Friday 2 May 2014
Cabe-Cabean
Perkenalkan
namaku Wawan. Aku sedang kuliah di tingkat terakhir sebuah PTS di
Jakarta. Sambil kuliah, aku berwiraswasta. Terimakasih untuk temanku
yang dulu memperkenalkan aku pada bisnis ini, sehingga keadaan ekonomiku
sudah sangat berubah. Aku merasa sangat bersyukur, di saat banyak
sarjana yang masih menganggur, aku yang masih kuliah sudah mendapatkan
penghasilan besar setiap bulannya. Kejadian
ini berlangsung beberapa minggu yang lalu. Saat itu, hari Jumat sore,
aku sedang mengerjakan salah satu proyekku. Seperti biasa untuk
refreshing, sambil menyeruput secangkir kopi, aku membaca email email
yang masuk. Segera kubalas email permintaan proposal dari pelanggan, dan
aku pun kadang tertawa geli membaca email-email joke dari
teman-temanku. Tetapi ada satu email yang menarik perhatianku, yaitu
dari temanku yang tinggal di Bogor, Andi. Dia sedang suntuk dan
mengajakku untuk refreshing ke Puncak saat aku tidak sibuk. Kebetulan
besok aku tidak ada acara, hanya perlu mengambil pembayaran ke salah
satu klienku. Terlebih lagi Monika, pacarku, juga sedang keluar kota
bersama keluarganya. Aku segera mengambil HP-ku dan menelpon Andi,
temanku itu. “Di.., OK deh gue jemput lu ya besok.. Mumpung cewek gue
sedang nggak ada”
“Gitu donk.. Bebas ni ye.. Emangnya satpam lu kemana?”
“Ke Surabaya.. Ada saudaranya kawinan”
“Besok jangan kesiangan ya datangnya.. Jam 11-an deh”
“OK” Setelah itu kunyalakan sebatang rokok, dan
kuteruskan pekerjaanku. ***** Pagi itu, aku berangkat ke Bogor. Dalam
perjalanan, aku mampir ke tempat salah satu klienku di daerah Tebet,
untuk mengambil pembayaran proyek yang telah kuselesaikan. Setelah
mengambil cek pembayaran, segera aku menuju tol Jagorawi. Sialnya ban
mobilku sempat kempes, untungnya hal itu terjadi sebelum aku masuk jalan
tol. Akibatnya, sekalipun aku telah memacu mobilku, baru sekitar jam
12.30 aku sampai di rumah Andi. “Sialan lu.. Gue udah tunggu-tunggu
dari tadi, baru dateng”. Andi berkata sedikit kesal ketika membuka pintu
rumahnya.
“Sorry.. Gue perlu ke klien dulu.. Udah gitu
tadi bannya kempes, mesti ganti ban dulu di tengah jalan”
“Anterin gue tambal ban dulu yuk.. Baru kita cabut” sambungku lagi.
“Bentar.. Gue ganti dulu ya”. Andi pun kemudian ngeloyor pergi ke
kamarnya. Sambil menunggu, aku membaca koran di ruang tamu. Tak lama
Siska, adik Andi, datang membawa minuman. “Kok udah lama nggak mampir
Mas?”
“Iya Sis, habis sibuk.. Mesti cari duit nih” jawabku.
“Mentang-mentang udah jadi pengusaha.. Sombong ya” godanya sambil
tertawa kecil. Siska ini memang cukup akrab denganku. Anaknya memang
ramah dan menyenangkan. Kami pun bersenda gurau sambil menunggu kakaknya
yang sedang bersiap. Setelah Andi muncul, kami segera berangkat menuju
tukang tambal ban terdekat. Setelah beres, aku membawa mobilku menuju
sebuah bank swasta untuk mencairkan cek dari klienku. Antrian lumayan
panjang hari itu, akibatnya cukup lama juga kami menghabiskan waktu di
sana. Saat keluar dari bank tersebut, jam telah menunjukkan pukul 14.00
siang, sehingga aku mengajak Andi mampir ke sebuah restoran fast food
untuk makan siang. Di restoran itu, kami bertemu dengan dua gadis ABG
cantik yang masih berseragam SMA. Yang seorang berambut pendek, dengan
wajah yang manis. Tubuhnya tinggi langsing, dengan kulit agak hitam,
tetapi bersih. Sedangkan yang satu berwajah cantik, berkulit putih dan
berambut panjang. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, tetapi yang paling
menarik perhatian adalah tubuhnya yang padat. Payudaranya tampak besar
menerawang di balik seragam sekolahnya. Kami tersenyum pada mereka dan
mereka pun membalas dengan genit. “Wan.. Kita ajak mereka yuk..” kata
Andi.
“Boleh aja kalau mereka mau” jawabku.
“Tapi lu yang traktir ya bos.., kan baru ngambil duit nih”
“Beres deh” Andi pun kemudian menghampiri mereka dan mengajak
berkenalan. Memang Andi ini pemberani sekali dalam hal begini. Dia
memang terkenal playboy, punya banyak cewek. Hal itu didukung dengan
perawakannya yang lumayan ganteng. “Lisa..” kata gadis berambut pendek
itu saat mengenalkan dirinya.
“Ini temannya siapa namanya” tanyaku sambil menatap gadis seksi temannya.
“Novi” kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya. Langsung kusambut
jabatan tangannya yang halus itu. Aku dan Andi lalu pindah ke meja
mereka. Kami berempat berbincang-bincang sambil menikmati hidangan
masing-masing. Ketika diajak, mereka setuju untuk jalan-jalan bersama ke
Puncak. Setelah selesai makan, waktu berjalan menuju mobil, kulihat
payudara Novi tampak sedikit bergoyang- goyang saat dia berjalan. Ingin
rasanya kulumat habis payudara gadis belia itu. ***** Setelah
berjalan-jalan di Puncak menikmati pemandangan, kami pun cek in di
sebuah motel di sana. “Lu kan yang traktir Wan.. Lu pilih yang mana?”
bisik Andi saat kami sedang mengurus cek-in. Memang sebelumnya aku yang
janji akan traktir, karena aku baru saja menerima pembayaran dari salah
satu proyekku.
“Novi” jawabku pendek.
“Hehe.. Lu nafsu liat
bodynya ya?” bisik Andi lagi sambil tertawa kecil. Setelah itu, kamipun
segera cek-in. Kugandeng tangan Novi, sedangkan Andi tampak merangkul
bahu Lisa menuju kamar. Setelah kukunci pintu kamar, tak sabar langsung
kudekap tubuh Novi. Langsung kucium bibirnya dengan penuh gairah.
Tanganku dengan gemas meremas gundukan payudaranya. Setelah puas
menciumi bibirnya, kuciumi lehernya, dan kemudian segera kubuka kancing
baju seragamnya. “Iih Mas.. Udah nggak sabar pengin nyusu ya?” godanya.
Tak kuhiraukan perkataannya, langsung kuangkat cup BH-nya yang tampak
kekecilan untuk menampung payudaranya yang besar itu. Langsung kuhisap
dengan gemas daging kenyal milik Novi, gadis SMA cantik ini. “Ahh.. Ahh”
erangnya ketika puting payudaranya yang telah mengeras kujilati dan
kuhisap. Tangan Novi mengangkat payudaranya, sambil tangannya yang lain
menekan kepalaku ke dadanya.
“Enak Mas.. Ahh” erangnya lebih lanjut saat mulutku dengan ganas menikmati payudara yang sangat menggoda nafsu birahiku.
“Jilati putingnya Mas..” pintanya. Erangannya semakin menjadi dan
tangannya menjambak rambutku ketika kuturuti permintaannya dengan senang
hati. Puas menikmati payudara gadis belia ini, kembali kuciumi wajahnya
yang cantik. Lalu
kutekan bahunya, dan diapun mengerti apa yang aku
mau. Dengan berjongkok di depanku, dibukanya restleting celanaku. Tak
sabar, kubantu dia membuka seluruh pakaianku. “Ih.. Mas, gede banget..”
desahnya lirih ketika penisku mengacung tegak di depan wajahnya yang
cantik. Dielusnya perlahan batang kemaluanku itu.
“Memang kamu belum pernah liat yang besar begini?”
“Belum Mas.. Punya cowok Novi nggak sebesar ini.” jawabnya. Tampak matanya menatap gemas ke arah kemaluanku.
“Arghh.. Enak Nov..” erangku ketika Novi mulai mengulum kepala penisku.
Dijilatinya lubang kencingku, dan kemudian dikulumnya penisku dengan
bernafsu. Sementara itu tangannya yang halus mengocok batang penisku.
Sesekali diremasnya perlahan buah zakarku. Rasa nikmat yang tiada tara
menghinggapi tubuhku, ketika gadis cantik ini memompa penisku dengan
mulutnya. Kulihat kepalanya maju mundur menghisapi batang kejantananku.
Kuusap-usap rambutnya dengan gemas. Karena capai berdiri, akupun pindah
duduk di kursi. Novi kemudian berjongkok di depanku. “Novi isap lagi ya
Mas.. Novi belum puas..” katanya lirih. Kembali mulut gadis belia ini
menghisapi penisku. Sambil mengelus-elus rambutnya, kuperhatikan
kemaluanku menyesaki mulutnya yang mungil. Ruangan segera dipenuhi oleh
eranganku, juga gumaman nikmat Novi saat menghisapi kejantananku. Saat
kepalanya maju mundur, payudaranya pun bergoyang-goyang menggoda.
Kuremas dengan gemas bongkahan daging kenyal itu. “Nov.., jepit pakai
susumu Nov..” pintaku. Novi langsung meletakkan penisku di belahan
payudaranya, dan kemudian kupompa penisku. Sementara itu tangan Novi
menjepitkan payudaranya yang besar, sehingga gesekan daging payudaranya
memberikan rasa nikmat luar biasa pada penisku. “Yes.. Yes..” akupun tak
kuasa menahan rasa nikmatku. Setelah beberapa lama, kusodorkan kembali
penisku ke mulutnya, yang disambutnya dengan penuh nafsu. Setelah puas
menikmati mulut dan payudara gadis SMA ini, kuminta dia untuk bangkit
berdiri. Kuciumi lagi bibirnya dan kuremas-remas rambutnya dengan gemas.
Tanganku melepas restleting rok seragam abu-abunya, kemudian
kuusap-usap vaginanya yang mulai mengeluarkan cairan membasahi celana
dalamnya. Kusibak sedikit celana dalam itu dan kuusap-usap bibir vagina
dan klitorisnya. Tubuh Novi menggelinjang di dalam dekapanku. Erangannya
semakin menjadi. Aku sudah ingin menyetubuhi gadis muda ini. Kubalikkan
badannya dan kuminta dia menungging bertumpu di meja rias. Kubuka
celana dalamnya sehingga dia hanya tinggal mengenakan baju seragamnya
yang
kancingnya telah terbuka. “Ahh..” jeritnya panjang ketika penisku mulai menerobos vaginanya yang sempit.
“Gila.. Memekmu enak banget Nov..” kataku ketika merasakan jepitan
dinding vagina Novi. Langsung kupompa penisku di dalam vagina gadis
cantik itu. Sementara itu, tanganku memegang pinggulnya, terkadang
meremas pantatnya yang membulat. Novi pun menjerit-jerit nikmat saat
tubuh belianya kusetubuhi dengan gaya doggy-style. Kulihat di kaca meja
rias, wajah Novi tampak begitu merangsang. Wajah cantik gadis belia yang
sedang menikmati persetubuhan. Payudaranya pun
tampak
bergoyang-goyang menggemaskan di balik baju seragamnya yang terbuka.
Bosan dengan posisi ini, aku kembali duduk di kursi. Novi lalu duduk
membelakangiku dan mengarahkan penisku ke dalam vaginanya. Kusibakkan
rambutnya yang panjang indah itu dan kuciumi lehernya yang putih mulus.
Sementara itu tubuh Novi bergerak naik turun menikmati kejantananku.
Tanganku tak ketinggalan sibuk meremas payudaranya. “Ahh.. Ahh.. Ahh..”
erang Novi seirama dengan goyangan badannya di atas tubuhku. Terkadang
erangan itu terhenti saat kusodorkan jemariku untuk dihisapnya. Beberapa
saat kemudian, kuhentikan goyangan badannya dan kucondongkan tubuhnya
agak ke belakang, sehingga aku dapat menghisapi payudaranya. Memang enak
sekali menikmati payudara kenyal gadis cantik ini. Dengan gemas kulahap
bukit kembarnya dan sesekali kujilati puting payudara yang berwarna
merah muda. Erangan Novi semakin keras terdengar, membuat aku menjadi
semakin bergairah. Setelah selesai aku menikmati payudara ranumnya,
kembali tubuh belia Novi mencari pelepasan gairah mudanya dengan memompa
penisku naik turun dengan liar. Tak kusangka seorang gadis SMA dapat
begini binal dalam bermain seks. Cukup lama aku menikmati persetubuhan
dengan gadis cantik ini di atas kursi. Lalu kuminta dia berdiri, dan
kembali kami berciuman. Kubuka baju seragam sekolah berikut BH-nya
sehingga sekarang kami berdua telah telanjang bulat. Kembali dengan
gemas kuremas dan kuhisap payudara gadis 17 tahunan itu. Aku ingin
segera menuntaskan permainan ini. Lalu kutuntun dia untuk merebahkan
diri di atas ranjang. Aku pun kemudian mengarahkan penisku kembali ke
dalam vaginanya. “Ahh..” erang Novi kembali ketika penisku kembali
menyesaki liang kewanitaannya. Langsung kupompa dengan ganas tubuh anak
sekolah ini. Erangan nikmat kami berdua memenuhi ruangan itu, ditambah
dengan bunyi derit ranjang menambah panas suasana. Kulihat Novi yang
cantik menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri menahan nikmat.
Tangannya meremas- remas sprei ranjang. “Mas.. Novi hampir sampai Mas..
Terus.. Ahh.. Ahh” jeritnya sambil tubuhnya mengejang dalam dekapanku.
Tampak dia telah mencapai orgasmenya. Kuhentikan pompaanku, dan tubuhnya
pun kemudian lunglai di atas ranjang. Kuperhatikan butir keringat
mengalir di wajahnya nan ayu. Payudaranya naik turun seirama dengan
helaan nafasnya. Payudara belia yang indah, besar, kenyal, dan padat.
Mulutku pun dengan gemas kembali menikmati payudara itu dengan bernafsu.
Setelah itu, kucabut penisku dan kembali kujepitkan di payudaranya.
Kali ini aku yang menjepitkan daging payudaranya pada penisku. Novi
masih tampak terkulai lemas. Lalu kupompa kembali penisku dalam belahan
payudara gadis ini. Jepitan daging kenyal itu membuatku tak dapat
bertahan begitu lama. Tak lama aku pun menyemburkan spermaku di atas
payudara gadis SMA yang seksi ini. ***** Kami akhirnya menginap di motel
tersebut. Selama di sana, aku sangat puas menikmati tubuh sintal Novi.
Berulang kali aku menyetubuhinya, baik di atas ranjang, di meja rias, di
kursi, ataupun di kamar mandi sambil berendam di bathtub. Sebenarnya
ingin aku menginap lebih lama lagi, tetapi hari Senin itu aku harus
menemui klienku di pagi hari, sementara ada bahan yang masih perlu
dipersiapkan. Hari Minggu malam, kami pun kembali ke Bogor. Kali ini
ganti Andi yang menyetir mobilku. Lisa duduk di kursi penumpang di
depan, sedangkan Novi dan aku duduk di belakang. Dalam perjalanan,
melihat Novi yang cantik duduk di sebelahku, dengan rok mini yang
memamerkan paha mulusnya, membuatku kembali bergairah. Akupun mulai
menciuminya sambil tanganku mengusap-usap pahanya. Kusibakkan celana
dalamnya, dan kumainkan vaginanya dengan jemariku. “Ehmm..” erangnya
saat klitorisnya kuusap-usap dengan gemas. Erangannya terhenti karena
mulutnya langsung kucium dengan penuh gairah. Tanganku lalu membuka baju
seragam sekolahnya. Kuturunkan cup BH-nya sehingga payudaranya yang
besar itu segera mencuat keluar menantang. “Suka banget sih Mas..
Nyusuin Novi” ucapnya lirih.
“Iya habis susu kamu bagus banget”
bisikku. Desah Novi kembali terdengar ketika lidahku mulai menari di
atas puting payudaranya yang sudah menonjol keras. Kuhisap dengan gemas
gunung kembar gadis cantik ini hingga membuat tubuhnya menggelinjang
nikmat. “Gantian dong Nov” bisikku ketika aku sudah puas menikmati
payudaranya yang ranum. Kami pun kembali berciuman sementara tangan Novi
yang halus mulai membukai resleting celanaku. Diturunkannya celana
dalamku, sehingga penisku yang telah membengkak mencuat keluar dengan
gagahnya. Novi pun kemudian mendekatkan wajah ayunya pada kemaluanku
itu, dan rasa nikmat menjalar di tubuhku ketika mulutnya mulai mengulum
penisku. Sambil menghisapi penisku, Novi mengocok perlahan batangnya,
membuatku tak tahan untuk menahan erangan nikmatku. “Ihh.. Gede banget..
Lisa juga pengen dong..”. Tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara Lisa yang
ternyata entah sejak kapan
memperhatikan aktifitas kami di belakang.
“Pindah aja ke sini” kataku sambil mengelus-elus rambut Novi yang masih
menghisapi penisku. Lisa pun kemudian melangkah pindah ke bangku
belakang. Langsung kuciumi wajahnya, yang walaupun tidak secantik Novi
tetapi cukup manis. Lidahku dan lidahnya sudah saling bertaut, sementara
Novi masih sibuk menikmati penisku. “Di.. Bentar ya nanti gantian..”
kataku pada Andi yang melotot melihat dari kaca spion.
“Oke deh
bos..” jawabnya sambil terus melotot melihat pemandangan di bangku
belakang mobilku. Setelah puas berciuman, kucabut penisku dari mulut
Novi.
“Ayo Lis.. Katanya kamu suka” kataku sambil sedikit menekan kepala Lisa agar mendekat ke kemaluanku.
“Iya.. Abis gede banget..” katanya sambil dengan imutnya menyibakkan rambut yang menutupi telinganya.
“Ahh.. Yes..” desahku saat Lisa memasukkan penisku ke dalam mulutnya.
Dihisapinya batang kemaluanku seperti anak kecil sedang memakan permen
lolipop. Rasa nikmat yang tak terhingga menjalari seluruh syarafku.
Cukup lama juga Lisa menikmati penisku. Sementara itu Novi kembali
menyodorkan payudara mudanya untuk kunikmati. Setelah beberapa lama
kuhisapi payudaranya, Novi kemudian mendekatkan wajahnya ke arah
kemaluanku dan menciumi buah zakarku, sementara Lisa masih sibuk
mengulum batang kemaluanku. “Nih gantian Nov..” katanya sambil
menyorongkan penisku ke mulut Novi yang berada di dekatnya. Novi pun
dengan sigap kembali mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya. Sementara
itu, kali ini gantian Lisa yang menjilati dan menciumi buah zakarku.
Saat itu aku merasa seperti sedang berada di surga. Dua orang gadis SMA
yang cantik sedang menghisapi dan menjilati penisku secara bergantian.
Kuelus-elus kepala gadis-gadis ABG yang sedang menikmati kelelakianku
itu. Nikmat yang kurasakan membuatku merasa tak akan tahan terlalu lama
lagi. Tetapi sebelumnya aku ingin menyetubuhi Lisa. Ingin kurasakan
nikmat jepitan vagina gadis hitam manis ini. Kuminta dia untuk duduk di
pangkuan sambil membelakangiku. Kusibakkan celana dalamnya, sambil
kuarahkan penisku dalam liang nikmatnya. Sengaja tak kuminta dia untuk
membuka pakaiannya, karena aku tak mau menarik perhatian kendaraan yang
melintas di luar sana. “Ah..” desah Lisa ketika penisku mulai menyesaki
vaginanya yang tak kalah sempit dengan kepunyaan Novi. Lisa kemudian
menaik-turunkan tubuhnya di atas pangkuanku. Novi pun tak tinggal diam,
diciuminya aku ketika temannya sedang memompa penisku dalam jepitan
dinding kewanitaannya. Goyangan tubuh Lisa membuatku merasa akan segera
menumpahkan spermaku dalam vaginanya. Aku berusaha sekuat tenaga agar
tidak ejakulasi terlebih dahulu sebelum dia orgasme. Sambil menciumi
Novi, tanganku memainkan klitoris Lisa. “Ah.. Terus Mas.. Lisa mau
sampai..” desahnya. Semakin cepat kuusap-usap klitorisnya, sedangkan
tubuh Lisa pun semakin cepat memompa penisku.
“Ahh..” erangnya
nikmat saat mengalami orgasmenya. Tubuhnya tampak mengejang dan kemudian
terkulai lemas di atas pangkuanku. Aku pun mengerang tertahan saat aku
menyemburkan ejakulasiku dalam vagina gadis manis ini. Setelah
beristirahat sejenak, kami segera membersihkan diri dengan tisu yang
tersedia. “Mau gantian Di? ” tanyaku pada Andi yang tampak sudah tidak
tenang membawa mobilku.
“So pasti dong” jawab Andi sambil menepikan
mobil di tempat yang sepi. Kami pun berganti tempat. Aku yang membawa
mobil, sedangkan Andi pindah duduk di jok belakang. Rencananya dia juga
akan main threesome, tetapi Novi juga ikut beranjak ke bangku depan.
“Aku cape ah Mas..” katanya. Andi tampak kecewa, tetapi apa boleh buat.
Kami pun segera melanjutkan perjalanan kami. Kudengar suara lenguhan
Andi di jok belakang. Lewat kaca spion kulihat Lisa sedang mengulum
penisnya. Karena sudah puas, aku tak begitu mempedulikannya lagi.
Sesampainya di Bogor, kedua gadis itu kami turunkan di tempat semula,
sambil kuberi uang beberapa ratus ribu serta uang taksi. “Kalau ke Bogor
hubungi Novi lagi ya Mas..” kata Novi manis saat kami akan berpisah.
Kulihat beberapa orang memperhatikan mereka. Mungkin mereka curiga kok
ada dua gadis berseragam SMA di hari Minggu, malam lagi he.. He..
“Wan.. Gue doain lu dapat banyak proyek deh.. Biar lu traktir gue kayak
tadi lagi..” kata Andi ketika aku turunkan di depan rumahnya.
“Sip
deh..” jawabku sambil pamit pulang. Kukebut mobilku menyusuri jalan tol
Jagorawi menuju Jakarta. Aku tersenyum puas. Yang dulu selalu menjadi
obsesiku, kini bisa menjadi kenyataan. Ternyata hidup itu indah.
0 comments:
Post a Comment