Tuesday 26 March 2013
Ngentot Dengan Susterku Yang Cantik
Suatu siang di jalan Dharma Wangsa ke arah campus Airlangga sedang
terjadi keributan, ngga’ jelas siapa lawan siapa… saat itu aku melintas
dengan BMW M50ku sendirian dan sedang asyik dengerin radio Suara
Surabaya… cuek saja saat melintasi perkelahian itu sambil sedikit
menoleh ke arah seorang laki-laki yang sedang dikeroyok 4 orang
lawannya… dia dikejar habis-habisan dan mencoba menerobos kerumunan
penonton untuk mencari selamat.Terbelalak mataku bengitu sadar siapa
lelaki yang sedang dikerjar tersebut… ternyata dia Kakak temanku…
namanya Anton. Yang ngga’ jelas kenapa dia ada di sana dan dikeroyok
orang segala, tapi aku sudah tidak sempat berpikir lebih jauh… segera
saja aku pinggirkan kendaraanku dan aku turun untuk membantunya.
Aku tarik dua orang yang sedang memukulnya karena Anton sudah jatuh
terduduk dan dihajar berempat… sekarang Anton mengurus dua orang dan aku
dua orang… memang masih tidak seiimbang… dalam perkelahianku aku
berhasil menangkap satu dari lawanku dan aku jepit kepalanya dengan
lengan kiriku sedang lengan kananku aku gunakan untuk menghajarnya…
sementara aku berusaha menggunakan kakiku untuk melawna yang satunya
lagi… aku tak sempat lihat apa yang dilakukan Anton… waktu seakan sudah
tidak dapat dihitung lagi demikian cepatnya sampai hal terakhir yang
masih aku ingat adalah aku merasakan perih di pinggang kanan belakangku…
dan saat kutengok ternyata aku ditusuk dengan sebilah belati dari
belakang oleh entah siapa… sambil menahan sakit aku merenggangkan
jepitanku pada korbanku dan berusaha melakukan tendangan memutar…
sasaranku adalah lawan yang di depanku. Namun pada saat melakukan
tendangan memutar sambil melayang… tiba-tiba aku melihat ayunan stcik
soft ball ke arah kakiku yang terjulur… ngga’ ampun lagi aku jatuh
terjerembab dan gagal melancarkan tentangan mautku… sesampainya aku di
tanah dengan agak tertelungkup aku merasakan pukulan bertubi-tubi…
mungkin lebih dari 3 orang yang menghajarku. Terakir kali kuingat aku
merasakan beberapa kali tusukan sampai akhirnya aku sadar sudah berada
di rumah sakit. Aku tidak jelas berada di rumah sakit mana yang pasti
berisik sekali dan ruangannya panas… dalam ruangan tersebut ada beberapa
ranjang… pada saat aku berusaha untuk melihat bagian bawahku yang
terluka aku masih merasakan nyeri pada bagian perutku dan kaki kananku
serasa gatal dan sedikit kebal ( mati rasa )… aku coba untuk geser
kakiku ternyata berat sekali dan kaku. Kemudian aku paksakan untuk
tidur… Sore itu aku dijenguk oleh Dian adik Anton… Dian ini teman
kuliahku… dia datang bersama dengan Mita adiknya yang di SMA… katanya
habis jenguk Anton dan Anton ada di ruang sebelah… ” Makasih ya Joss…
kalo ngga’ ada kamu kali Anton sudah… ” katanya sambil menitikkan air
mata… ” Sudahlah… semua ini sudah berlalu… tapi kalo boleh aku tau
kenapa Anton sampe dikeroyok gitu ?” tanyaku penasaran. ” Biasa
gawa-gara cewek… mereka goda cewek Airlangga dan cowoknya marah makanya
dikeroyok… emang sich bukan semua yang ngeroyok itu anak Airlangga
sebagian kebetulan musuh Anton dari SMA, sialnya Anton saja ketemu lagi
dan suasananya kaya’ gitu… jadi dech di dihajar rame-rame” jawab Mita.
“Kak Jossy yang luka apanya saja ?” tanya Mita. “Tau nih… rasanya ngga’
keruan ” jawabku… ” Lihat aja sendiri… soalnya aku ngga’ bisa gerak
banyak… kamu angkat selimutnya sekalian aku juga mo tau ” lanjutku pada
Mita. “Permisi ya Kak” kata Mita langsung sambil membuka selimutku (
hanya diangkat saja ). Sesaat dia pandangi luka-lukaku dan mungkin
karena banyak luka sehingga dia sampe bengong gitu… dan pas aku lihat
pinggangku dibalut sampe pinggul dan masih tembus oleh darah… di
bawahnya lagi aku melihat…. ya ampun pantes ni anak singkong bengong…
meriamku tidak terbungkus apa-apa dan yang seremnya kepalanya yang gede
kelihatan menarik sekali… seperti perkedel. Sesaat kemudian aku masih
sempat melihat kaki kananku digips… mungkin patah kena stick soft ball.
Mita menutup kembali selimut tadi dan Dian tidak sempat melhat lukaku
karena dia sibuk nangis… hatinya memang lemah… sepertinya dia melankolis
sejati. “Mita sini aku mo bilangin kamu ” kataku… Mitapun menunduk
mendekatkan telinganya ke mulutku. “Jangan bilang sama Dian soal apa
yang kamu lihat barusan… kamu suka ngga’ ?” kataku berbisik. “Serem ”
bisiknya bales. ” Dian… kamu jangan lihat lukaku… nanti kamu makin ngga’
kuat lagi nahan nangis… ” kataku. ” Tapi paling tidak aku mo tau… boleh
aku raba ? ” tanyanya… ” Silahkan… pelan-pelan ya… masih belum kering
lukanya. ” jawabku. Dian pun memasukkan tangannya ke balik selimut… dan
mulai meraba dari dada… ke perut… di situ dia merasakan ada balutan…
digesernya ke kanan kiri… terus ke bawahan dikit… ” Kok perbannya sampe
gini… lukanya kaya’ apa ? ” ” Wah aku sendiri belum jelas… ” aku jawab
pertanyaan Dian. Turun lagi tangannya ke pinggul kanan… kena kulitku…
terus ke tengah… kena meriamku… dia raba setengah menggenggam… untuk
meyakinkan apa yang tersentuh tangannya… tersentak dan dia menarik
tangannya sedikit sambil melepas pengangannya pada meriamku… “Sorry…
ngga’ tau…. ” ” Ngga’ apa-apa kok… malah enak kalo sekalian dipijitin…
soalnya badanku sakit semua… ” kataku nakal. “Nah…. Kak Dian pegang
anunya Kak Joss ya ? ” goda Mita… Merah wajah Dian ditembak gitu. Dian
terus saja meraba sampe pada kaki kananku dan dia menemukan gips… ” Lho…
kok digips ?” ” Iya patah tulangnya kali ” jawabku asal untuk
menenangkan pikirannya… Dian selesai merabaiku… tapi tampak sekali dia
masih kepikiran soal sentuhan pada meriam tadi… dan sesekali matanya
masih melirik ke sekitar meriamku… sedang aku juga sedang menikmati dan
membayangkan ulang kejadian barusan… Flash back lah. Tanpa sadar
tiba-tiba meriamku meradang dan mulai bangun sehingga tampak pada
selimut tipis kalo ada sesuatu perkembangan di sana. “Kak Joss… anunya
bangun ” bisik Dian padaku sambil dia ambil selimut lain untuk
menutupnya… tapi tangannya berhenti dan diam di atasnya… ” “Supaya Mita
ngga’ ngelihat ” bisiknya lagi. Aku cuman bisa mengangguk… aku sadar
ujung penisku masih dapat menggapai telapaknya… aku coba
kejang-kejangkan penisku dan Dian seperti merasa dicolek-coleh
tangannya. “Mit… kamu pamit sama Mas Anton dech… kita bentar lagi pulang
dan biar mereka istirahat… ” kata Dian… dan Mitapun melangkah keluar
ruangan… ” “Kak Joss…. nakal sekali anunya ya ” bisik Dian… aku balas
dengan ciuman di pipinya. “Dian… tolongin donk… diurut-urut itunya… biar
lupa sakitnya… ” pintaku… “Iya dech… ” jawab Dian langsung mengurut
meriamku… dari luar selimut… biar ngga’ nyolok dengan pasien lain…
walaupun antara ranjang ada penyekatnya… “Ian… dari dalem aja langsung…
biar cepetan…. ” pintaku karena merasa tanggung dan waktunya mepet
sekali dia mo pulang., Dian menuruti permintaanku dengan memeriksa
sekitar lebih dulu… terus tangannya dimasukkan dalam selimutku langsung
meremas meriamku… dielusnya batangku dan sesekali bijinya… dikocoknya…
lembut sekali… wah gila rasanya… lama juga Dian memainkan meriamku…
sampe aku ngga’ tahan lagi dan crrooottt….. crot…. ccrrroooo..tttt….
beberapa kali keluar… Tiba-tiba Mita datang dan buru-buru Dian tarik
tangannya dari balik selimut… sedikt kena spermaku telapak tangan Dian…
dia goserkan pada sisi ranjang untuk mengelapnya… ” Sudah Kak Joss… aku
sama Mita mo pulang…. ” pamit Dian… ” Sudah keluar khan… ” bisiknya pada
telingaku… cup… pipiku diciumnya… ” Cepet sembuhnya… besok aku tengok
lagi ” Dia sengaja menciumku untuk menyamarkan bisikannya yang terakhir.
“Eh… kalo bisa bilangin susternya aku minta pindah kelas satu donk… di
sini gerah ” pintaku pada mereka. Merekapun keluar kamar dan melambaikan
tangan… satu jam kemudian aku dipindahkan ke tempat yang lebih bagus…
ada ACnya dan ranjangnya ada dua. Tapi ranjang sebelah kosong. Posisi
kamarku agak jauh dari pos jaga suster perawat… itu aku tau saat aku
didorong dengan ranjang beroda. “Habis gini mandi ya ” kata suster
perawat sehabis mendorongku… Tidak lama kemudian dia sudah balik dengan
ember dan lap handuk… dia taruh ember itu di meja kecil samping
ranjangku dan mulai menyingkap selimutku serta melipatnya dekat kakiku.
terbuka sudah seluruh tubuhku… pas dia lihat sekita meriamku terkejut
dia… ada dua hal yang mengagetkannya… Yang pertama adalah ukuran meriam
serta kepalanya yang di luar normal… besar sekali… Dan yang kedua ada
hasil kerjaan Dian… spermaku masih berantakan tanpa sempat dibersihkan…
walaupun sebagian menempel di selimut… tapi bekasnya yang mengering di
badanku masih jelas terlihat. “Kok… kayaknya habis orgasme ya ? ”
tanyanya. Lalu tanpa tunggu aju jawab dia ambil wash lap dan sabun…
“Sus… jangan pake wash lap… geli… saya ngga’ biasa ” kataku. Suster itu
mulai dengan tanganku… dibasuh dan disabunnya… usapannya lembut sekali…
sambil dimandiin aku pandangi wajahnya… dadanya… cukup gede kalo aku
lihat… orangnya agak putih… tangannya lembut. Selesai dengan yang kiri
sekarang ganti tangan kananku… dan seterusnya ke leher dan dadaku… terus
diusapnya… sapuan telapak tangannya lembut aku rasakan dan akupun
memejamkan mata untuk lebih menikmati sentuhannya. Sampe juga akhirnya
pada meriamku… dipegangnya dengan lembut…. ditambah sabun… digosok
batangnya… bijinya… kembali ke batangnya… dan aku ngga’ kuat untuk
menahan supaya tetap lemas… akhirnya berdiri juga… pertama setengah
tiang lama-lama juga akhirnya penuh… keras…. dia bersihkan juga sekitar
kepala meriamku sambil berkata lirih “Ini kepalanya besar sekali… baru
kali ini saya lihat kaya’ gini besarnya” “Sus… enak dimandiin gini… ”
kataku memancing. Dia diam saja tapi yang jelas dia mulai mengocok dan
memainkan batangku… kaya’nya dia suka dengan ukurannya yang menakjubkan…
“Enak Mas… kalo diginikan ? ” tanyanya dengan lirikan nakal. “Ssshh…
iya terusin ya Sus… sampe keluar… ” kataku sambil menahan rasa nikmat
yang ngga’ ketulungan… tangan kirinnya mengambil air dan membilas
meriamku… kemudian disekanya dengan tangan kanannya… kenapa kok diseka
pikirku… tapi aku diam saja… mengikuti apa yang mau dia lakukan…
pokoknya jangan berhenti sampe sini aja… pusing nanti… Dia dekatkan
kepalanya… dan dijulurkan lidahnya… kepala meriamku dijilatnya perlahan…
dan lidahnya mengitari kepala meriamku… sejuta rasanya… wow… enak
sekali… lalu dikulumnya meriamku… aku lihat mulutnya sampe penuh rasanya
dan belum seluruhnya tenggelam dalam mulutnya yang mungil… bibirnya
yang tipis terayun keluar masuk saat menghisap maju mundur. Lama juga
aku diisep suster jaga ini… sampe akhirnya aku ngga’ tahan lagi dan
crooott…. crooott… nikmat sekali. Spermaku tumpah dalam rongga mulutnya
dan ditelannya habis… sisa pada ujung meriamkupun dijilat serta
dihisapnya habis… “Sudah sekarang dilanjutkan mandinya ya… ” kata suster
itu dan dia melanjutkan memandikan kaki kiriku setelah sebelumnya
mencuci bersih meriamku… badanku dibaliknya… dan dimandikan pula sisi
belakang badanku. Selesai acara mandi…. “Nanti malam saya ke sini lagi
nanti saya temenin… ” katanya sambil membereskan barang-barangnya.
terakhir sebelum keluar kamar dia sempat menciumku… pas di bibir… hangat
sekali… “Nanti malam saya kasih yang lebih hebat ” begitu katanya.
Akupun berusaha untuk tidur… nikmat sekali sore ini dua kali keluar…
dibantu dua cewek yang berbeda… ini mungkin ganjaran dari menolong
teman… gitu hiburku dalam hati… sambil memikirkan apa yang akan kudapat
malam nanti akupun tertidur lelap sekali. Tiba-tiba aku dibangunkan oleh
suster yang tadi lagi… tapi aku belum sempat menyanyakan namanya… baru
setelah dia mo keluar kamar selesai meletakkan makananku dan
membangunkanku… namanya Anna. Cara dia membangunkanku cukup aneh…
rasanya suster di manapun tidak akan melakukan dengan cara ini… dia
remas-remas meriamku… sambil digosoknya lembut sampe aku bangun dari
tidurku. Langsung aku selesaikan makanku dengan susah payah… akhirnya
selesai juga… lalu aku tekan bel… dan tak lama kemudian datang suster
yang lain… aku minta dia nyalakan TV di atas dan mengakat makananku. Aku
nonton acara-acara TV yang membosankan dan juga semua berita yang
ditayangkan… tanpa konsentrasi sedikitpun. Sekitar jam 9 malam suster
Wiwik datang untuk mengobati lukaku dan mengganti perban… pada saat dia
melihat meriamkupun dia takjub… “Ngga’ salah apa yang diomongkan
temen-temen di ruang jaga ” demikian komentarnya. “Kenapa Sus ? ”
tanyaku ngga’ jelas. “Oo… itu tadi teman-teman bilang kalo pasien yang
dirawat di kamar 26 itu kepalanya besar sekali. ” jawabnya. Setelah
selesai dengan mengobati lukaku dan dia akan tinggalkan ruangan… sebelum
membetulkan selimutku dia sempatkan mengelus kepala meriamku… ” Hmmm…
gimana ya rasanya ? ” gumamnya tanya meminta jawaban. Dan akupun hanya
senyum saja. Wah suster di sini gila semua ya pikirku… soalnya aku baru
kenal dua orang dan dua-duanya suka sama meriamku… minimal tertarik… dan
lagian ada promosi gratis di ruang jaga suster kalo ada pasien dengan
kepala meriam super besar… promosi yang menguntungkan… semoga ada yang
terjerat ingin mencoba… selama aku masih dirawat di sini. Jam 10an
kira-kira aku mulai tertidur… aku mimpi indah sekali dalam tidurku…
karena sebelum tidur tadi otakku sempat berpikir jorok. Aku merasakan
hangat sekali pada bagian selangkanganku… tepatnya pada bagian meriamku…
sampe aku terbangun ternyata… suster Anna sedang menghisap meriamku…
kali ini entah jam berapa ? Dengan bermalas-malasan aku nikmat terus
hisapannya… dan aku mulai ikut aktif dengan meraba dadanya… suatu lokasi
yang aku anggap paling dekat dengan jangkauanku. Aku buka kanding
atasnya dua kancing… aku rogoh dadanya di balik BH putihnya… aku dapati
segumpal daging hangat yang kenyal… kuselusuri… sambil meremas-remas
kecil.. sampe juga pada putingnya… aku pilin putingnya… dan Sus Annapun
mendesah… entah berapa lama aku dihisap dan aku merabai Sus Anna… sampe
dia minta “Mas… masih sakit ngga’ badannya ? ” ” Kenapa Sus ? ” tanyaku
bingung. “Enggak kok… sudah lumayan enakan… ” dan tanpa menjawab diapun
meloloskan CDnya… dimasukkan dalam saku baju dinasnya. Lalu dia permisi
padaku dan mulai mengangkangkan kakinya di atas meriamku… dan bless… dia
masukkan batangku pada lobangnya yang hangat dan sudah basah sekali…
diapun mulai menggoyang perlahan… pertama dengan gerakan naik turun…lalu
disusul dengan gerakan memutar… wah… suster ini rupanya sudah prof
banget… lobangnya aku rasakan masih sangat sempit… makanya dia juga
hanya berani gerak perlahan… mungkin juga karena aku masih sakit… dan
punya banyak luka baru. Lama sekali permainan itu dan memang dia ngga’
ganti posisi… karena posisi yang memungkinkan hanya satu posisi… aku
tidur di bawah dan dia di atasku. Sampe saat itu belum ada tanda-tanda
aku akan keluar… tapi kalo tidak salah dia sempat mengejang sekali tadi
dipertengahan dan lemas sebentar lalu mulai menggoyang lagi… sampe
tiba-tiba pintu kamarku dibuka dari luar… dan seorang suster masuk
dengan tiba-tiba… Kaget sekali kami berdua… karena tidak ada alasan
lain… jelas sekali kita sedang main… mana posisinya… mana baju dinas
Suster Anna terbuka sampe perutnya dan BHnya juga sudah kelepas dan
tergeletak di lantai. Ternyata yang masuk suster Wiwik… dia langsung
menghampiri dan bilang “Teruskan saja An… aku cuman mau ikutan… mumpung
sepi ” Suster Wiwikpun mengelus dadaku… dia ciumin aku dengan lembut…
aku membalasnya dengan meremas dadanya… dia diam saja… aku buka
kancingnya… terus langsung aku loloskan pakaian dinasnya… aku buka
sekalian BHnya yang berenda… tipis dan merangsang… membal sekali tampak
pada saat BH itu lepas dari badannya… dada itu berguncang dikit…
kelihatan kalo masih sangat kencang… tinggal CD minim yang digunakannya.
Suster Anna masih saja dengan aksinya naik turun dan kadang berputar…
aku lhat saja dadanya yang terguncang akibat gerakannya yang mulai liar…
lidah suster Wiwik mulai memasuki rongga mulutku dan kuhisap ujung
lidahnya yang menjulur itu… tangan kiriku mulai merabai sekitar
selangkangan suster Wiwik dari luar… basah sudah CDnya… pelan aku kuak
ke samping… dan kudapat permukaan bulu halus menyelimuti liang
kenikmatannya… kuelus perlahan… baru kemudian sedikit kutekan… ketemu
sudah aku pada clitsnya… agak ke belakang aku rasakan makin menghangat.
Tersentuh olehku kemudian liang nikmat tersebut… kuelus dua tiga kali
sebelum akhirnya aku masukkan jariku ke dalamnya. Kucoba memasukkan
sedalam mungkin jari telunjukku… kemudian disusul oleh jari tengahku…
aku putar jari-jariku di dalamnya… baru kukocok keluar masuk… sambil
jempolku memainkan clitsnya. Dia mendesar ringan… sementara suster Anna
rebahan karena lelah di dadaku dengan pinggulnya tiada hentinya
menggoyang kanan dan kiri… suster Wiwik menyibak rambut panjang suster
Anna dan mulai menciumi punggung terbuka itu… suster Anna makin
mengerang… mengerang…. dan mengerang…. sampai pada erangan panjang yang
menandakan dia akan orgasme… dan makin keras goyangan pinggulnya…
sementara aku mencoba mengimbangi dengan gerakan yang lebih keras dari
sebelumnya… karena dari tadi aku tidak dapat terlalu bergoyang… takut
lukaku sakit. Suster Anna mengerang…. panjang sekali seperti orang
sedang kesakitan… tapi juga mirip orang kepedasan… mendesis di antara
erangannya… dia sudah sampe… rupanya… dan… dia tahan dulu sementara…
baru dicabutnya perlahan… sekarang giliran suster Wiwik… dilapnya dulu…
meriamku dikeringkan… baru dia mulai menaikiku… batin… kurang ajar
suster-suster ini aku digilirnya… dan nanti aku juga mesti masih
membayar biaya rawat… gila… enak di dia… tapi….. enak juga dia aku kok…
demikian pikiranku… ach… masa bodo…. POKOKNYA PUAS !!! Demikian kata
iklan. Ketika suster Wiwik telah menempati posisinya… kulihat suster
Anna mengelap liang kenikmatannya dengan tissue yang diambilnya dari
meja kecil di sampingku. Suster Wiwik seakan menunggang kuda… dia goyang
maju mundur… perlahan tapi penuh kepastian… makin lama makin cepat
iramanya… sementara tanganku keduanya asyik meremas-remas dadanya yang
mengembung indah… kenyal sekali rasanya… cukup besar ukurannya dan lebih
besar dari suster Anna punya… yang ini ngga’ kurang dari 36…
kemungkinan cup C… karena mantap dan tanganku seakan ngga’ cukup
menggenggamnya. Sesekali kumainkan putingnya yang mulai mengeras… dia
mendesis… hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya… desisan itu
sungguh manja kurasakan… sementara suster Anna telah selesai dengan
membersihkan liang hangatnya… kemudian dia mulai lagi mengelus-elus
badan telanjang suster Wiwik dan tuga memainkan rambutku… mengusapnya…
Kemudian karena sudah cukup pemanasannya… dia mulai menaiki ranjang
lagi… dikangkangkannya kakinya yang jenjang di atas kepalaku… setengah
berjongkok gayanya saat itu dengan menghadap tembok di atas kepalaku…
dan kedua tangannya berpegangan pada bagian kepala ranjangku. Mulai
disorongkannya liangnya yang telah kering ke mulutku… dengan cepat aku
julurkan lidahku…. aku colek sekali dulu dan aku tarik nafas…. hhhmmmm……
harus khas liang senggama…. kujilat liangnya dengan lidahku yang memang
terkenal panjang… kumainkan lidahku… mereka berdua mengerang
berbarengan kadang bersahutan… Aku ingin tau sekarang ini jam berapa ?
Jangan sampe erangan mereka mengganggu pasien lain… karena aku
mendengarnya cukup keras… aku tengok ke dinding… kosong ngga’ ada jam
dinding… aku lihat keluar… kearah pintu… mataku terbelalak… terkejut…
shock… benar-benar kaget aku… lamat-lamat aku perhatikan… di antara
pintu aku melihat seberkas sinar mengkilap… sambil terus menggoyang
suster Wiwik… meninggalkan jilatan pada suster Anna… aku konsentrasi
sejenak pada apa yang ada di belakang pintu… ternyata… pintupun terbuka…
makin gila aku makin kaget… dan deg… jantungku tersentak sesaat… lalu
lega… tapi… yang dateng ini dua temen suster yang sedang kupuaskan ini…
kaya’nya kalo marah sich ngga’ bakalan.. mereka sepertinya telah cukup
lama melihat adegan kami bertiga… jadi maksud kedatangannya hanya dua
kemungkinan… mo nonton dari dekat atau ikutan… ternyata…. “Wah… wah…
wah… rajin sekali kalian bekerja… sampe malem gini masih sibuk ngurus
pasien… ” demikian kata salah seorang dari mereka… “Mari kami bantu ”
demikian sahut yang lainnya yang berbadan kecil kurus dan berdada super…
Jelas ini jawabannya adalah pilihan kedua. Merekapun langsung melepas
pakaian dinas masing-masing… satu mengambil posisi di kanan ranjang dan
satu ngambil posisi di kiri ranjang… secara hampir bersamaan mereka
menciumi dada… leher… telinga dan semua daerah rangsanganku… akupun
mulai lagi konsentrasi pada liang suster Anna… sementara kedua tanganku
ambil bagian masing-masing… sekarang semua bagian tubuhku yang menonjol
panjang telah habis digunakan untuk memuaskann 4 suster gatel…… malam
ini… tidak ada sisa rupanya…. terus bagaimana kalo sampe ada satu lagi
yang ikutan ? Jari-jariku baik dari tangan kanan maupun kiri telah
amblas dalam liang hangat suster-suster gatel tersebut… untuk
menggaruknya kali… aku kocok-kocokkan keluar masuk ya lidahku… ya
jariku… ya meriamku… rusak sudah konsentrasiku… Ini permainan Four Whell
Drive ( 4 WD )atau bisa juga disebut Four Wheel Steering ( 4 WS )…
empat-empatnya jalan semua… kaya’nya kau makin piawai dalam permainan
4DW / 4 WS ini karena ini kali dua aku mencoba mempraktekkannya. Lama
sekali permainannya… sampe tiba-tiba suster Wiwik mengerang…. kesar dan
panjang serta mengejang… Setelah suster Wiwik selesai… dan mencabut
meriamku… suster Anna berbalik posisi dengan posisi 69… kami saling
menghisap dan permainan berlanjut… sekali aku minta rotasi… yang di
kananku untuk naik… yang di atas ( suster Anna ) aku minta ke kiri dan
suster yang di kiri aku minta pindah posisi kanan. Tawaran ini tidak
disia-siakan oleh suster yang berkulit agak gelap dari semua temannya…
dia langsung menancapkan meriamku dengan gerakan yang menakjubkan… tanpa
dipegang…. diambilnya meriamku yang masih tegang dengan liangnya dan
langsung dimasukkan… amblas sudah meriamku dari pandangan. Diapun
langsung menggoyang keras… rupanya sudah ngga’ tahan… Benar juga sekitar
5 menit dia bergoyang sudah mengejang keras dan mengerang…. mengerang….
panjang serta lemas. Sementara tingal dua korban yang belum selesai…
aku minta bantuan suster yang masih ada di sana untuk membantu aku balik
badan… tengkurap… kemudian aku suruh suster yang pendek dan berdada
besar tadi untuk masuk ke bawah tubuhku…. sedangkan suster Anna aku
suruh duduk di samping bantal yang digunakan suster kecil tadi. Perlahan
aku mulai memasukkan meriam raksasaku pada liang suster yang bertubuh
kecil ini… sulit sekali… dan diapun membantu dengan bimbingan test….
Setelah tertancap… tapi sayangnya tidak dapat habis terbenam… rasanya
mentok sekali… dengan bibir rahimnya… akupun mulai menggoyang suster
kecil dan menjilati suster Anna. Mereka berdua kembali mendesah….
mengerang…. mendesah dan kadang mendesis… kaya’ ular. Aku sulit sekali
sebenarnya untuk mengayun pinggulku maju mundur…. jadi yang bisa aku
lakukan cuman tetap menancapkan meriamku pada liang kenikmatan suster
mungil ini sambil memutar pinggulku seakan meng-obok-obok liangnya…
sedangkan dadanya yang aku bilang super itu terasa sekali mengganjal
dadaku yang bidang… kenikmatan tiada tara sedang dinikmati si mungil di
bawahku ini… dia mendesis tak keruan… sedang lidahku tetap menghajar
liang kenikmatan suster Anna… sesekali aku jilatkan pada clitsnya… dia
menggelinjang setiap kali lidahku menyentuh clitsnya… mendengar desisan
mereka berdua aku jadi ngga’ tahan… maka dengan nekat aku keraskan
goyangan pinggulku dan hisapanku pada suster Anna… dia mulai mengejang…
mengerang dan kemudian disusul dengan suster yang sedang kutindih….
suster Anna sudah lemas… dan beranjak turun dari posisinya…. Aku tekan
lebih keras suster mungil ini…. sambil dadanya yang menggairahkan ini
aku remas-remas semauku… aku sudah merasakan hampir sampe juga… sedang
suster mungil masih mengerang…. terus dan terus… kaya’nya dia dapat
multi orgasme dan panjang sekali orgasme yang didapatnya…. aku coba
mengjar orgasmenya… dan…. dan…. berhasil juga akuhirnya… aku sodok dan
benamkan meriamku sekuat-kuatnya… sampe dia melotot… aku didekapnya erat
sekali… dan “Adu…..uh enak sekali… ” demikian salah satu katanya yang
dapat aku dengar. Akupun ambruk diatas dada besar yang menggemaskan itu…
lunglai sudah tubuh ini rasanya… menghabisi 4 suster sekaligus… suatu
rekord yang gila… permainan Four Wheel Drive kedua dalam hidupku… pada
saat mencabutnyapun aku terpaksa diantu suster yang lain… “Kasihan
pasien ini nanti sembuhnya jadi lama… soalnya ngga’ sempet istirahat”
kata suster yang hitam. “Iya dan kaya’nya kita akan setiap malam rajin
minta giliran kaya’ malem ini ” sahut suster Wiwik. “Kalo itu dibuat
system arisan saja ” kata suster Anna sadis sekali kedengarannya.
Emangnya aku meriam bergilir apa ? Malam itu aku tidur lelaap sekali dan
aku sempat minta untuk suster mungil menemaniku tidur, aku berjanji
tiap malam mereka dapat giliran menemaniku tidur… tapi setelah mendapat
jatah batin tentunya. Suster mungil ini bernama Ratih dan malam itu kami
tidur berdekapan mesra sekali seperti pengantin baru dan sama-sama
polos… sampe jam 4 pagi… dia minta jatah tambahan… dan kamipun bermain
one on one ( satu lawan satu, ngga’ keroyokan kaya’ semalem ). Hot
sekali dia pagi itu… karena kami lebih bebas… tapi yang kacau adalah
udahannya… aku merasa sakit karena lukaku berdarah lagi… jadi terpaksa
ketahuan dech sama yang lain kalo ada sesi tambahan… dan merekapun
rame-rame mengobati lukaku…. sambil masih pengen lihat meriam dasyat
yang meluluh lantakkan tubuh mereka semaleman. Abis gitu sekitar jam 5
aku kembali tidur sampe pagi jam 7.20 aku dibangunkan untuk mandi pagi.
Mandi pagi dibantu oleh suster Dewi dan sempat diisep sampe keluar dalam
mulutnya… nah suster Dewi ini yang kulitnya hitaman semalam. Nama
mereka sering aku dapat setelah tubuh mereka aku dapat. Hari kedua Pagi
jam 10 aku dibesuk oleh Dian dan Mita… mereka membawakan buah jeruk dan
apel… aslinya sich aku ngga demen makan buah… setengah jam kami ngobrol
bertiga. sampe suatu saat aku bilang pada Dian “Aku mo minta tolong Ian…
kepalaku pusing… soalnya aku dari semaleman ngga’ dapet keluar… dan aku
ngga’ bisa self service ” demikian kataku membuka acara… dan akupun
bercerita sedikit kebiasaanku pada Dian dengan bumbu tentunya. Aku
cerita kalo biasa setiap kali mandi pagi aku suka onani kalo semalemnya
ngga’ dapet cewek buat nemenin tidur… dan sorenya juga suka main lagi…
Dian bisa maklum karena aku dulu sempat samen leven dengan Nana temannya
yang hyper sex selama 8 bulan lebih… dia juga tahu kehidupanku tidak
pernah sepi cewek. Dengan dalih dia mo bantu aku karena hal ini dianggap
sebagai bales jasa menyelamatkan jiwa kakaknya… yang aku selamatkan
dari keroyokan kemarin… sampe akhirnya aku sendiri masuk rumah sakit.
Dia minta Mita adiknya keluar dulu karena malu, tapi Mita tau apa yang
akan dilakukan Dian padaku… karena pembicaraan tadi di depan Mita.
Sekeluarnya Mita dari kamar… Dian langsung memasukkan tangannya dalam
selimutku dan mulailah dia meremas dan mengelus meriamku yang sedang
tidur… sampe bangun dan keras sekali… setelah dikocoknya dengan segala
macam cara masih belum keluar juga sedang waktu sudah menunjukkan pukul
10.45 berarti jam besuk tinggal 15 menit lagi maka aku minta Dian
menghisap meriamku. Mulanya dia malu… tapi dikerjakannya juga… demi
bales jasa kaya’ya… atau dia mulai suka ? Akhirnya keluar juga spermaku
dan kali ini tidak diselimut lagi tapi dalam mulut Dian dan ini pertama
kali Dian meneguk spermaku… juga pertama kali teman kuliahku ini ngisep
punyaku… kaya’nya dia juga belum mahir betul… itu ketahuan dari beberapa
kali aku meringis kesakitan karena kena giginya. Spermaku ditelannya
habis… sesuai permintaanku dan aku bilang kalo sperma itu steril dan
baik buat kulit… benernya sich aku ngga’ tau jelas… asal ngomong aja dan
dia percaya… setelah menelan spermaku dia ambil air di gelas dan
meminumnya… belum biasa kali. Aku tengok ke jendela luar saat Dian ambil
minum tadi… ternyata aku melihat jendela depan yang menghadap taman
tidak tertutup rapat dan aku sempat lihat kalo Mita tadi ngintip
kakaknya ngisep aku… Jam 11.05 mereka berdua pamit pulang… selanjutnya
aku aku makan siang dan tidur sampe bangun sekitar jam 3 siang. Dan aku
minta suster jaga untuk memindahkanku ke kursi roda… sebelum dipindahkan
aku diobati dulu dan diberi pakeaian seperti rok panjang terusan agak
gombor. dengan kancing banyak sekali di belakangnya. Pada saat
mengenakan pakaian tersebut dikerjakan oleh dua suster shift pagi…
suster Atty dan suster Fatima, pada saat mereka berdua sempat melihat
meriamku… mereka saling berpandangan dan tersenyum terus melirik nakal
padaku… aku cuek saja… pada saat aku mo dipindahkan ke kurasi roda aku
diminta untuk memeluk suster Fatima… orangnya masih muda sekitar 23
tahunan kira-kira… rambutnya pendek… tubuhnya sekitar 159 Cm… dadanya
sekitar 34 B… pada saat memeluk aku sedikit kencangkan sambil pura-pura
ngga’ kuat berdiri… aku dekap dia dari pinggang ke pundak ( seperti
merengkuh ) dengan demikian aku telah menguncinya sehingga dia tidak
dapat mengambil jarak lagi dan dadanya pas sekali dipundakku… greeng…
meriamku setengah bangun dapat sentuhan tersebut. “Agak tegak berdirinya
Mas… berat soalnya badan Masnya ” kata suster Fatima. Akupun mengikut
perintahnya dengan memindahkan tangan kananku seakan merangkulnya dengan
demikian aku makin mendekatkan wajahnya ke leherku dan aku dorong
sekalian kepalaku sehingga dia secara ngga’ sadar bibirnya kena di
leherku… sementara suster Atty membetulkan letak kursi roda… aku lihat
pinggulnya dari berlakang… wah… bagus juga ya… Suster Fatima bantu aku
duduk di kursi roda dan suster Atty pegang kursi roda dari belakang…pada
saat mo duduk pas mukaku dekat sekali dengan dada suster Fatima… aku
sempetin aja desak dan gigit dengan bibir berlapis gigi ke dada
tersebut… karena beberapa terhenti aku dapat merasakan gigitan itu
sekitar 2 detikan dech… dia diam saja… dan saat aku sudah duduk…. dan
suster Atty keluar kamar… “Awas ya… nakal sekali ” kata suster Fatima
sambil mendelik. Aku tau dia ngga’ marah cuman pura-pura marah aja
“Satunya belum Sus,” kataku menggoda… “Enak aja… geli tau ?” jawabnya
sewot. “Nanti saya cubit baru tau ” lanjutnya sambil langsung mencubit
meriamku… dan terus dia ngeloyor keluar kamar dengan muka merah… karena
meriamku saat itu sudah full standing karena abis nge-gigit toket… jadi
terangsang… “Sus… tolong donk saya di dorong keluar kamar” kataku
sebelum sempat suster Fatima keluar jauh. Diapun kembali dan mendorongku
ke teras kamar… menghadap taman. Aku bengong di teras… sambil menghisap
rokokku… di pangkuanku ada novel tapi rasanya males mo baca novel itu…
jadinya aku bengong saja sore itu di teras sambil ngelamun aku mikirin
rencana lain untuk malam ini… mo pake gaya apa ya ? Tiba-tiba aku
dikejutkan dengan telapak tangan yang menutup mataku… “Siapa ini ? Kok
tangannya halus… dingin dan kecil… Siapa ni ? ” kataku… Terus dilepasnya
tangan tersebut dan dia ke arah depanku… baru kutau dia Mita adik Dian.
Kok sendirian ? “Mana Mita ?” tanyaku… “Lagi ketempat dosennya mo
ngurus skripsi” jawab Mita. “Jadi ngga’ kesini donk ? ” tanyaku
penasaran. “Ya ngga’ lah… ini saya bawain bubur buatan Mama” katanya
sambil mendorongku masuk kamar… dia letakkan bubur itu di atas meja
kecil samping ranjang. Terus kami ngobrol… sekitar 10 menit sampe aku
bilang “Mit… ach ngga’ jadi dech… ” kataku bingung gimana mo mulainya…
maksudku mo jailin dia untuk ngeluarin aku seperti yang dilakukan
kakaknya tadi pagi… bukankah dia juga udah ngintip… kali aja dia pengen
kaya’ kakaknya… mumpung lagi cuman berduaan… “Kenapa Kak ?” aku tak
menjawab hanya mengernyitkan dahi saja… “Pusing ya ?” tanyanya lagi.
“Iya ni… penyakit biasa” kataku makin berani… kali bisa… ” Kak… gimana
ya ? Tadi khan udah ? ” katanya mulai ngerti maksudku… tapi kaya’nya dia
bingung dan malu… merah wajahnya tampak sekali. “Mit… sorry ya… kalo
kamu ngga’ keberatan tolongin Kakak donk… ntar malem Kakak ngga’ bisa
tidur… kalo… ” kataku mengarah dan sengaja tidak menyelesaikan
kata-kataku supaya terkesan gimana gitu…. “Iya Mita tau Kak… dan kasihan
sekali… tapi gimana Mita ngga’ bisa… Mita malu Kak… ” “Ya udah kalo
kamu keberatan… aku ngga’ mo maksa… lagian kamu masih kecil…” “Kak… Mita
ciumin aja ya… supaya Kakak terhibur… jangan susah Kak… kalo Mita sudah
besar dan sudah bisa juga mau kok bantuin Kak Jossy kaya tadi pagi ”
kata dia sambil mencium pipiku. “Iya dech… sini Kak cium kamu ” kataku
dan diapun pindah kehadapanku. Dia membungkuk sehingga ada kelihatan
dadanya yang membusung… aduh…. gila… usaha harus jalan terus ni… gimana
caranya masa bodo… harus dapet… aku udah pusing berat. Dan Mitapun
memelukku sambil membungkuk… aku cium pipinya, dagunya… belakang
telinganya kadang aku gigit lembut telinganya… pokoknya semua daerah
rangsangan… aku coba merangsangnya… ciuman kami lama juga sampe nafasnya
terasa sekali di telingaku. Tangaku mencoba meremas dadanya… diapun
mundur… mo menghidar… “Mit… gini dech… aku sentuh kamu saja… ngga’
ngapain kok… supaya aku lebih tenang nanti malem ” “Maaf Kak… tadi Mita
kaget… Mita ngerti kok… Kak Joss gini juga gara-gara Mas Anton ”
jawabnya penuh pengertian… atau dia udah kepancing ? Diapun kembali…
mendekat dan kuraih dadanya… aku remas…dan dia kembali menciumku… dari
tadi tidak ada ciuman bibir hanya pipi dan telinga… saling berbalasan…
sampe remasanku makin liar dan mencoba menyusup pada bajunya… melalui
celah kancing atasnya. Tangan Mita mulai turun dari dadaku ke meriamku…
dan meremasnya dari luar… “Aduh… enak sekali Mit… terusin ya… sampe
keluar… biar aku ngga’ pusing nanti ” kataku nafsu menyambut
kemajuannya. Lama remasan kami berlangsung… sampe akhirnya Mita melorot
dan berjongkok di depanku dan menyingkap pakaianku… dia mulai mo mencium
meriamku… dengan mata redup penuh nafsu dia mulai mencium sayang pada
meriamku. ” Masukin saja Mit… ” kataku. Mitapun memasukkan meriamku
dalam mulut mungilnya… sulit sekali tampaknya… dan penuh sekali
kelihatan dari luar… dia mulai menghisap dan aku bilang jangan sampe
kena gigi… Tak perlu aku ceritakan proses isep-isepan itu… yang pasti
saat aku ngga’ tahan lagi… aku tekan palanya supaya tetap nancep… dan
aku keluarkan dalam mulut mungil Mita… terbelalak mata Mita kena semprot
spermaku. ” Telen aja Mit… ngga’ papa kok ” kataku… Diapun menelan
spermaku… lalu dicabutnya dari mulut mungil itu… sisa spermaku yang
meleleh di meriamku dan bibir mungilnya dilap pake tissue… dan dia lari
ke kamar mandi…. sedang aku merapikan kembali pakaianku yang tersibak
tadi. Ada orang datang… kelihatan dari balik kaca jendela… ” Sorry Joss…
aku baru bisa dateng sekarang… ngga’ dapet pesawat soalnya ” kata Bang
Johnny yang datang bersama dengan kak Wenda dan Winny… “Iya ini juga
langsung dari airport ” kata Kak Wenda. “Kamu kenapa si… ceritanya
gimana kok bisa sampe kaya’ gini ?” tanya Winny… “Lha kalian tau aku di
sini dari mana ?” tanyaku bingung. “Tadi malem kami telpon ke rumah
ngga’ ada yang jawab sampe tadi pagi kami telpon terus masih kosong”
kata Kak Wenda. “Aku telpon ke rumahnya Donna yang di Kertajaya kamu
ngga’ di sana… aku telpon rumahnya yang di Grand Family juga kamu ngga’
ada, malah ketemu sammy di sana” kata Winny. “Sammy bilang mo bantu cari
kamu… terus siang tadi Donna telpon katanya dia abis nelpon Dian dan
katanya kamu dirawat di sini dan dia cerita panjang sampe kamu masuk
rumah sakit ” kata Winny lagi. Mereka tuh semua dari Jakarta karena ada
saudara Kak Wenda yang menikah… dan rencananya pulangnya kemarin sore…
pantes Kak Wenda telpon aku kemarin mungkin mo bilangin kalo pulangnya
ditunda. Malah dapet berita kaya’ gini. Mita keluar dari kamar mandi
yang ada dalam kamarku itu kaget juga tau banyak orang ada di sana dan
dia kaya’nya kikuk juga… Setelah aku perkenalkan kalo ini Mita adiknya
Dian dan kemudian Mita pamit mo jenguk kakaknya diruang lain. Kamipun
ngobrol seperginya Mita dari hadapan kami. Winny memandangku dengan
sedih… mungkin kasihan tapi juga bisa dia cemburu sama Mita… ngapain ada
dalam kamar mandi dan sebelumnya cuman berduaan aja sama aku di sini.
Selanjutnya tidak ada cerita menarik untuk diceritakan pada kalian
semua… yang pasti mereka ngobrol sampe jam 5.20 karena minta
perpanjangan waktu dan jam 5 tadi Mita datang lagi cuman pamit langsung
pulang. Malamnya seperti biasa… kejadiannya sama seperti hari pertama…
mandi sore diisep lagi… kali ini sustenya lain… dia suster Fatima yang
sempet aku gigit toketnya tadi siang. Dan malemnya aku main lagi… dan
tidur dengan suster Wiwik… suster Anna off hari itu… jadi waktu main
cuman suster Wiwik, suster Ratih dan suster Dewi.
0 comments:
Post a Comment