Monday 26 May 2014
Akibat Hujan
Ini pengalaman salah seorang teman saya yang juga
gemar membaca cerita sex dewasa terbaru yang ada di internet. Nah gini
cerita dewasa yang akan saya coba ceritakan disini jadi Pada hari sabtu,
saya seperti biasa suka nongkrong di warnet mulai jam 18:00, dan saya
langsung mengecek e-mail layaknya abg pada umumnya. Setelah selesai
saya suka browsing sambil chat. Pada saat itu hujan deras mengguyur
seisi kota disertai angin. Pada saat saya membeli minuman (di dalam
warnet), saya melihat dua orang gadis yang memasuki warnet. Mereka
terlihat basah kuyup karena kehujanan, dan ketika itu mereka mengenakan
kaos warna putih dan biru (cewek yang satunya), dan celana pendek. Dari
balik kaos putih basah itu saya bisa melihat sebuah BH warna merah muda,
juga sepasang payudara montok agak besar. Saya kembali ke meja dan
melihat mereka berdua menempati meja di depan saya. Sambil menunggu
jawaban dari chat, saya mencuri pandang pada dua gadis itu. Semakin lama
saya lihat saya tidak bisa konsentrasi, mungkin karena cara duduk
mereka yang hanya mengenakan celana pendek itu, sehingga terlihat paha
putih mulus dan juga sepasang buah dada dalam BH yang tercetak jelas
akibat baju yang basah.
Pada jam 20:00, listrik di warnet itu
padam. Para penjaga warnet terlihat sibuk memberitahu bahwa listrik akan
segera menyala dan meminta agar netter sabar. Tetapi 30 menit berlalu
dan tidak ada tanda-tanda bahwa listrik akan menyala sehingga sebagian
netter merasa tidak sabar dan pulang. Sedangkan saya masih di dalam
warnet dan ingin ikut pulang, tapi saya tidak bisa karena di luar hujan
masih deras dan saya hanya membawa motor. Begitu juga dengan 2 gadis di
depan saya, mereka sudah membayar uang sewa dan tidak bisa pulang karena
hujan masih deras. Mereka hanya bisa duduk di sofa yang disediakan
pihak warnet (sofa yang digunakan untuk netter apabila warnet sudah
penuh dan netter bersedia menunggu), wajah mereka tampak gelisah
terlihat samar-samar akibat emergency light yang terlampau kecil,
mungkin karena sudah malam dan takut tidak bisa pulang.
Melihat
kejadian itu saya tidak tega juga, apalagi hawa menjadi dingin akibat
angin yang masuk dari lubang angin di atas pintu. Saya pun mendekati
mereka dan duduk di sofa. Ternyata mereka enak juga diajak ngobrol, dari
situ saya mengetahui nama mereka adalah, Tuti (baju putih) dan Erni
(baju biru). Lagi enak-enaknya ngobrol kami dikejutkan oleh seorang
cewek yang masuk ke dalam sambil tergesa-gesa. Dari para penjaga yang
saya kenal, cewek tadi adalah pemilik warnet. Saya agak terkejut karena
pemilik warnet ini ternyata masih muda sekitar 25 tahun, cantik dan
****** Cewek tadi menyuruh para penjaga pulang karena listrik tidak akan
nyala sampai besok pagi.
Setelah semua penjaga pulang, cewek tadi menghampiri kami.
“Dik, Adik bertiga di sini dulu aja, kan di luar masih hujan, sekalian
nemenin Mbak ya..” kata cewek yang punya nama Riyas ini. Kemudian
berjalan ke depan dan menurunkan rolling door.
“Saya bantu Mbak,” kataku.
“Oh, nggak usah repot-repot..” jawabnya. Tapi aku tetap membantunya,
kan sudah di beri tempat berteduh. Setelah selesai aku menyisakan satu
pintu kecil agar kalau hujan reda aku bisa lihat.
“Ditutup saja Dik,
dingin di sini..” kata Riyas, dan aku menutup pintu itu. Entah setan
mana yang lewat di depanku, otak ini langsung berpikir apa yang akan
terjadi jika ada tiga cewek dan satu pria dalam sebuah ruangan yang
tertutup tanpa orang lain yang dapat melihat apa yang sedang terjadi di
dalam. Aku kembali duduk di sofa sambil berbincang dengan mereka bertiga
jadi sekarang ada empat orang yang tidak tahu akan berbuat apa dalam
keremangan selain berbicara.
“Sebentar ya Dik, saya ke atas dulu, ganti baju..” kata Riyas.
Aku bertanya dengan nada menyelidik, “Mbak tinggal di sini ya?”
“Iya, eh kalian di atas aja yuk supaya lebih santai, lagian baterai lampu sudah mau habis, ya..” katanya.
Kami bertiga mengikuti Mbak Riyas ke atas. Warnet itu terdapat di
sebuah ruko berlantai tiga, lantai satu dipakai untuk warnet, lantai dua
dipakai untuk gudang dan tempat istirahat penjaga, lantai tiga inilah
rumah Riyas. Menaiki tangga ke lantai tiga, terdapat sebuah pintu yang
akan menghentikan kita apabila pintu tidak dibuka, setelah masuk kami
tidak merasa berada di sebuah ruko tapi di rumah mewah yang besar, kami
disuruh duduk di ruang tamu. Riyas bilang dia akan mandi dan menyalakan
sebuah notebook agar kami bertiga tidak bosan menunggu dia mandi.
Ternyata notebook itu tidak memiliki game yang bisa membuat kami
senang. Tapi aku sempat melihat shortcut bertuliskan 17Thn (ketika itu
masih 17tahun.zip), aku menduga ini adalah permainan, ketika kubuka
ternyata isinya adalah cerita yang membuat adikku berdiri. Tuti dan Erni
pun agak malu melihat cerita-cerita itu. Tapi yang membuat aku tidak
tahan adalah mereka tidak memperbolehkan aku menutup program itu dan
mereka tetap membaca cerita itu sampai habis. Aku pun hanya bisa
terbengong melihat mereka berada di kiri dan kananku. Setelah selesai
membaca, Tuti merapatkan duduknya dan aku bisa merasakan benda kenyal
menempel di lengan kananku. Erni pun mulai menggosokkan telapak
tangannya ke paha kiriku. Sambil mereka melihat cerita yang lain, aku
merasakan sakit di dalam celanaku. Aku sudah tidak bisa konsentrasi pada
cerita itu, mereka semakin menjadi-jadi, bahkan Tuti membuka kaosnya
dengan alasan merasa panas, sedangkan Erni membuka kaosnya dengan alasan
kaosnya basah dan takut masuk angin. Aku merasa panas juga melihat
tubuh mereka, sambil membetulkan posisi adik, aku mengatakan kalau
hawanya memang panas dan aku membuka baju juga.
Kini tangan
mereka berdua dirangkulkan di tengkukku, aku semakin panas karena
lenganku merasa ada dua benda kenyal yang menghimpit tubuhku dari kiri
dan kanan. Akhirnya jebol juga iman ini, aku menaruh notebook itu di
meja di depanku dan aku menciumi Tuti dengan nafsu yang sudah memuncak,
Tuti pun tak mau kalah sama seranganku, dia membalas dengan liar.
Sedangkan Erni sibuk menciumi dan menjilati dadaku. Tangan kiriku
kulingkarkan pada Erni dan mulai meremas buah dada yang masih tertutup
BH itu, sedangkan tangan kananku kulingkarkan di tubuh Tuti dan
memasukkan ke dalam BH dan meremas buah dadanya. Erni mulai membuka
celanaku dan menghisap penis yang sudah tegang itu.
“Ouhh..
mmmhh.. yahhh..” aku mulai menikmati jilatan Erni pada kepala penisku.
Tuti pun jongkok di depanku dan menjilat telurku. Aku hanya bisa pasrah
melihat dan menikmati permainan mereka berdua. Kemudian Riyas keluar
dari kamar dengan selembar handuk menutupi tubuh, dia menarik meja di
depanku supaya ada cukup tempat untuk bermain. Riyas berlutut sambil
membuka celana Tuti. Setelah celana Tuti lepas, dia mulai menghisap
vagina Tuti. “Ooohh.. Ssshh.. ahh..” Tuti mendesah. Tak lama kemudian
Tuti membalikkan tubuhnya dan sekarang posisi Riyas dan Tuti menjadi
“69″. Aku pun sudah tak tahan lagi, segera kuangkat Erni dan
membaringkannya di lantai dan membuka celananya. Setelah terbuka aku
langsung menghisap vagina yang sedang merah itu. “Auuhh.. Ooohh..
Sayang..” desahan Erni semakin membuatku bernafsu.
Dengan
segera aku mengarahkan penisku ke vagina Erni, dan mulai menusukkan
secara perlahan. Erni merasa kesakitan dan mendorong dadaku, aku
menghentikan penisku yang baru masuk kepalanya itu. Selang agak lama
Erni mulai menarik pinggangku agar memasukkan penis ke vaginanya,
setelah masuk semua aku menarik perlahan-lahan dan memasukkannya kembali
secara perlahan-lahan. “Ahhh.. ayo Sayang.. ohhh.. cepat..” Aku pun
mulai mempercepat gerakanku. Dari tempatku terlihat Tuti dan Riyas
saling menggesek-gesekkan vagina mereka. “Auuhhh.. ooouuhh.. iyahhh..
yahh.. ssshh.. hhh..” desahan Erni berubah menjadi teriakan histeris
penuh nafsu.
Tak lama kemudian Erni mencapai orgasme, tapi aku
terus menusukkan penis ke arah vagina Erni. “Gantian donk, aku juga
pingin nih..” kata Tuti sambil menciumi bibir Erni. Aku pun menarik
penisku dan mengarahkan ke vagina Tuti setelah dia telentang. Ketika
penisku masuk, vaginanya terasa licin sekali dan mudah sekali untuk
masuk, rupanya dia telah mengalami orgasme bersama Riyas. Tampaklah Erni
dan Riyas tertidur di lantai sambil berpelukan. Sedangkan aku terus
menggenjot tubuh Tuti sampai akhirnya Tuti sudah mencapai puncak dan aku
merasakan akan ada sesuatu yang akan keluar. “Aahhh..” suara yang
keluar dari mulutku dan Tuti. Akhirnya kami berempat tertidur dan pulang
pada esok paginya. Setelah kejadian itu aku tidak pernah bertemu dengan
Tuti dan Erni. Riyas sekarang sudah menikah dan tetap tinggal di ruko
itu. Sedangkan aku masih sibuk dengan urusan kerja dan tidak pernah ke
warnet itu lagi.
0 comments:
Post a Comment