Monday 26 May 2014
Derita Seorang Polwan
Bripda Handayani, 20 tahun, adalah seorang anggota Bintara Polwan yang
baru dilantik beberapa bulan yang lalu. Handayani atau sering dipanggil
Yani itu memiliki wajah yang cukup cantik, berkulit putih dengan bibir
yang merah merekah, tubuhnya kelihatan agak berisi dan sekal.
Orang-orang di sekitarnya pun menilai wajahnya mirip dengan artis Desy
Ratnasari.
Banyak orang
menyayangkan dirinya yang lebih memilih profesi sebagai seorang polisi
wanita daripada menjadi artis atau seorang foto model. Maklumlah, dengan
penampilannya yang cantik itu Handayani memiliki modal yang cukup untuk
berprofesi sebagai seorang foto model atau artis sinetron.
Tinggi badannya 168 cm dan ukuran bra 36B, membuat penampilannya makin
menggairahkan, apalagi ketika ia mengenakan baju seragam dinas Polwan
dengan baju dan rok seragam coklatnya yang berukuran ketat sampai-sampai
garis celana dalamnya pun terlihat jelas menembus dan menghias kedua
buah pantatnya yang sekal. Karena ukuran roknya yang ketat, sehingga
saat ia berjalan goyangan pantatnya terlihat aduhai. Semua pria yang
berpikiran nakal pastilah ingin mencicipi tubuhnya.
Pada suatu
malam sehabis lembur, sekitar jam 10 malam ia berjalan sendirian
meninggalkan kantor untuk pulang menuju ke mess yang kebetulan hanya
berjarak sekitar 600 meter dari Markas Polda tempatnya berdinas. Dia
merasakan badannya amat lelah akibat seharian kerja ditambah lembur
tadi, sekujur tubuhnya pun terasa lengket-lengket karena keringat yang
juga membasahi seragam dinas yang dikenakannya.
Dengan berjalan
agak lambat, kini tibalah Handayani pada sebuah jalan pintas menuju ke
mess yang kini tinggal berjarak 100 meter itu, namun jalan tersebut agak
sunyi dan gelap. Tiba-tiba tanpa disadarinya, sebuah mobil Kijang
berkaca gelap memotong jalan dan berhenti di depannya. Belum lagi hilang
rasa kagetnya, sekonyong-konyong keluar seorang pemuda berbadan kekar
dari pintu belakang dan langsung menyeret Bripda Handayani yang tidak
sempat memberikan perlawanan itu masuk ke dalam mobil tersebut, dan
mobil itu kemudian langsung tancap gas dalam-dalam meninggalkan lokasi.
Di dalam mobil tersebut ada empat orang pria. Bripda Handayani diancam
untuk tidak berteriak dan bertindak macam-macam, sementara mobil terus
melaju dengan cepat. Handayani yang masih terbengong-bengong pun
didudukkan di bagian tengah, diapit 2 orang pria. Sementara mobil
melaju, mereka berusaha meremas-remas pahanya. Tangan kedua lelaki
tersebut mulai bergantian mengusap-usap kedua paha mulus Handayani.
Naluri polisi Handayani kini bangkit dan berontak. Namun belum lagi
berbuat banyak, tiba-tiba lelaki yang duduk di belakangnya memukul
kepala Handayani beberapa kali hingga akhirnya Handayani pun mengakhiri
perlawanannya dan pingsan.
Kedua tangan Bripda Handayani diikat
ke belakang dengan tali tambang hingga dadanya yang montok dan masih
dilapisi seragam Polwan itu mencuat ke depan. Sementara itu selama dalam
perjalanan kedua orang pria yang mengapitnya itu memanfaatkan
kesempatan dengan bernafsu menyingkap rok seragamnya Handayani sampai
sepinggang. Setelah itu kedua belah kakinya dibentangkan lebar-labar ke
kiri dan kanan sampai akhirnya tangan-tangan nakal kedua lelaki tersebut
dengan leluasa menyeruak ke dalam celana dalam Handayani, kemudian
dengan bernafsu mengusap-ngusap kemaluan Bripda Handayani.
Akhirnya sampailah mereka di sebuah rumah besar yang sudah lama tidak
ditempati di suatu daerah sepi. Mobil langsung masuk ke dalam dan garasi
langsung ditutup rapat-rapat. Kemudian Handayani yang masih pingsan itu
langsung digotong oleh dua orang yang tadi mengapitnya masuk ke dalam
rumah tersebut. Rumah tersebut kelihatan sekali tidak terawat dan
kosong, namun di tengah-tengahnya terdapat satu sofa besar yang telah
lusuh.
Ternyata di sana sudah menunggu kurang lebih sekitar
lima orang pria lagi, jadi total di sana ada sekitar sembilan orang
lelaki. Mereka semua berperangai sangar, badan mereka rata-rata dipenuhi
oleh tatto dan lusuh tidak terawat, sepertinya mereka jarang mandi.
Bripda Handayani kemudian didudukkan di sebuah kursi sofa panjang di antara mereka.
“Waw betapa cantiknya Polwan ini.” guman beberapa lelaki yang menyambut
kedatangan rombongan penculik itu sambil memandangi tubuh lunglai
Handayani.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka berujar memerintah, “Jon.., ambilin air..!”
Seseorang bernama Joni segera keluar ruangan dan tidak lama kemudian masuk dengan seember air.
“Ini Frans..,” ujar Joni.
Frans yang berbadan tegap dan berambut gondrong itu berdiri dan menyiramkan air pelan-pelan ke wajah Bripda Handayani.
Beberapa saat kemudian, ketika sadar Polwan cantik itu terlihat sangat
terkejut melihat suasana di depannya, “Kamu…” katanya seraya
menggerakkan tubuhnya, dan dia sadar kalau tangannya terikat erat.
Kali ini Frans tersenyum, senyum kemenangan.
“Mau apa kamu..!” Bripda Handayani bertanya setengah menghardik kepada Frans.
“Jangan macam-macam ya, saya anggota polisi..!” lanjutnya lagi.
Frans hanya tersenyum, “Silakan saja teriak, nggak bakal ada yang dengar kok. Ini rumah jauh dari mana-mana.” kata Frans.
“Asal tau aja, begitu urusan gue di Polda waktu itu beres, elo udah jadi incaran gue nomer satu.” sambungnya.
Sadar akan posisinya yang terjepit, keputusasaan pun mulai terlihat di
wajah Polwan itu, wajahnya yang cantik sudah mulai terlihat memelas
memohon iba. Namun kebencian di hati Frans masih belum padam,
terlebih-lebih dia masih ingat ketika Bripda Handayani membekuknya saat
dia beraksi melakukan pencopetan di dalam sebuah pasar. Namun karena
bukti yang kurang, saat diproses di Polda Frans pun akhirnya dibebaskan.
Hal inilah yang membuat Frans mendendam dan bertindak nekat seperti
ini.
Memang di kalangan dunia kriminal nama Frans cukup
terkenal. Pria yang berusia 40-an tahun itu sering keluar masuk penjara
lantaran berbagai tindak kriminal yang telah dibuatnya. Tindakannya
seperti mencopet di pasar, merampok pengusaha, membunuh sesama penjahat.
Kejahatan terakhir yang belum semat terlacak oleh polisi yang dia
lakukan beberapa hari yang lalu adalah merampok dan memperkosa
korbannya, yaitu seorang ibu muda yang berusia sekitar 25 tahun, istri
dari seorang pengusaha muda yang kaya raya. Ibu itu sendirian di
rumahnya yang besar dan mewah karena ditinggal suaminya untuk urusan
bisnis di Singapura.
“Ampun Mas, maafkan aku, aku waktu itu terpaksa bersikap begitu.” katanya seolah membela diri.
“Ha.. ha.. ha…” Frans tertawa lepas dan serentak lelaki yang lainnya
pun ikut tertawa sambil mengejek Bripda Handayani yang duduk terkulai
lemas.
“Hei Polwan goblok, gue ini kepala preman sini tau! Elo
nangkep gue sama aja bunuh diri!” ujar Frans sambil mengelus-elus
dagunya.
“Sekarang elo musti bayar mahal atas tindakan elo itu, dan gue mau kasih elo pelajaran supaya elo tau siapa gue.” sambungnya.
Bripda Handayani pun tertunduk lemas seolah dia menyesali tindakan yang
telah diambilnya dulu, airmatanya pun mulai berlinang membasahi
wajahnya yang cantik itu.
Tiba-tiba, “BUKK..” sebuah pukulan telak
menghantam pipi kanannya, membuat tubuh Handayani terlontar ke belakang
seraya menjerit. Seorang lelaki berkepala botak telah menghajar pipinya,
dan “BUKK” sekali lagi sebuah pukulan dari si botak menghantam perut
Handayani dan membuat badannya meringkuk menahan rasa sakit di perutnya.
“Aduh.., ampun Bang.. ampunn..,” ujar Handayani dengan suara melemah dan memelas.
Frans sambil melepaskan baju yang dikenakannya berjalan mendekati
Handayani, badannya yang hitam dan kekar itu semakin terlihat seram
dengan banyaknya tatto yang menghiasi sekujur badannya.
“Udah Yon, sekarang gue mau action.” ujar Frans sambil mendorong Yonas si kepala Botak yang menghajar Handayani tadi.
Tidak perduli dengan pembelaan diri Handayani, Frans dengan kasarnya
menyingkapkan rok seragam Polwan Handayani ke atas hingga kedua paha
mulus Handayani terlihat jelas, juga celana dalam putihnya.
Handayani menatap Frans dengan ketakutan, “Jangan, jangan Mas…” ucapnya
memelas seakan tahu hal yang lebih buruk akan menimpa dirinya.
Kemudian, dengan kasar ditariknya celana dalam Handayani sehingga bagian
bawah tubuh Handayani telanjang. Kini terlihat gundukan kemaluan
Handayani yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang tidak begitu lebat,
sementara itu Handayani menangis terisak-isak.
Para lelaki yang
berada di sekitar Frans itu pun pada terdiam melongo melihat indahnya
kemaluan Polwan itu. Untuk sementara ini mereka hanya dapat melihat
ketua mereka mengerjai sang Polwan itu untuk melampiaskan dendamnya.
Kini Frans memposisikan kepalanya tepat di hadapan selangkangan
Handayani yang nampak mengeliat-geliat ketakutan. Tanpa membuang waktu,
direntangkannya kedua kaki Handayani hingga selangkangannya agak sedikit
terbuka, dan setelah itu dilumatnya kemaluan Handayani dengan bibir
Frans.
Dengan rakus bibir dan lidah Frans mengulum,
menjilat-jilat lubang vagina Handayani. Badan Handayani pun
menggeliat-geliat kerenanya, matanya terpejam, keringat mulai banjir
membasahi baju seragam Polwannya, dan rintihan-rintihannya pun mulai
keluar dari bibirnya akibat ganasnya serangan bibir Frans di
kemaluannya, “Iihh.. iihh.. hhmmh..”
Tidak tahan melihat itu,
Joni dan seorang yang bernama Fredi yang berdiri di samping langsung
meremas-meremas payudara Handayani yang masih terbungkus seragam itu.
Bripda Handayani sesekali nampak berusaha meronta, namun hal itu semakin
meningkatkan nafsu Frans. Jari-jari Frans juga meraba secara liar
daerah liang kemaluan yang telah banjir oleh cairan kewanitaannya dan
air liur Frans. Jari telunjuknya mengorek dan berputar-putar dengan
lincah dan sekali-sekali mencoba menusuk-nusuk.
“Aakkh.. Ooughh…” Bripda Handayani semakin keras mengerang-ngerang.
Setelah puas dengan selangkangan Handayani, kini Frans bergeser ke atas
ke arah wajah Handayani. Dan kini giliran bibir merah Handayani yang
dilumat oleh bibir Frans. Sama ketika melumat kemaluan Handayani, kini
bibir Handayani pun dilumat dengan rakusnya, dicium, dikulum dan
memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Handayani.
“Hmmph.. mmph..
hhmmp..” Handayani hanya dapat memejamkan mata dan mendesah-desah karena
mulutnya terus diserbu oleh bibir Frans.
Bunyi decakan dan kecupan
semakin keras terdengar, air liur mereka pun meleleh menetes-netes.
Sesekali Frans menjilat-jilat dan menghisap-hisap leher jenjang
Handayani.
“It?s showtime..!” teriak Frans yang disambut oleh kegembiraan teman-temannya.
Kini Frans yang telah puas berciuman berdiri di hadapan Bripda
Handayani yang napasnya terengah-engah akibat gempuran Frans tadi,
matanya masih terpejam dan kepalanya menoleh ke kiri seolah membuang
wajah dari pandangan Frans. Frans pun membuka celana jeans lusuhnya
hingga akhirnya telanjang bulat. Kemaluannya yang berukuran besar telah
berdiri tegak mengacung siap menelan mangsa.
Kini Frans
meluruskan posisi tubuh Handayani dan merentangkan kembali kedua kakinya
hingga selangkangannya terkuak sedikit kemudian mengangkat kedua kaki
itu serta menekuk hingga bagian paha kedua kaki itu menempel di dada
Handayani. Hingga kemaluan Handayani yang berwarna kemerahan itu kini
menganga seolah siap menerima serangan. Tangis Handayani semakin keras,
badannya terasa gemetaran, dia tahu akan apa-apa yang segera terjadi
pada dirinya.
Frans pun mulai menindih tubuh Handayani, tangan
kanannya menahan kaki Handayani, sementara tangan kirinya memegangi
batang kemaluannya membimbing mengarahkan ke lubang vagina Handayani
yang telah menganga.
“Ouuhh.. aah.. ampuunn.. Mass..!” rintih Handayani.
Badan Handayani menegang keras saat dirasakan olehnya sebuah benda
keras dan tumpul berusaha melesak masuk ke dalam lubang vaginanya.
“Aaakkh..!” Handayani mejerit keras, matanya mendelik, badannya
mengejang keras saat Frans dengan kasarnya menghujamkan batang
kemaluannya ke dalam lubang vagina Handayani dan melesakkan secara
perlahan ke dalam lubang vagina Handayani yang masih kencang dan rapat
itu.
Keringat pun kembali membasahi seragam Polwan yang masih
dikenakannya itu. Badannya semakin menegang dan mengejan keras disertai
lolongan ketika kemaluan Frans berhasil menembus selaput dara yang
menjadi kehormatan para gadis itu.
Setelah berhasil menanamkan
seluruh batang kemaluannya di dalam lubang vagina Handayani, Frans mulai
menggenjotnya mulai dengan irama perlahan-lahan hingga cepat. Darah
segar pun mulai mengalir dari sela-sela kemaluan Handayani yang sedang
disusupi kemaluan Frans itu. Dengan irama cepat Frans mulai menggenjot
tubuh Handayani, rintihan Handayani pun semakin teratur dan berirama
mengikuti irama gerakan Frans.
“Ooh.. oh.. oohh..!” badannya
terguncang-guncang keras dan terbanting-banting akibat kerasnya genjotan
Frans yang semakin bernafsu.
Setelah beberapa menit kemudian
badan Frans menegang, kedua tangannya semakin erat mencengkram kepala
Handayani, dan akhirnya disertai erangan kenikmatan Frans berejakulasi
di rahim Bripda Handayani. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak
hingga meluber keluar. Bripda Handayani hanya dapat pasrah menatap wajah
Frans dengan panik dan kembali memejamkan mata disaat Frans bergidik
untuk menyemburkan sisa spermanya sebelum akhirnya terkulai lemas di
atas tubuh Handayani.
Tangis Handayani pun kembali merebak, ia
nampak sangat shock. Badan Frans yang terkulai di atas tubuh Handayani
pun terguncang-guncang jadinya karena isakan tangisan dari Handayani.
“Gimana rasanya Sayang..? Nikmat kan..?” ujar Frans sambil membelai-belai rambut Handayani.
Beberapa saat lamanya Frans menikmati kecantikan wajah Handayani sambil
membelai-belai rambut dan wajah Handayani yang masih merintih-rintih
dan menangis itu, sementara kemaluannya masih tertancap di dalam lubang
vagina Handayani.
“Makanya jangan main-main sama gue lagi ya
Sayang..!” sambung Frans sambil bangkit dan mencabut kemaluannya dari
vagina Handayani.
“Ayo siapa yang mau maju, sekarang gil…” ujar Frans kapada teman-temannya.
Belum lagi Frans selesai bicara, Fredi sedari tadi di sampingnya sudah
langsung mengambil posisi di depan Handayani yang masih lemas terkulai
di kursi sofa. Beberapa orang yang tadinya maju kini mereka mundur lagi,
karena memang Fredi adalah orang kedua dalam geng ini.
Fredi
yang berumur 38 tahun dan berperawakan sedang ini segera melepaskan
celana jeans kumalnya, dan kemudian naik ke atas sofa serta berlutut
tepat di atas dada Handayani. Kemaluannya yang telah membesar dan tidak
kalah gaharnya dengan kemaluan Frans kini tepat mengarah di depan wajah
Handayani. Handayani pun kembali membuang wajah sambil memejamkan
matanya. Fredi mulai memaksa Handayani untuk mengoral batang
kejantanannya. Tangannya yang keras segera meraih kepala Handayani dan
menghadapkan wajahnya ke depan kemaluannya.
Setelah itu
kemudian Fredi memaksakan batang kejantanannya masuk ke dalam mulut
Handayani hingga masuk sampai pangkal penis dan sepasang buah zakar
bergelantungan di depan bibir Handayani, yang kelagapan karena mulutnya
kini disumpal oleh kemaluan Fredi yang besar itu. Fredi mulai
mengocokkan batang penisnya di dalam mulut Handayani yang megap-megap
karena kekurangan oksigen. Dipompanya kemaluannya keluar masuk dangan
cepat hingga buah zakarnya memukul-mukul dagu Handayani.
Bunyi
berkecipak karena gesekan bibir Handayani dan batang penis yang sedang
dikulumnya tidak dapat dihindarkan lagi. Hal ini membuat Fredi yang
sedang mengerjainya makin bernafsu dan makin mempercepat gerakan
pinggulnya yang tepat berada di depan wajah Handayani. Batang penisnya
juga semakin cepat keluar masuk di mulut Handayani, dan sesekali membuat
Handayani tersedak dan ingin muntah.
Lima menit lamanya batang
penis Fredi sudah dikulumnya dan membuat Handayani makin lemas dan
pucat. Akhirnya tubuh Fredi pun mengejan keras dan Fredi menumpahkan
spermanya di rongga mulut Handayani. Hal ini membuat Handayani tersetak
dan kaget, ingin memuntahkannya keluar namun pegangan tangan Fredi di
kepalanya sangat keras sekali, sehingga dengan terpaksa Handayani
menelan sebagian besar sperma itu.
“Aaah..,” Fredi pun mendesah lega sambil merebahkan badannya ke samping tubuh Handayani.
Segera Handayani meludah dan mencoba memuntahkan sperma dari rongga
mulutnya yang nampak dipenuhi oleh cairan lendir putih itu. Belum lagi
menumpahkan semuanya, tiba-tiba badannya sudah ditindih oleh Yonas yang
dari tadi juga berada di samping.
“Ouuh..,” Handayani mendesah akibat ditimpa oleh tubuh Yonas yang ternyata telah telanjang bulat itu.
Kini dengan kasarnya Yonas melucuti baju seragam Polwan yang masih
dikenakan Handayani itu. Tetapi karena kedua tangan Handayani masih
diikat ke belakang, maka yang terbuka hanya bagian dadanya saja.
Setelah itu dengan kasarnya Yonas menarik BH yang dikenakan Handayani
dan menyembullah kedua buah payudara indah milik Handayani itu.
Pemandangan itu segera saja mengundang decak kagum dari para lelaki itu.
“Aah.. udah Mass.. ampuunn..!” dengan suara yang lemah dan lirih
Handayani mencoba untuk meminta belas kasihan dari para pemerkosanya.
Rupanya hal ini tidak membuahkan hasil sama sekali, terbukti Yonas
dengan rakusnya langsung melahap kedua bukit kembar payudara Handayani
yang montok itu. Diremas-remas, dikulum dan dihisap-hisapnya kedua
payudara indah itu hingga warnanya berubah menjadi kemerah-merahan dan
mulai membengkak.
Setelah puas mengerjai bagian payudara itu, kini Yonas mulai akan menyetubuhi Handayani.
“Aaakkhh…” kembali terdengar rintihan Handayani dimana pada saat itu
Yonas telah berhasil menanamkan kemaluannya di dalam vagina Handayani.
Mata Handayani kembali terbelalak, tubuhnya kembali menegang dan
mengeras merasakan lubang kemaluannya kembali disumpal oleh batang
kejantanan lelaki pemerkosanya.
Tanpa membuang waktu lagi,
Yonas langsung menggenjot memompakan kemaluannya di dalam kemaluan
Handayani. Kembali Handayani hanya dapat merintih-rintih seiring dengan
irama gerakan persetubuhan itu.
“Aaahh.. aahh.. oohh.. ahh.. ohh..!”
Selang beberapa menit kemudian Yonas pun akhirnya berejakulasi di rahim
Handayani. Yonas pun juga tumbang menyusul Frans dan Fredi setelah
merasakan kenikmatan berejakulasi di rahim Handayani. Kini giliran
seseorang yang juga tidak kalah berwajah garang, seseorang yang bernama
Martinus, badannya tegap dan besar serta berotot, kepalanya plontos,
kulitnya gelap, penampilannya khas dari daerah timur Indonesia. Usianya
sekitar 35 tahun.
Nampak Martinus yang agak santai mulai
mencopot bajunya satu persatu hingga telanjang bulat, kemaluannya yang
belum disunat itu pun sudah mengacung besar sekali. Handayani yang masih
kepayahan hanya dapat menatap dengan wajah yang sendu, seolah
airmatanya telah habis terkuras. Kini hanya tinggal senggukan-senggukan
kecil yang keluar dari mulutnya, nafasnya masih terengah-engah gara-gara
digenjot oleh Yonas tadi.
Setelah itu dia mendekati Handayani
dan menarik tubuhnya dari sofa sampai terjatuh ke lantai. Cengkraman
tangannya kuat sekali. Kini dia membalikkan tubuh Handayani hingga
telungkup, setelah itu kedua tangan kekarnya memegang pinggul Handayani
dan menariknya hingga posisi Handayani kini menungging. Jantung
Handayani pun berdebar-debar menanti akan apa yang akan terjadi pada
dirinya.
Dan, “Aakkhh.. ja.. jangan di situu.., ough..!”
tiba-tiba Handayani menjerit keras, matanya terbelalak dan badannya
kembali menegang keras.
Ternyata Martinus berusaha menanamkan batang
kejantanannya di lubang anus Handayani. Martinus dengan santainya
mencoba melesakkan kejantanannya perlahan-lahan ke dalam lubang anus
Handayani.
“Aaakh.. aahh.. sakit.. ahh..!” Handayani meraung-raung kesakitan, badannya semakin mengejang.
Dan akhirnya Martinus bernapas lega disaat seluruh kemaluannya berhasil
tertanam di lubang anus Handayani. Kini mulailah dia menyodomi
Handayani dengan kedua tangan memeganggi pinggul Handayani. Dia mulai
memaju-mundurkan kemaluannya mulai dari irama pelan kemudian kencang
sehingga membuat tubuh Handayani tersodok-sodok dengan kencangnya.
“Aahh.. aahh.. aah.. oohh.. sudah… oohh.. ampun.. saakiit.. ooh..!”
begitulah rintihan Handayani sampai akhirnya Martinus berejakulasi dan
menyemburkan spermanya ke dalam lubang dubur Handayani yang juga telah
mengalami pendarahan itu.
Akan tetapi belum lagi habis sperma
yang dikeluarkan oleh Martinus di lubang dubur Handayani, dengan gerakan
cepat Martinus membalikkan tubuh Handayani yang masih mengejan
kesakitan hingga telentang. Martinus rupanya belum merasakan kepuasan,
dan dia tanamkan lagi kejantannya ke dalam lubang vagina Handayani.
“Oouuff.., aahh..!” Handayani kembali merintih saat kemaluan Martinus menusuk dengan keras lubang vaginanya.
Langsung Martinus kembali menggenjot tubuh lemah itu dengan keras dan
kasar sampai-sampai membanting-banting tubuh Handayani membentur-bentur
lantai.
“Ouh.. oohh.. ohh..!” Handayani merintih-rintih dengan mata terpejam.
Dan akhirnya beberapa menit kemudian Martinus berejakulasi kembali,
yang kali ini di rongga vagina Handayani. Begitu tubuh Martinus ambruk,
kini giliran seseorang lagi yang telah antri di belakang untuk menikmati
tubuh Polwan yang malang ini.
“Giliran gua. Gue dendam sama yang namanya polisi..!” ujar Jack.
Jack, begitulah orang ini sering dipangil, dia adalah residivis
keluaran baru yang baru berusia 18 tahun, namun tidaklah kalah sangar
dengan Frans atau yang lainnya yang telah berusia 30 sampai 40-an tahun
itu. Kejahatannya juga tidak kalah seram, terakhir dia sendirian
merampok seorang mahasisiwi yang baru pulang kuliah malam dan kemudian
memperkosanya.
Jack memungut topi pet Polwan milik Handayani
dan mengenakan ke kepala Handayani yang kini seluruh tubuh lemasnya
mulai gemetaran akibat menahan rasa sakit dan pedih di selangkangannya
itu. Setelah itu tanpa ragu-ragu Jack memasukkan penisnya langsung
menembus vagina Handayani, namun Handayani hanya merintih kecil karena
terlalu banyak rasa sakit yang dideritanya. Dan kini seolah semua rasa
sakit itu hilang.
Beberapa menit lamanya Jack memompa tubuh
Handayani yang lemah itu. Badan Handayani hanya tersentak-sentak lemah
seperti seonggokan daging tanpa tulang. Akhirnya kembali rahim Handayani
yang nampak kepayahan itu dibanjiri lagi oleh sperma. Setelah Jack
sebagai orang kelima yang memperkosa Handayani tadi, kini empat orang
yang lainnya mulai mendekat.
Mereka adalah anggota muda dari
geng ini, usia mereka juga masih muda. Ada yang baru berusia 15 tahun
dan ada pula yang berusia 17 tahun. Namun penampilan mereka tidak kalah
seram dengan para seniornya, aksi mereka berempat beberapa hari yang
lalu adalah memperkosa seorang gadis cantik berusia 15 tahun, siswi SMU
yang baru pulang sekolah. Gadis cantik yang juga berprofesi sebagai foto
model pada sebuah majalah remaja itu mereka culik dan mereka gilir
ramai-ramai di sebuah rumah kosong sampai pingsan. Tidak lupa setelah
mereka puas, mereka pun menjarah dompet, HP, jam tangan serta kalung
milik sang gadis malang tadi.
Rata-rata dari mereka yang dari
tadi hanya menjadi penonton sudah tidak dapat menahan nafsu, dan
mulailah mereka menyetubuhi Handayani satu persatu. Dibuatnya tubuh
Polwan itu menjadi mainan mereka. Orang keenam yang menyetubuhi
Handayani berejakulasi di rahim Handayani. Namun pada saat orang ke
tujuh yang memilih untuk menyodomi Handayani, tiba-tiba Handayani yang
telah kepayahan tadi pingsan.
Setelah orang ketujuh tadi
berejakulasi di lubang dubur Handayani, kini orang ke delapan dan ke
sembilan berpesta di tubuh Handayani yang telah pingsan itu, mereka
masing-masing menyemprotkan sperma mereka di rahim dan wajah Handayani
serta ada juga yang berejakulasi di mulut Handayani.
Setelah
keempat orang tadi puas, rupanya penderitan Handayani belumlah usai.
Frans dan Martinus kembali bangkit dan mereka satu persatu kembali
meyetubuhi tubuh Handayani dan sperma mereka berdua kembali tumpah di
rahimnya. Kini semuanya telah menikmati tubuh Bripda Handayani sang
Polwan yang cantik itu.
Tidak terasa waktu telah menunjukkan
pukul 4 pagi, para anggota muda itu diperintah Frans untuk melepas tali
yang dari tadi mengikat tangan Handayani. Kemudian mereka disuruh
mengenakan dan merapikan seluruh seragam Polwan ke tubuh Handayani,
hingga akhirnya Handayani komplit kembali mengenakan seragam Polwannya
walau dalam keadaan pingsan.
Setelah itu Frans, Martinus dan
Yonas menggotong tubuh Handayani ke mobil Kijang. Mereka bertiga membawa
tubuh Handayani kembali ke tempatnya diambil tadi malam. Namun selama
dalam perjalanan, tiba-tiba nafsu Yonas kembali bangkit, dia pun
mengambil kesempatan terakhir ini untuk kembali memperkosa tubuh
Handayani sebanyak dua kali. Dia akhirnya berejakulasi di mulut dan di
rahim Handayani beberapa meter sebelum sampai pada tujuan. Frans dan
Martinus yang duduk di depan hanya dapat memaklumi, karena nafsu sex
Yonas memang besar sekali.
Setelah baju seragam Polwan
Handayani dirapikan kembali, tubuh lunglai Bripda Handayani dicampakkan
begitu saja di pinggir jalan yang sepi di tempat dimana Handayani tadi
diciduk. Tanpa diketahui oleh Frans dan Martinus, Yonas diam-diam
rupanya menyimpan celana dalam berwarna putih milik Handayani, dan
menjadikannya sebagai kenang-kenangan.
Setelah itu mereka pun
meluncur ke rumah kosong tadi untuk menjemput kawanan geng mereka yang
masih berada di sana. Kemudian mereka bersembilan langsung meluncur
menuju ke pelabuhan guna menumpang sebuah kapal barang untuk melakukan
perjalanan jauh. Mereka pun berharap pada saat sepasukan polisi mulai
melacak keberadaan mereka, mereka sudah tenang dalam pelayaran menuju ke
suatu pulau di wilayah timur Indonesia.
1 comments:
Koleksi Foto Cewek IGO Bening Mulus:
6 July 2015 at 01:16gambar-cewek-bispak-lagi-ngocok
bispak-mulus-pamer-body-seksi
foto-cewek-berjilbab-cantik-bugil
toket-mengkal-gadis-imut-telanjang
kumpulan-foto-toket-cewek-igo
cewek-sange-bugil-di-mobil
galeri-foto-toket-cewek-igo-cantik
toket-brutal-abg-cantik
toket-mulus-abg-hot
Post a Comment