Monday 26 May 2014
Akibat Berenang Bugil
Hari itu, sekitar jam 12 siang, aku
baru saja tiba di vilaku di puncak. Pak Joko, penjaga vilaku membukakan
pintu garasi agar aku bisa memarkirkan mobilku. Pheew.. akhirnya aku
bisa melepaskan kepenatan setelah seminggu lebih menempuh UAS. Aku ingin
mengambil saat tenang sejenak, tanpa ditemani siapapun, aku ingin
menikmatinya sendirian di tempat yang jauh dari hiruk pikuk ibukota.
Agar aku lebih menikmati privacy-ku maka kusuruh Pak Joko pulang ke
rumahnya yang memang di desa sekitar sini. Pak Joko sudah bekerja di
tempat ini sejak papaku membeli vila ini sekitar 7 tahun yang lalu,
dengan keberadaannya, vila kami terawat baik dan belum pernah
kemalingan. Usianya hampir seperti ayahku, 50-an lebih, tubuhnya tinggi
kurus dengan kulit hitam terbakar matahari. Aku daridulu sebenarnya
berniat mengerjainya, tapi mengingat dia cukup loyal pada ayahku dan
terlalu jujur, maka kuurungkan niatku.
"Punten Neng, kalau misalnya ada perlu, Bapak pasti ada di rumah kok, tinggal dateng aja" pamitnya.
Setelah
Pak Joko meninggalkanku, aku membereskan semua bawaanku. Kulempar
tubuhku ke atas kasur sambil menarik nafas panjang, lega sekali rasanya
lepas dari buku-buku kuliah itu. Cuaca hari itu sangat cerah, matahari
bersinar dengan diiringi embusan angin sepoi-sepoi sehingga membuat
suasana rileks ini lebih terasa. Aku jadi ingin berenang rasanya,
apalagi setelah kulihat kolam renang di belakang airnya bersih sekali,
Pak Joko memang telaten merawat vila ini. Segera kuambil perlengkapan
renangku dan menuju ke kolam.
Sesampainya disana kurasakan
suasanya enak sekali, begitu tenang, yang terdengar hanya kicauan burung
dan desiran air ditiup angin. Tiba-tiba muncul kegilaanku, mumpung
sepi-sepi begini, bagimana kalau aku berenang tanpa busana saja, toh
tidak ada siapa-siapa lagi disini selain aku lagipula aku senang orang
mengagumi keindahan tubuhku. Maka tanpa pikir panjang lagi, aku pun
melepas satu-persatu semua yang menempel di tubuhku termasuk arloji dan
segala perhiasan sampai benar-benar bugil seperti waktu baru dilahirkan.
Setelah melepas anting yang terakhir menempel di tubuhku, aku langsung
terjun ke kolam. Aahh.. enak sekali rasanya berenang bugil seperti ini,
tubuh serasa lebih ringan. Beberapa kali aku bolak-balik dengan beberapa
gaya kecuali gaya kupu-kupu (karena aku tidak bisa, hehe..)
20 menit lamanya aku berada di
kolam, akupun merasa haus dan ingin istirahat sebentar dengan berjemur
di pinggir kolam. Aku lalu naik dan mengeringkan tubuhku dengan handuk,
setelah kuambil sekaleng coca-cola dari kulkas, aku kembali lagi ke
kolam. Kurebahkan tubuhku pada kursi santai disana dan kupakai kacamata
hitamku sambil menikmati minumku. Agar kulitku yang putih mulus ini
tidak terbakar matahari, kuambil suntan oilku dan kuoleskan di sekujur
tubuhku hingga nampak berkilauan. Saking enaknya cuaca di sini membuatku
mengantuk, hingga tak terasa aku pun pelan-pelan tertidur. Di tepi
kolam itu aku berbaring tanpa sesuatu apapun yang melekat di tubuhku,
kecuali sebuah kacamata hitam. Kalau saja saat itu ada maling masuk dan
melihat keadaanku seperti itu, tentu aku sudah diperkosanya
habis-habisan.
Ditengah tidurku aku merasakan
ada sesuatu yang meraba-raba tubuhku, tangan itu mengelus pahaku lalu
merambat ke dadaku. Ketika tangan itu menyentuh bibir kemaluanku
tiba-tiba mataku terbuka dan aku langsung terkejut karena yang kurasakan
barusan ternyata bukan sekedar mimpi. Aku melihat seseorang sedang
menggerayangi tubuhku dan begitu aku bangun orang itu dengan sigapnya
mencengkram bahuku dan membekap mulutku dengan tangannya, mencegah agar
aku tidak menjerit. Aku mulai dapat mengenali orang itu, dia adalah
Taryo, si penjaga vila tetangga, usianya sekitar 30-an, wajahnya jelek
sekali dengan gigi agak tonggos, pipinya yang cekung dan matanya yang
lebar itu tepat di depan wajahku.
"Sstt.. mendingan Neng nurut aja, di sini udah ga ada siapa-siapa lagi, jadi jangan macam-macam!" ancamnya
Aku mengangguk saja walau masih agak terkejut, lalu dia pelan-pelan melepaskan bekapannya pada mulutku
"Hehehe.. udah lama saya pengen ngerasain ngentot sama Neng!" katanya sambil matanya menatapi dadaku
"Ngentot ya ngentot, tapi yang sopan dong mintanya, gak usah kaya maling gitu!" kataku sewot.
Ternyata tanpa kusadari sejak
berenang dia sudah memperhatikanku dari loteng vila majikannya dan itu
sering dia lakukan daridulu kalau ada wanita berenang di sini.
Mengetahui Pak Joko sedang tidak di sini dan aku tertidur, dia nekad
memanjat tembok untuk masuk ke sini. Sebenarnya aku sedang tidak mood
untuk ngeseks karena masih ingin istirahat, namun elusannya pada daerah
sensitifku membuatku BT (birahi tinggi).
"Heh, katanya mau merkosa gua, kok belum buka baju juga, dari tadi pegang-pegang doang beraninya!" tantangku.
"Hehe, iya Neng abis tetek Neng ini loh, montok banget sampe lupa deh" jawabnya seraya melepas baju lusuhnya.
Badannya
lumayan jadi juga, walaupun agak kurus dan dekil, penisnya yang sudah
tegang cukup besar, seukuran sama punyanya si Wahyu, tukang air yang
pernah main denganku (baca Tukang Air, Listrik, dan Bangunan).
Dia duduk di pinggir kursi
santai dan mulai menyedot payudaraku yang paling dikaguminya, sementara
aku meraih penisnya dengan tanganku serta kukocok hingga kurasakan penis
itu makin mengeras. Aku mendesis nikmat waktu tangannya membelai
vaginaku dan menggosok-gosok bibirnya.
"Eenghh.. terus Tar.. oohh!" desahku sambil meremasi rambut Taryo yang sedang mengisap payudaraku.
Kepalanya
lalu pelan-pelan merambat ke bawah dan berhenti di kemaluanku. Aku
mendesah makin tidak karuan ketika lidahnya bermain-main di sana
ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak keluar masuk. Aku sampai
meremas-remas payudara dan menggigit jariku sendiri karena tidak kuat
menahan rasanya yang geli-geli enak itu hingga akhirnya tubuhku
mengejang dan vaginaku mengeluarkan cairan hangat. Dengan merem melek
aku menjambak rambut si Taryo yang sedang menyeruput vaginaku. Perasaan
itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi,
barulah Taryo melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh
cairan cintaku.
Belum beres aku mengatur nafasku
yang memburu, mulutku sudah dilumatnya dengan ganas. Kurasakan aroma
cairan cintaku sendiri pada mulutnya yang belepotan cairan itu. Aku agak
kewalahan dengan lidahnya yang bermain di rongga mulutku, masalahnya
nafasnya agak bau, entah bau rokok atau jengkol. Setelah beberapa menit
baru aku bisa beradapatasi, kubalas permainan lidahnya hingga lidah kami
saling membelit dan mengisap. Cukup lama juga kami berpagutan, dia juga
menjilati wajahku yang halus tanpa jerawat sampai wajahku basah oleh
liurnya.
"Gua ga tahan lagi Tar, sini gua emut yang punya lu" kataku.
Si
Taryo langsung bangkit dan berdiri di sampingku menyodorkan penisnya.
Masih dalam posisi berbaring di kursi santai, kugenggam benda itu,
kukocok dan kujilati sejenak sebelum kumasukkan ke mulut.
Mulutku terisi penuh oleh
penisnya, itu pun tidak menampung seluruhnya paling cuma masuk 3/4nya
saja. Aku memainkan lidahku mengitari kepala penisnya yang mirip helm
itu, terkadang juga aku menjilati lubang kencingnya sehingga tubuh
pemiliknya bergetar dan mendesah-desah keenakan. Satu tangannya
memegangi kepalaku dan dimaju-mundurkannya pinggulnya sehingga aku
gelagapan.
"Eemmpp.. emmphh..
nngg..!" aku mendesah tertahan karena nyaris kehabisan nafas, namun
tidak dipedulikannya. Kepala penis itu berkali-kali menyentuh dinding
kerongkonganku. Kemudian kurasakan ada cairan memenuhi mulutku. Aku
berusaha menelan cairan itu, tapi karena banyaknya cairan itu meleleh di
sekitar bibirku. Belum habis semburannya, dia menarik keluar penisnya,
sehingga semburan berikut mendarat disekujur wajahku, kacamata hitamku
juga basah kecipratan maninya.
Kulepaskan kacamata hitam itu,
lalu kuseka wajahku dengan tanganku. Sisa-sisa sperma yang menempel di
jariku kujilati sampai habis. Saat itu mendadak pintu terbuka dan Pak
Joko muncul dari sana, dia melongo melihat kami berdua yang sedang
bugil. Aku sendiri sempat kaget dengan kehadirannya, aku takut dia
membocorkan semua ini pada ortuku.
"Eehh.. maaf Neng, Bapak cuma mau ngambil uang Bapak di kamar, ga tau kalo Neng lagi gituan" katanya terbata-bata.
Karena sudah tanggung, akupun nekad menawarkan diriku dan berjalan ke arahnya.
"Ah.. ga apa-apa Pak, mending Bapak ikutan aja yuk!" godaku.
Jakunnya
turun naik melihat kepolosan tubuhku, meskipun agak gugup matanya terus
tertuju ke payudaraku. Aku mengelus-elus batangnya dari luar membuatnya
terangsang.
Akhirnya dia mulai berani
memegang payudaraku, bahkan meremasnya. Aku sendiri membantu melepas
kancing bajunya dan meraba-raba dadanya.
"Neng, tetek Neng gede juga yah.. enak yah diginiin sama Bapak?" Sambil tangannya terus meremasi payudaraku.
Dalam
posisi memeluk itupun aku perlahan membuka celana panjangnya, setelah
itu saya turunkan juga celana kolornya. Nampaklah kemaluannya yang hitam
menggantung, jari-jariku pun mulai menggenggamnya. Dalam genggamanku
kurasakan benda itu bergetar dan mengeras. Pelan-pelan tubuhku mulai
menurun hingga berjongkok di hadapannya, tanpa basa-basi lagi kumasukkan
batang di genggamanku itu ke mulut, kujilati dan kuemut-emut hingga
pemiliknya mengerang keenakan
"Wah, Pak Joko sama majikan sendiri aja malu-malu!" seru si Taryo yang memperhatikan Pak Joko agak grogi menikmati oral seks-ku.
Taryo lalu mendekati kami dan
meraih tanganku untuk mengocok kemaluannya. Secara bergantian mulut dan
tanganku melayani kedua penis yang sudah menegang itu. Tidak puas hanya
menikmati tanganku, sesaat kemudian Taryo pindah ke belakangku, tubuhku
dibuatnya bertumpu pada lutut dan kedua tanganku. Aku mulai merasakan
ada benda yang menyeruak masuk ke dalam vaginaku. Seperti biasa, mulutku
menganga mengeluarkan desahan meresapi inci demi inci penisnya memasuki
vaginaku. Aku disetubuhinya dari belakang, sambil menyodok, kepalanya
merayap ke balik ketiak hingga mulutnya hinggap pada payudaraku. Aku
menggelinjang tak karuan waktu puting kananku digigitnya dengan gemas,
kocokanku pada penis Pak Joko makin bersemangat.
Rupanya aku telah membuat Pak
Joko ketagihan, dia jadi begitu bernafsu memperkosa mulutku dengan
memaju-mundurkan pinggulnya seolah sedang bersetubuh. Kepalaku pun
dipeganginya dengan erat sampai kesempatan untuk menghirup udara segar
pun aku tidak ada. Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja disenggamai dari
dua arah oleh mereka, sodokan dari salah satunya menyebabkan penis yang
lain makin menghujam ke tubuhku. Perasaan ini sungguh sulit dilukiskan,
ketika penis si Taryo menyentuh bagian terdalam dari rahimku dan ketika
penis Pak Joko menyentuh kerongkonganku, belum lagi mereka terkadang
memainkan payudara atau meremasi pantatku. Aku serasa terbang
melayang-layang dibuatnya hingga akhirnya tubuhku mengejang dan mataku
membelakak, mau menjerit tapi teredam oleh penis Pak Joko. Bersamaan
dengan itu pula genjotan si Taryo terasa makin bertenaga. Kami pun
mencapai orgasme bersamaan, aku dapat merasakan spermanya yang menyembur
deras di dalamku, dari selangkanganku meleleh cairan hasil
persenggamaan.
Setelah mencapai orgasme yang
cukup panjang, tubuhku berkeringat, mereka agaknya mengerti keadaanku
dan menghentikan kegiatannya.
"Neng, boleh ga Bapak masukin anu Bapak ke itunya Neng?" tanya Pak Joko lembut.
Saya cuma mengangguk, lalu dia bilang lagi, "Tapi Neng istirahat aja dulu, kayanya Neng masih cape sih".
Aku
turun ke kolam, dan duduk berselonjor di daerah dangkal untuk
menyegarkan diriku. Mereka berdua juga ikut turun ke kolam, Taryo duduk
di sebelah kiriku dan Pak Joko di kananku. Kami mengobrol sambil
memulihkan tenaga, selama itu tangan jahil mereka selalu saja meremas
atau mengelus dada, paha, dan bagian sensitif lainnya. Yang satu ditepis
yang lain hinggap di bagian lainnya, lama-lama ya aku biarkan saja,
lagipula aku menikmatinya kok.
"Neng, Bapak masukin sekarang
aja yah, udah ga tahan daritadi belum rasain itunya Neng" kata Pak Joko
mengambil posisi berlutut di depanku.
Dia
kemudian membuka pahaku setelah kuanggukan kepala merestuinya, dia
arahkan penisnya yang panjang dan keras itu ke vaginaku, tapi dia tidak
langsung menusuknya tapi menggesekannya pada bibir kemaluanku sehingga
aku berkelejotan kegelian dan meremas penis Taryo yang sedang menjilati
leher di bawah telingaku.
"Aahh.. Pak cepet masukin dong, udah kebelet nih!" desahku tak tertahankan.
Aku
meringis saat dia mulai menekan masuk penisnya. Kini vaginaku telah
terisi oleh benda hitam panjang itu dan benda itu mulai bergerak keluar
masuk memberi sensasi nikmat ke seluruh tubuh.
"Wah.. seret banget memeknya Neng, kalo tau gini udah dari dulu Bapak entotin" ceracaunya.
"Brengsek juga lu, udah bercucu juga masih piktor, gua kira lu alim" kataku dalam hati.
Setelah
15 menit dia genjot aku dalam posisi itu, dia melepas penisnya lalu
duduk berselonjor dan manaikkan tubuhku ke penisnya. Dengan refleks
akupun menggenggam penis itu sambil menurunkan tubuhku hingga benda itu
amblas ke dalamku. Dia memegangi kedua bongkahan pantatku yang padat
berisi itu, secara bersamaan kami mulai menggoyangkan tubuh kami.
Desahan kami bercampur baur dengan bunyi kecipak air kolam, tubuhku
tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-kemari,
kedua payudaraku yang terguncang-guncang tidak luput dari tangan dan
mulut mereka. Pak Joko memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di
vagina seorang gadis 21 tahun, anak majikannya sendiri, sepertinya dia
tak habis pikir betapa untungnya berkesempatan mencicipi tubuh seorang
gadis muda yang pasti sudah lama tidak dirasakannya.
Goyangan kami terhenti sejenak
ketika Taryo tiba-tiba mendorong punggungku sehingga pantatku semakin
menungging dan payudaraku makin tertekan ke wajah Pak Joko. Taryo
membuka pantatku dan mengarahkan penisnya ke sana
"Aduuh.. pelan-pelan Tar, sakit tau.. aww!" rintihku waktu dia mendorong masuk penisnya.
Bagian
bawahku rasanya sesak sekali karena dijejali dua batang penis besar.
Kami kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan perlahan-lahan berubah
menjadi rasa nikmat yang menjalari tubuhku. Aku menjerit sejadi-jadinya
ketika Taryo menyodok pantatku dengan kasar, kuomeli dia agar lebih
lembut dikit. Bukannya mendengar, Taryo malah makin buas menggenjotku.
Pak Joko melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku agar
aku tidak terlalu ribut.
Hal itu berlangsung sekitar 20
menit lamanya sampai aku merasakan tubuhku seperti mau meledak, yang
dapat kulakukan hanya menjerit panjang dan memeluk Pak Joko erat-erat
sampai kukuku mencakar punggungnya. Selama beberapa detik tubuhku
menegang sampai akhirnya melemas kembali dalam dekapan Pak Joko. Namun
mereka masih saja memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas ini.
Erangan yang keluar dari mulutku pun terdengar makin tak bertenaga.
Tiba-tiba pelukan mereka terasa makin erat sampai membuatku sulit
bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-kuat
oleh Pak Joko, dan Taryo menjambak rambutku. Aku lalu merasakan cairan
hangat menyembur di dalam vagina dan anusku, di air nampak sedikit
cairan putih susu itu melayang-layang. Mereka berdua pun terkulai lemas
diantara tubuhku dengan penis masih tertancap.
Setelah sisa-sisa kenikmatan
tadi mereda, akupun mengajak mereka naik ke atas. Sambil mengelap
tubuhku yang basah kuyup, aku berjalan menuju kamar mandi. Eh.. ternyata
mereka mengikutiku dan memaksa ikut mandi bersama. Akhirnya kuiyakan
saja deh supaya mereka senang. Disana aku cuma duduk, merekalah yang
menyiram, menggosok, dan menyabuniku tentunya sambil menggerayangi.
Bagian kemaluan dan payudaraku paling lama mereka sabuni sampai aku
menyindir
"Lho.. kok yang disabun disitu-situ aja sih, mandinya ga beres-beres dong, dingin nih" disambut gelak tawa kami.
Setelah
itu, giliran akulah yang memandikan mereka, saat itulah nafsu mereka
bangkit lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi.
Hari itu aku dikerjai
terus-menerus oleh mereka sampai mereka menginap dan tidur denganku di
ranjang spring bed-ku. Sejak itu kalau ada sex party di vila ini, mereka
berdua selalu diajak dengan syarat jangan sampai rahasia ini bocor. Aku
senang karena ada alat pemuas hasratku, mereka pun senang karena bisa
merasakan tubuhku dan teman-teman kuliahku yang masih muda dan cantik.
Jadi ada variasi dalam kehidupan seks kami, tidak selalu main sama
teman-teman cowok di kampus....
1 comments:
Hmm
7 September 2014 at 10:10Post a Comment