Friday 2 May 2014
Birahi Anak Kost
Kisah ini bermula ketika aku mencari tempat kost di daerah sekitar
kampus. Setelah sekian lama berputar-putar, akhirnya sampailah aku di
suatu rumah. Lokasinya enak, sejuk dan rindang. Dalam hati aku
menjadikan rumah ini sebagai kost cadangan seandainya aku tidak
mendapatkan tempat kost. Setelah ngobrol dengan ibu kost tentang masalah
harga, datanglah anak ibu kost yang nomor
3, namanya Mbak Desi (itu kuketahui setelah aku kost di situ).
Pertama melihat Mbak Desi aku langsung bergetar, gila cantik sekali.
Sempat terselip di benakku untuk berhubungan badan dengannya tapi
perasaan itu langsung kusingkirkan sebab di depanku ada ibunya, jadi aku
berpura-pura manis dan tersenyum pada Mbak Desi.
Setelah
sekian lama, akhirnya aku kost di situ. Dan hari-hariku kusempatkan
mencuri perhatian ke Mbak Desi, tiap kali kupandangi dia makin kelihatan
inner beauty-nya. Begitu cantik dan tidak bosan-bosan dipandang.
Dan yang membuatku semangat untuk mengejarnya adalah dia juga memberi
respon atas kerlingan-kerlingan mataku dan tingkahku. Walaupun dia sudah
bersuami dan mempunyai anak satu, tapi keindahan tubuhnya masih
kelihatan, ini terbayang dari baju tidur yang dia kenakan tiap pagi,
tipis dan tembus pandang, jadi kalau Mbak Desi berjalan aku selalu ada
saja acara untuk mengikutinya entah mandi, ke belakang atau entah apa
saja yang dia lakukan. Dan sesekali kalau rumah sedang sepi, aku
berjalan di belakangnya sambil mengocok batang kemaluanku yang selalu
tegang bila melihat dia sambil berimajinasi berhubungan badan dengan
Mbak Desi.
Ini kulakukan beberapa kali, sampai suatu saat
ketika aku sedang mengocok batang kemaluanku, tiba-tiba Mbak Desi
berbalik dan berkata, “Entar kalau udah keluar di lap ya…” tentu saja
aku jadi belingsatan, tapi aku cepat menguasai situasi, dengan berterus
terang sama Mbak Desi, “Entar Mbak, tanggung nich…” dan aku pun makin
mempercepat kocokanku dengan harapan aku semprotkan di perut Mbak Desi,
sebab waktu itu Mbak Desi berbalik dan berhadap-hadapan denganku. Dan
tanpa di sangka Mbak Desi membungkuk dan mengulum batang kemaluanku,
tentu saja aku makin terangsang oleh sentuhan-sentuhan lidah Mbak Desi,
tampak Mbak Desi mengulum dengan penuh nafsu diiringi oleh
sedotan-sedotan dan gigitan kecilnya, sesaat kemudian kemaluanku mulai
berdenyut dan makin menegang keras.
“Terus Mbak… oh.. oh.. oh…
enak Mbak…” bagaikan melayang di awan kepalaku mulai berkunang-kunang,
dan Mbak Desi pun sepertinya tahu situasi saat itu, dia pun mulai
mengocok dengan tangannya dengan irama cepat.
“Ooh.. Mbak..
Mbak.. aku mau keluar Mbak… oh.. oh.. oh… sshh.. shh.. ah…” Crott…
croott… keluarlah air maniku banyak sekali membasahi bibirnya
berkilat-kilat diterpa sinar lampu dapur. Dan tanpa pikir panjang aku
langsung mengulum bibirnya yang masih dipenuhi spermaku, sambil aku
bergerilya di sepanjang dadanya, yang kira-kira berukuran 36. Setelah
beberapa saat dia mulai mengendurkan ciumannya dan berkata, “Sekarang
bukan waktunya Dik…” Kejadian di dapur itu selalu teringat olehku dan
selalu menjadi imajinasiku.
Hari berikutnya aku makin sering
menggoda dia, tanpa sepengetahuan suaminya. Suatu saat suaminya ada
keperluan keluar kota, saat itulah yang kutunggu-tunggu untuk iseng
mengajaknya jalan, dengan alasan ingin diantar ke Cihampelas membeli
baju. Mbak Desi pun mau, jadilah aku keluar bersama dia. Di tengah
perjalanan aku ngobrol dengannya, mengorek tentang rumah tangganya
terutama masalah kehidupan seksualnya. Ternyata dia saat itu sedang
suntuk di rumah dan ingin main keluar, langsung saja kusambut kesempatan
itu, kuajak dia main ke daerah pegunungan di Lembang.
Di sana
dingin sekali, dan aku mulai memberanikan diri memegang tangan dan
pahanya. Sambil menggodanya, “Mbak dingin-dingin gini enaknya apa ya…”
kataku.
“Ee… apa ya…” katanya.
“Kita sewa hotel aja yuuk.. Mbak Desi kedinginan nich…” katanya lagi.
Sebuah permintaan yang membuatku deg-degan, langsung saja kubelokkan ke sebuah hotel yang kelas Rp 50.000-an,
“Gimana Mbak, udah anget belum…” tanyaku di dalam kamar.
“Anget gimana? tidak ada yang memeluk kok anget…” jawab dia.
“Bener nich…” kataku.
Langsung saja kudekati dia dan tanpa canggung lagi aku mulai mencium
bibirnya, dan dia pun membalas, ternyata dia begitu mudah terangsang
oleh ciumanku yang langsung kuteruskan dengan menjilati leher disertai
dengan gigitan kecil. Aku pun mulai bergerilya dengan menelusupkan
tanganku di balik kaosnya. Busyet, dia tidak memakai BH di payudara yang
berukuran 36B. Aku buka kaosnya dan tampaklah sebuah gundukan 36B
dengan puting yang merah kecoklatan. Begitu bersih dan putih tubuhnya,
kujilati leher dan pelan-pelan turun ke dadanya. Mbak Desi pun melengus
perlahan sambil mengacak-acak rambutku. Hingga sampai saat aku
melingkar-lingkarkan lidahku di seputar puting susunya, dia makin keras
melenguh, hal itu makin membuat nafsuku memuncak, “Iseep… Dik… iseepp…
terusss… aahh…” Kusedot putingnya dan saking memuncaknya nafsuku,
kugigit putingnya, dia semakin menggila mendesah-desah tak karuan.
Perlahan-lahan aku memasukkan tanganku di balik celana jeansnya. Oh,
begitu lembut bulu kemaluannya disertai dengan basahnya bibir
kemaluannya. Kulepas baju dan celananya sampai keadaan telanjang bulat,
begitu mulus tubuhnya, sejenak kupandangi tubuhnya dengan tertegun, lalu
aku gantian melepas semua baju dan celanaku hingga kami berdua
telanjang bulat tanpa selembar benang pun. Kugigit-gigit kecil dan
jilati perutnya perlahan-lahan sambil terus turun ke arah pangkal
pahanya, terus turun sampai ke telapak kaki kiri dan kanan. Kubalikkan
badannya hingga dia tengkurap, lalu dari belakang leher kujilati
perlahan-lahan sambil menggigit kecil dan turun, “Ohh… Diikk… terus
Dikk… oh… oh… enak Diikk…” erangan Mbak Desi disertai dengan belaian
usapan telapak tangan lembutnya. Terus turun dari punggung ke arah
pantat, sampai di pantat kugigit dia saking menahan nafsuku, dia pun
meregang menjerit kecil.
Lalu hingga tiba di daerah
selangkangannya, kulihat kemaluannya merah dan basah berkilat-kilat oleh
karena lendir birahi, pelan-pelan kujilati pinggiran kemaluannya dengan
gerakan melingkar di pinggir kemaluannya. Aku pun mulai membuka bibir
kemaluannya dengan kedua tanganku tampaklah klitorisnya yang sudah
menegang berwarna merah. Perlahan-lahan kujilat klitorisnya pelan tapi
pasti sambil kugerakkan naik turun sepanjang garis kemaluannya. Mbak
Desi pun makin mengerang, menghempaskan badannya ke kiri dan ke kanan
sambil sesekali menjambak rambutku disertai teriakan kecil.
Beberapa saat kemudian Mbak Desi mulai mengejang dan bergetar sambil
meringis menahan sesuatu, “Ahh… ahh… Dik… aku keluuaar….” sambil
menggigit bibirnya. Mbak Desi bangkit lalu mambalikkan badanku hingga
aku pun terhempas telentang, dia mulai mencium bibirku, leher dan
tibalah di daerah paling sensitifku, di kedua putingku, aku mulai
mendesah ketika Mbak Desi menjilatinya, Mbak Desi tanggap akan hal itu,
dia terus menjilatinya dan karena aku tidak tahan lagi kusuruh dia
menggigitnya keras-keras. Aku pun blingsatan menahan nikmat tak terkira,
makin keras gigitannya makin puas kurasakan.
Di tengah
kenikmatan itu tiba-tiba ada sesuatu yang merasuk dan menancap di
kemaluannku, gila rasanya mau meletup dan pecah kepala ini merasakan
kenikmatan itu, ternyata Mbak Desi sambil mengigit putingku dia
memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya. “Bless…” batang
kemaluanku yang masih kering itu pun terbenam di belahan daging hangat
dan basahnya. Aku sempat menggigit dada Mbak Desi karena kenikmatan itu.
Perlahan-lahan Mbak Desi menggerakkan badannya naik turun, sedangkan
aku hanya terpejam diam menikmati surga dunia itu, “Aah… ah… ah… gila
kau Mbak… gila kamu… ah… Mbak pintar sekali… enak Mbak… oh… terus… ah…
ah…” aku mengerang kenikmatan.
Mbak Desi yang terus menggoyang
badannya membungkuk lalu menjilati dan menggigit putingku, satu gaya
yang bisa membunuhku dengan kenikmatan, aku pasrah pada situasi.
“Bunuh aku dengan tubuhmu Mbak…” kataku, Mbak Desi hanya tersenyum
simpul. Mbak Desi tetap di atasku tapi posisi punggungnya
membelakangiku, aku kurang sreg lalu kusuruh dia berbalik lagi, Mbak
Desi berbalik lagi dan dia menyodorkan payudaranya ke arah mulutku, aku
pun mulai menghisap dan mengulum sekuatku.
Tiba-tiba tubuh Mbak
Desi bergetar hebat sambil meremas kedua lenganku dan kadang-kadang
mencakarku, dia keluar untuk kedua kalinya. Aku berhenti sebentar,
supaya kondisi kemaluannya pulih kembali sebab dia sudah mencapai puncak
orgasmenya. Aku ganti di atas, perlahan-lahan kuarahkan kemaluanku ke
depan bibir kemaluannya, sengaja tidak kumasukkan dulu tapi kubuat
main-main dulu dengan cara kuserempetkan ujung kepala kemaluanku ke
klitorisnya, dia mulai mengerang lagi. Dengan perlahan kumasukkan batang
kemaluanku ke lubang kenikmatannya yang sudah basah oleh semprotan
cairan Mbak Desi.
“Bluess…” batang kemaluanku dengan gagahnya maju memasuki liang surga Mbak Desi.
“Ooh… Dik… enak Dik… oh… terruus… Dik… ohh… oohh…” sambil tangannya
meremas kedua putingku. Aku semakin mempercepat goyangan, setelah
beberapa lama keringatku pun membasahi dada Mbak Desi, butir demi butir
laknat pun jatuh seiring dengan bertambahnya argo dosaku, tubuh kami
berdua berkeringat hingga kami pun bermandi peluh. Justru hal itulah
yang membuatku makin bernafsu. Sambil merem melek aku menikmati hal itu,
hingga perutku mulai mengeras, otot perut mulai mengencang siap untuk
meledakkan sesuatu, bergetar hebat.
“Oh… Mbak aku mau keluar… Mbak… oh… aku mulai keluar Mbak… Keluarin di mana Mbak… dalem ya.. oh… oh…” aku mengerang kenikmatan.
“Keluarin di dalam aja Dik, Mbak juga sudah mulai keluar kok… yah… yah…
terus Dik… dipercepat… ya begitu… oh… oh terus Dik…” dengan menjerit
Mbak Desi terlihat pasrah.
“Ooh… Mbak… sekarang… Mbak… oh… ah… ahh… sshh… ah…”
“Croot.. croott.. croooooott.. crett…” kusemburkan spermaku di dalam
liang kemaluan Mbak Desi, begitu banyak spermaku sampai-sampai tertumpah
di sprei.
Aku menjatuhkan badan di sisi Mbak Desi dengan
mengeluarkan kata-kata sumpah serapah, Mbak Desi bangun dan mengulum
batang kemaluanku yang masih berlepotan spermaku, menjilat dan
mengulumnya sampai bersih, rupanya dia menelan sisa-sisa sperma yang ada
di batang kemaluanku, lalu terjatuh di sisiku juga. Kami berdua
terengah-engah dengan nafas memburu, mencoba memahami apa yang kami
lakukan tadi.
“Thank’s Mbak…” kukecup kening dan pipinya sambil meremas payudaranya.
“Ya aku puas dengan kamu Dik…” kata Mbak Desi.
Akhirnya kami terus melakukan hubungan itu, di mana pun dan kapan pun,
di dapur, di kamar mandi, di kamarku, di saat sepi. Hingga kini kami
terhanyut oleh kenikmatan surga dunia yang tiada bosan-bosannya kami
rasakan
1 comments:
Best Blackjack Sites in the US for 2021 - Casino Sites
26 February 2022 at 07:02Blackjack online is the 벳 삼육오 most 슬롯 popular betting type in the world and as such, it is very 해외 축구 스코어 easy 1xbet korea to get op 사이트 started with blackjack as a strategy and is a good game
Post a Comment