik setiap kali potongan es batu
kutempelkan ke bagian dalam bibir vagina dan klitorisnya.
Kadang
es batu kupegang dengan jariku menggantikan bibirku yang tetap
menjilati seluruh bagian . Kakinya masih meronta, namun ia sendiri mulai
menikmati aksiku. Kulihat ke atas ia menggigit ujung bantal dengan kuat
untuk menahan perasaannya.
Akhirnya
semua potongan es batu yang kuambil habis. Aku masih meneruskan
stimulasi dengan cara cunilingus ini. Meskipun untuk ronde kedua aku
yakin bisa bertahan lebih lama, namun untuk berjaga-jaga akan kuransang
dia sampai mendekati puncaknya. yang pasti aku tak mau kalah ketika
bermain dengannya.
Kurang lebih sepuluh menit aku melakukannya.
Ia
terhentak dan mengejang sesaat ketika klitorisnya kugaruk dan kemudian
kujepit dengan jariku. Kulepas dan kujepit lagi. Ia merengek-rengek agar
aku menghentikan aksiku dan segera melakukan penetrasi, namun aku masih
ingin menikmati dan memberikan foreplay dalam waktu yang agak lama.
Beberapa saat aku masih dalam posisi itu. tangan kanannya memegang
kepalaku dan menekannya ke celah pahanya. Tangan kirinya meremas-remas
payudaranya sendiri.
Aku
duduk di dadanya. Kini ia yang membrikan kenikmatan pada penisku
melalui lidah dan mulutnya. Dikulumnya penisku dalam-dalam dan diisapnya
lembut. Giginya juga ikut memberikan tekanan pada batang penisku.
Dilepaskannya penisku dan kini dijepitnya dengan kedua payudaranya
sambil diremas-remas dengan gundukan kedua dagingnya itu. Kugerakkan
pinggulku maju mundur sehingga peniskupun bergesekan dengan kulit kedua
payudaranya.
Kuubah
posisiku dengan menindihnya berhadapan, kemudian mulutku bermain
disekitar payudaranya. Dewi kelihatan tidak sabar lagi dan dengan sebuah
gerakan tangannya sudah memegang dan mengocok penisku dengan
menggesekannya pada bibir . Tanganku mengusap gundukan payudaranya dan
meremas dengan pelan dan hati-hati.
Ia
menggelinjang. Mulutku menyusuri leher dan bahunya kemudian bibirnya
yang sudah setengah terbuka segera menyambut bibirku. kami segera
berciuman dengan ganas sampai terengah-engah. Penisku yang sudah
mengeras mulai mencari sasarannya. Kuremas pantatnya yang padat dan
kuangkat pantatku “Jokaw.. Ayo.. Masukk.. Kan!”
Tangannya
menggenggam penisku dan mengarahkan ke dalam guanya yang sudah basah.
Aku mengikuti saja. Kali ini ia yang mengambil inisiatif untuk membuka
lebar-lebar kedua kakinya. Dengan perlahan dan hati-hati kucoba
memasukan penisku kedalam liang . Masih sulit juga untuk menembus bibir .
tangannya kemudian membuka bibir dan dengan bantuan tanganku maka
kuarahkan penisku ke vagina. Begitu melewati bibir , maka kurasakan lagi
sebuah lorong yang sempit. Perlahan-lahan dengan gerakan maju mundur
dan memutar maka beberapa saat kemudian penisku sudah menerobos kedalam
liang . Aku bergerak naik turun dengan perlahan sambil menunggu agar
pelumasan pada lebih banyak. Ketika kurasakan sudah lebih licin, maka
kutingkatkan tempo gerakanku. Dewi masih bergerak pelan, bahkan
cenderung diam dan menungguku untuk melanjutkan serangan berikutnya.
Kupercepat
gerakanku dan Dewi bergerak melawan arah gerakanku untuk menghasilkan
sensasi kenikmatan. Aku menurunkan irama permainan. Kini ia yang
bergerak liar. Tangannya memeluk leherku dan bibirnya melumat bibirku
dengan ganas. Aku memeluk punggungnya kemudian mengencangkan penisku dan
menggenjotnya lagi dengan cepat. Kubisikkan untuk berganti posisi
menjadi doggy style. Ia mendorong tubuhku agar dapat berbaring
tengkurap. Pantatnya dinaikkan sedikit dan tangannya terjulur kebelakang
menggenggam penisku dan segera menyusupkannya kedalam . Kugenjot lagi
dengan menggerakkan pantatku maju mundur dan berputar. Kurebahkan
badanku di atasnya. kami berciuman dengan posisi sama-sama tengkurap,
sementara kemaluan kami masih terus bertaut dan melakukan aksi
kegiatannya.
Aku
menusuk dengan gerakan cepat berulang kali. Iapun mendesah sambil
meremas sprei. Aku berdiri di atas lututku dan kutarik pinggangnya. Kini
ia berada dalam posisi nungging dengan pantat yang disorongkan ke
kemaluanku. Setelah hampir sepuluh menit permainan kami yang kedua ini,
Dewi semakin keras berteriak dan sebentar-bentar mengejang. terasa
semakin lembab dan hangat. Kuhentikan genjotanku dan kucabut penisku.
Dewi
berbalik terlentang dan sebentar kemudian aku naik ke atas tubuhnya dan
kembali menggenjot . Kusedot putingnya dan kugigit bahunya. Kutarik
rambutnya sampai mendongak dan segera kujelajahi daerah sekitar leher
sampai telinganya. Ia semakin mendesah dan mengerang dengan keras.
Ketika ia mengerang cukup keras, maka segera kututup bibirnya dengan
bibirku. Ia menyambut bibirku dengan ciuman yang panas. Lidahnya
menyusup ke mulutku dan menggelitik langit-langit mulutku. Aku menyedot
lidahnya dengan satu sedotan kuat, melepaskannya dan kini lidahku yang
masuk ke dalam rongga mulutnya. kami berguling sampai Dewi berada di
atasku. Dewi menekankan pantatnya dan peniskupun semakin dalam masuk ke
lorong kenikmatannya.
“Ouhh.. Dewi,” desahku setengah berteriak.
Dewi
bergerak naik turun dan memutar. Perlahan-lahan kugerakkan pinggulku.
Karena gerakan memutar dari pinggulnya, maka penisku seperti disedot
sebuah pusaran. Dewi mulai mempercepat gerakannya, dan kusambut dengan
irama yang sama. Kini ia yang menarik rambutku sampai kepalaku mendongak
dan segera mencium dan menjilati leherku. Hidungnya yang mancung khas
Timur Tengah kadang digesekkannya di leherku memberikan suatu sensasi
tersendiri.
Dewi
bergerak sehingga kaki kami saling menjepit. kaki kirinya kujepit
dengan kakiku dan demikian juga kaki kiriku dijepit dengan kedua
kakinya. dalam posisi ini ditambah dengan gerakan pantatnya terasa
nikmat sekali.
Kepalanya direbahkan didadaku dan bibirnya mengecup putingku.
Kuangkat
kepalanya, kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung. Setelah
kujilati dan kukecup lehernya kulepaskan tarikan pada rambutnya dan
kepalanya turun kembali kemudian bibirnya mencari-cari bibirku. Kusambut
mulutnya dengan satu ciuman yang dalam dan lama.
Dewi
kemudian mengatur gerakannya dengan irama lamban dan cepat
berselang-seling. Pantatnya diturunkan sampai menekan pahaku sehingga
penisku masuk terbenam dalam-dalam menyentuh rahimnya.
kakinya
bergerak agar lepas dari jepitanku dan kini kedua kakiku dijepit dengan
kedua kakinya. Dewi menegakkan tubuhnya sehingga ia dalam posisi duduk
setengah jongkok di atas selangkanganku. Ia kemudian menggerakan
pantatnya maju mundur sambil menekan kebawah sehingga penisku tertelan
dan bergerak ke arah perutku.
Rasanya
seperti diurut dan dijepit sebuah benda yang lembut namun kuat. Semakin
lama semakin cepat ia menggerakkan pantatnya, namun tidak
menghentak-hentak. darah yang mengalir ke penisku kurasakan semakin
cepat dan mulai ada aliran yang merambat disekujur tubuhku.
“Ouhh..
Sshh.. Akhh!” Desisannyapun semakin sering. Aku tahu sekarang bahwa
iapun akan segera mengakhiri pertarungan ini dan menggapai puncak
kenikmatan.
“Tahan Nis, turunkan tempo.. Aku masih lama lagi ingin merasakan nikmatnya bercinta denganmu”.
Aku
menggeserkan tubuhku ke atas sehingga kepalaku menggantung di bibir
ranjang. Ia segera mengecup dan menciumi leherku. Tak ketinggalan
hidungnya kembali ikut berperan menggesek kulit leherku. Aku sangat suka
sekali ketika hidungnya bersentuhan dengan kulit leherku.
“Jokaw.. Ouhh.. Aku tidak tahan lagi!” ia mendesah. Kugelengkan kepalaku memberi isyarat untuk bertahan sebentar lagi.
Aku
bangkit dan duduk memangku Dewi. Penisku kukeraskan dengan menahan
napas dan mengencangkan otot PC. Ia semakin cepat menggerakkan pantatnya
maju mundur sementara bibirnya ganas melumat bibirku dan tangannya
memeluk leherku. Tanganku memeluk pinggangnya dan membantu mempercepat
gerakan maju mundurnya. Dilepaskan tangannya dari leherku dan tubuhnya
direbahkan ke belakang. Kini aku yang harus bergerak aktif.
Kulipat
kedua lututku dan kutahan tubuhnya di bawah pinggangnya. Gerakanku
kuatur dengan irama cepat namun penisku hanya setengahnya saja yang
masuk sampai beberapa hitungan dan kemudian sesekali kutusukkan penisku
sampai mentok. Ia merintih-rintih, namun karena posisi tubuhnya ia tidak
dapat bergerak dengan bebas. Kini aku sepenuhnya yang mengendalikan
permainan, ia hanya dapat pasrah dan menikmati. Kutarik tubuhnya dan
kembali kurebahkan tubuhnya ke atas tubuhku, matanya melotot dan bola
matanya memutih. Giginya menggigit bahuku. Kugulingkan tubuhku, kini aku
berada diatasnya kembali. Kuangkat kaki kanannya ke atas bahu kiriku.
Kutarik badannya sehingga selangkangannya dalam posisi menggantung
merapat ke tubuhku. Kaki kirinya kujepit di bawah ketiak kananku. Dengan
posisi duduk melipat lutut aku menggenjotnya dengan perlahan beberapa
kali dan kemudian kuhentakkan dengan keras. Iapun berteriak dengan keras
setiap aku menggenjotnya dengan keras dan cepat. Kepalanya
bergerak-gerak dan matanya seperti mau menangis.
Kukembalikan
kakinya pada posisi semula. Aku masih ingin memperpanjang permainan
untuk satu posisi lagi. kakiku keluar dari jepitannya dan ganti kujepit
kedua kakinya dengan kakiku. semakin terasa keras menjepit penisku. Aku
bergerak naik turun dengan perlahan untuk mengulur waktu. Dewi kelihatan
sudah tidak sabar lagi. Matanya terpejam dengan mulut setengah terbuka
yang terus merintih dan mengerang. Gerakan naik turunku kupercepat dan
semakin lama semakin cepat.
Kini
kurasakan desakan kuat yang akan segera menjebol keluar lewat lubang
penisku. Kukira sudah lebih dari setengah jam lamanya kami bergumul.
Akupun sudah puas dengan berbagai posisi dan variasi. Keringatku sudah
berbaur dengan keringatnya.
Kurapatkan
tubuhku di atas tubuhnya, kulepaskan jepitan kakiku. Betisnya kini
menjepit pinggangku dengan kuat. Kubisikan, “OK baby, kini saatnya..”.
Ia
memekik kecil ketika pantatku menekan kuat ke bawah. Dinding berdenyut
kuat menghisap penisku. Ia menyambut gerakan pantatku dengan menaikan
pinggulnya. Bibirnya menciumku dengan ciuman ganas dan kemudian sebuah
gigitan hinggap pada bahuku.
Satu
aliran yang sangat kuat sudah sampai di ujung lubang penisku. Kutahan
tekanan penisku ke dalam . Gelombang-gelombang kenikmatan terwujud lewat
denyutan dalam bergantian dengan denyutan pada penisku seakan-akan
saling meremas dan balas mendesak.
Denyut
demi denyutan, teriakan demi teriakan dan akhirnya kami bersama-sama
sampai ke puncak sesaat kemudian setelah mengeluarkan teriakan keras dan
panjang.
“Dewi.. Ouhh.. Yeaahh!!”
“Ahhkk.. Lakukan Jokaw.. Sekarang!!”
Akhirnya
aliran yang tertahan sejak tadipun memancar dengan deras di dalam .
Kutekan penisku semakin dalam di . Tubuhnya mengejang dan pantatnya
naik. Ia mempererat jepitan kakinya dan pelukan tangannya. Kupeluk
tubuhnya erat-erat dan tangannya menekan kepalaku di atas dadanya.
Ketika dinding berdenyut, maka kubalas dengan gerakan otot PC-ku. Iapun
kembali mengejang dan bergetar setiap otot PC-ku kugerakkan.
Napas
dan kata-kata penuh kenikmatan terdengar putus-putus, dan dengan sebuah
tarikan napas panjang aku terkulai lemas di atas tubuhnya. kami masih
saling mengecup bibir dan keadaan kamarpun menjadi sunyi, tidak ada
suara yang terdebgar. hanya ada napas yang panjang tersengal-sengal yang
berangsur-angsur berubah menjadi teratur. Lima belas menit kemudian
kami berdua sudah bermain dengan busa sabun di kamar mandi. Kami saling
menyabuni dengan sesekali melakukan cumbuan ringan. Setelah mandi
barulah kami merasa lapar setelah dua ronde kami lalui. Sambil makan
Dewi menelpon familinya, kalau malam ini ia tidak pulang dengan alasan
menginap di rumah temannya. Tentu saja ia tidak bilang kalau temannya
adalah seorang laki-laki bernama Jokaw.
Malam
itu dan malam berikutnya tentu saja tidak kami lewatkan dengan sia-sia.
Mandi keringat, mandi kucing, mandi basah dan tentunya mandi kenikmatan
menjadi acara kami berdua. Esoknya setelah mengecek ke agen Merpati
ternyata aku masih mendapat seat penerbangan ke kota propinsi, seat
terakhir lagi. Ketika chek out dari hotel kusisipkan selembar dua puluh
ribuan ke tangan security temanku. Ia tersenyum.
“Terima kasih Pak,” katanya sambil menyambut tasku dan membawakan ke mobil.
“Kapan
kesini lagi, Pak? kalau Dewi nggak ada, nanti akan saya carikan Dewi
yang lainnya lagi,” bisiknya ketika sudah berangkat ke bandara. Dewi
mengantarku sampai ke bandara dan sebelum turun dari mobil kuberikan
kecupan mesra di bibirnya. Sopir mobil hotel hanya tersenyum melihat
tingkah kami. Setahun kemudian aku kembali lagi ke kota itu dan ternya
Dewi tidak berada di kota itu lagi. Ketika kutelpon ke nomor yang
diberikannya, penerima telepon menyatakan tidak tahu dimana sekarang
Dewi berada. Dengan bantuan security temanku maka aku mendapatkan
perempuan lainnya, orang Jawa Tinur. Lumayan, meskipun kenikmatan yang
diberikannya masih di bawah Dewi