Friday 2 May 2014
CeritaSseks Perawan SMP dan SMA
Cerita seks gadis perawan abg SMP dan SMA selalu bikin horny, apalagi
cewek perawan abg SMP atau SMA yang hilang perawan. Tubuhnya yang baru
memasuki usia kematangan seksual selalu membangkitkan birahi para
laki-laki hidung belang. Seperti yang terjadi dalam cerita seks berikut
ini..
Perkenalkan pembaca nama saya Andra. Umur 24
tahun dan sekarang lagi kuliah di sebuah PTS di Kediri. Aku termasuk
cowok yang populer di kampus (sekeren namaku). Tapi aku punya kelemahan,
saat ini aku udah nggak perjaka lagi (emang sekarang udah nggak
jamannya keperjakaan diutamakan). Nah, hilangnya perjakaku ini yang
pengin aku ceritakan.
Aku punya banyak cewek. Diantaranya
banyak cewek itu yang paling aku sukai adalah Rere. Tapi dalam kisah ini
bukan Rere tokoh utamanya. sebab hilangnya perjakaku nggak ada sangkut
pautnya sama Rere. Malah waktu itu aku aku lagi marahan sama doski.
Waktu itu aku nganggap Rere nggak bener-bener sayang sama aku. Aku lagi
jutek banget sama dia. Habisnya udah lima bulan pacaran, masak Rere
hanya ngasih sun pipi doang. Ceritanya pas aku ngapel ke tempat kostnya,
aku ngajakin dia ML. Habis aku pengin banget sih. (keseringan mantengin
VCD parto kali yee…). Tapi si Rere menolak mentah-mentah. Malahan aku
diceramahin, busyet dah!
Makanya malam minggu itu aku nggak
ngapel (ceritanya ngambek). Aku cuman duduk-duduk sambil gitaran di
teras kamar kostku. Semua teman kostku pada ngapel atau entah nglayap
kemana. Rumah induk yang kebetulan bersebelahan dengan rumah kost agak
sepi. Sebab sejak tadi sore ibu kost dan bapak pergi ke kondangan. Putri
tertua mereka, Murni sudah dijemput pacarnya sejam yang lalu. Sedang
Maidy, adiknya Murni entah nglayap kemana. Yang ada tinggal Maya, si
bungsu dan Ersa, sepupunya yang kebetulan lagi berkunjung ke rumah
oomnya. Terdengar irama lagu India dari dalam rumah induk, pasti mereka
lagi asyik menonton Gala Bollywood.
Nggak tahu, entah karena suaraku merdu atau mungkin karena suaraku fals plus berisik, Maya datang menghampiriku.
“Lagi nggak ngapel nih, Mas Andra?” sapanya ramah (perlu diketahui kalau Maya memang orangnya ramah banget)
“Ngapel sama siapa, May?” jawabku sambil terus memainkan Sialannya Cokelat.
“Ah… Mas Andra ini pura-pura lupa sama pacarnya.”
Gadis itu duduk di sampingku (ketika dia duduk sebagian paha mulusnya
terlihat sebab Maya cuman pakai kulot sebatas lutut). Aku cuman
tersenyum kecut.
“Udah putus aku sama dia.” jawabku kemudian.
Nggak tahu deh, tapi aku menangkap ada yang aneh dari gelagat Maya.
Gadis 14 tahun itu nampaknya senang mendengar aku putus. Tapi dia
berusaha menutup-nutupinya.
“Yah, kacian deh… habis putus sama pacar ya?” godanya. “Kayaknya bete banget lagunya.”
Aku menghentikan petikan gitarku.
“Yah, gimana ya… kayaknya aku lebih suka sama Maya deh ketimbang sama dia.”
Nah lo! Kentara benar perubahan wajahnya. Gadis berkulit langsep agak
gelap itu merah mukanya. aku segera berpikir, apa bener ya gosip yang
beredar di tempat kost ini kalo si Maya ada mau sama aku.
“May, kok diam aja? Malu yah…”
Maya melirik ke arahku dengan manja. Tiba-tiba saja batinku ngrasani,
gadis yang duduk di sampingku ini manis juga yah. Masih duduk di kelas
dua smp tapi kok perawakannya udah kayak anak sma aja. Tinggi langsing
semampai, bodinya bibit-bibit peragawati, payudaranya… waduh kok besar
juga ya. Tiba-tiba saja jantungku berdebar memandangi tubuh Maya yang
cuman pakai kaos ketat tanpa lengan itu. Belahan dadanya sedikit tampak
diantara kancing-kancing manisnya. Ih, ereksiku naik waktu melirik
pahanya yang makin kelihatan. Kulit paha itu ditumbuhi bulu-bulu halus
tapi cukup lebat seukuran cewek.
“Mas, daripada nganggur gimana kalo Mas Andra bantu aku ngerjain peer bahasa inggris?”
“Yah Maya, malam minggu kok ngerjain peer? Mendingan pacaran sama Mas Andra, iya nggak?” pancingku.
“Ah, Mas Andra ini bisa aja godain Maya..”
Maya mencubit pahaku sekilas. Siir.. Wuih, kok rasanya begini. Gimana
nih, aku kok kayak-kayak nafsu sama ini bocah. Waduh, penisku kok bangun
yah?
“Mau nggak Mas, tolongin Maya?”
“Ada upahnya nggak?”
“Iiih, dimintai tolong kok minta upah sih…”
Cubitan kecil Maya kembali memburu di pahaku. Siiiir… kok malah tambah merinding begini ya?
“Kalau diupah sun sih Mas Andra mau loh.” pancingku sekali lagi.
“Aah… Mas Andra nakal deh…”
Sekali lagi Maya mencubit pahaku. Kali ini aku menahan tangan Maya biar
tetap di pahaku. Busyet, gadis itu nggak nolak loh. Dia cuman diam
sambil menahan malu.
“Ya udah, Maya ambil bukunya trus ngerjain
peernya di kamar Mas Andra aja. Nanti tak bantu ngerjain peer, tak kasih
bonus pelajaran pacaran mau?”
Cerita Panas - Gadis itu cuman
senyum saja kemudian masuk rumah induk. Asyik… pasti deh dia mau. Benar
saja, nggak sampai dua menit aku sudah bisa menggiringnya ke kamar
kostku.
Kami terpaksa duduk di ranjang yang cuman satu-satunya
di kamar itu. Pintu sudah aku tutup, tapi nggak aku kunci. Aku sengaja
nggak segera membantunya ngerjain peer, aku ajak aja dia ngobrol.
“Sudah bilang sama Ersa kalo kamu kemari?”
“Iya sudah, aku bilang ke tempat Mas Andra.”
“Trus si Ersa gimana? Nggak marah?”
“Ya enggak, ngapain marah.”
“Sendirian dong dia?”
“Mas Andra kok nanyain Ersa mulu sih? Sukanya sama Ersa ya?” ujar Maya merajuk.
“Yee… Maya marah. Cemburu ya?”
Maya merengut, tapi sebentar sudah tidak lagi. Dibuka-bukanya buku yang dia bawa dari rumah induk.
“Maya udah punya pacar belum?”tanyaku memancing.
“Belum tuh.”
“Pacaran juga belum pernah?”
“Katanya Mas Andra mau ngajarin Maya pacaran.” balas Maya.
“Maya bener mau?” Gayung bersambut nih, pikirku.
“Pacaran itu dasarnya harus ada suka.” lanjutku ketika kulihar Maya tertunduk malu. “Maya suka sama mas Andra?”
Maya memandangku penuh arti. Matanya seakan ingin bersorak mengiyakan
pertanyaanku. tapi aku butuh jawaban yang bisa didengar. Aku duduk
merapat pada Maya.
“Maya suka sama Mas Andra?” ulangku.
“Iya.” gumamnya lirih.
Bener!! Dia suka sama aku. Kalau gitu aku boleh…
“Mas Andra mau ngesun Maya, Maya nurut aja yah…” bisikku ke telinga Maya
Tanganku mengusap rambutnya dan wajah kami makin dekat. Maya menutup
matanya lalu membasahi bibirnya (aku bener-bener bersorak sorai).
Kemudian bibirku menyentuh bibirnya yang seksi itu, lembut banget.
Kulumat bibir bawahnya perlahan tapi penuh dengan hasrat, nafasnya mulai
berat. Lumatanku semakin cepat sambil sekali-sekali kugigit bibirnya.
Mmm..muah… kuhisap bibir ranum itu.
“Engh.. emmh..” Maya mulai melenguh.
Nafasnya mulai tak beraturan. Matanya terpejam rapat seakan diantara
hitam terbayang lidah-lidah kami yang saling bertarung, dan saling
menggigit. Tanganku tanpa harus diperintah sudah menyusup masuk ke balik
kaos ketatnya. Kuperas-peras payudara Maya penuh perasaan. ereksiku
semakin menyala ketika gundukan hangat itu terasa kenyal di ujung
jari-jariku.
Bibirku merayap menyapu leher jenjang Maya. Aku
cumbui leher wangi itu. Kupagut sambil kusedot perlahan sambil kutahan
beberapa saat. Gigitan kecilku merajang-rajang birahi Maya.
“Engh.. Masss… jangan… aku uuuh…”
Ketika kulepaskan maka nampaklah bekasnya memerah menghias di leher Maya.
“May… kaosnya dilepas ya sayang…”
Gadis itu hanya menggangguk. Matanya masih terpejam rapat tapi bibirnya
menyunggingkan senyum. Nafasnya memburu. Sambil menahan birahi, kubuka
keempat kancing kaos Maya satu persatu dengan tangan kananku. Sedang
tangan kiriku masih terus meremas payudara Maya bergantian dari balik
kaos. Tak tega rasanya membiarkan Maya kehilangan kenikmatannya. Jemari
Maya menggelitik di dada dan perutku, membuka paksa hem lusuh yang aku
kenakan. Aku menggeliat-geliat menahan amukan asmara yang Maya ciptakan.
Kaos pink Maya terjatuh di ranjang. Mataku melebar memandangi dua
gundukan manis tertutup kain pink tipis. Kupeluk tubuh Maya dan kembali
kuciumi leher jenjang gadis manis itu, aroma wangi dan keringatnya
berbaur membuatku semakin bergairah untuk membuat hiasan-hiasan merah di
lehernya.Perlahan-lahan kutarik pengait BH-nya, hingga sekali tarik
saja BH itupun telah gugur ke ranjang. Dua gundukan daging itupun
menghangat di ulu hatiku.
Kubaringkan perlahan-lahan tubuh
semampai itu di ranjang. Wow… payudara Maya (yang kira-kira ukuran 34)
membengkak. Ujungnya yang merah kecoklatan menggairahkan banget.
Beberapa kali aku menelan ludah memandangi payudara Maya. Ketika
merasakan tak ada yang kuperbuat, Maya memicingkan mata.
“May… adekmu udah gede banget May…”
“Udah waktunya dipetik ya mass…”
“Ehem, biar aku yang metik ya May…”
Aku berada di atas Maya. Tanganku segera bekerja menciptakan kenikmatan demi kenikmatan di dada Maya.
Putar… putar.. kuusap memutar pentel bengkak itu.
“Auh…Mass.. Aku nggak tahan Mass… kayak kebelet pipis mas..” rintih Maya.
Cerita Sex - Tak aku hiraukan rintihan itu. Aku segera menyomot payudara Maya dengan mulutku.
“Mmmm… suuup… mmm…” kukenyot-kenyot lalu aku sedot putingnya.
“Mass… sakiit…” rintih Maya sambil memegangi vaginanya.
Sekali lagi tak aku hiraukan rintihan itu. Bagiku menggilir payudara
Maya sangat menyenangkan. Justru rintihan-rintihan itu menambah rasa
nikmat yang tercipta.
Tapi lama kelamaan aku tak tega juga
membuat Maya menahan kencing. Jadi aku lorot saja celananya. Dan
ternyata CD pink yang dikenakan Maya telah basah.
“Maya kencing di celana ya Mass?”
“Bukan sayang, ini bukan kencing. Cuman lendir vaginamu yang cantik ini.”
Maya tertawa mengikik ketika telapak tanganku kugosok-gogokkan di
permukaan vaginanya yang telah basah. Karena geli selakangnya membuka
lebar. Vaginanya ditumbuhi bulu lebat yang terawat. Lubang kawin itu
mengkilap oleh lendir-lendir kenikmatan Maya. Merah merona, vagina yang
masih perawan.
Tak tahan aku melihat ayunya lubang kawin itu.
Segera aku keluarkan penisku dari sangkarnya. Kemudian aku jejalkan ke
pangkal selakangan yang membuka itu.
“Tahan ya sayang…engh..”
“Aduh… sakiiit mass…”
“Egh… rileks aja….”
“Mas… aah!!!” Maya menjambak rambutku dengan liar.
Slup… batang penisku yang perkasa menembus goa perawan Maya yang masih
sempit. Untung saja vagina itu berair jadi nggak terlalu sulit
memasukkannya. Perlahan-lahan, dua centi lima centi masih sempit sekali.
“Aduuuh Masss… sakiiit…” rintih Maya.
Aku hentakkan batang penisku sekuat tenaga.
“Jruub…”
Langsung amblas seketika sampai ujungnya menyentuh dinding rahim Maya.
Batang penisku berdenyut-denyut sedikit sakit bagai digencet dua tembok
tebal. Ujungnya tersentuh sesuatu cairan yang hangat. Aku tarik kembali
penisku. Lalu masukkan lagi, keluar lagi begitu berkali-kali. Rasa
sakitnya berangsur-angsur hilang.
Aku tuntun penisku bergoyang-goyang.
“Sakit sayang…” kataku.
“Enakkk…eungh…” Maya menyukainya.
Ia pun ikut mengggoyang-goyangkan pantatnya. Makin lama makin keras
sampai-sampai ranjang itu berdecit-decit. Sampai-sampai tubuh Maya
berayun-ayun. Sampai-sampai kedua gunung kembar Maya melonjak-lonjak.
Segera aku tangkap kedua gunung itu dengan tanganku.
“Enggh.. ahhh..” desis Maya ketika tanganku mulai meremas-remasnya.
“Mass aku mau pipis…”
“Pipis aja May… nggak papa kok.”
“Aaach…!!!”
“Hegh…engh…”
“Suuur… crot.. crot.. ”
Lendir kawin Maya keluar, spermaku juga ikut-ikutan muncrat. Kami telah sama-sama mencapai orgasme.
“Ah…” lega. Kutarik kembali penisku nan perkasa. Darah perawan Maya
menempel di ujungnya berbaur dengan maniku dan cairan kawinnya. Kupeluk
dan kuciumi gadis yang baru memberiku kepuasan itu. Mayapun terlelap
kecapaian.
Kreek… Pintu kamarku dibuka. Aku segera menengok ke
arah pintu dengan blingsatan. Ersa terpaku di depan pintu memandangi
tubuh Maya yang tergeletak bugil di ranjang kemudian ganti memandangi
penisku yang sudah mulai melemas. Tapi aku juga ikut terpaku kala
melihat Ersa yang sudah bugil abis. Aku tidak tahu tahu kalau sejak Maya
masuk tadi Ersa mengintip di depan kamar.
“Ersa? Ng… anu..” antara takut dan nafsu aku pandangi Ersa.
Gadis ini lebih tua dua tahun diatas Maya. Pantas saja kalau dia lebih
matang dari maya. Walau wajahnya tak bisa menandingi keayuan Maya, tapi
tubuhnya tak kalah menarik dibanding Maya, apalagi dalam keadaan full
naked kayak gitu.
“Aku nggak akan bilang ke oom dan tante asal…”
“Asal apaan?”
Mata Ersa sayu memandang ke arah Maya dan penisku bergantian. Lalu dia
membelai-belai payudara dan vaginanya sendiri. Tangan kirinya
bermain-main di belahan vaginanya yang telah basah. Ersa sengaja
memancing birahiku. Melihat adegan itu, gairahku bangkit kembali,
penisku ereksi lagi. Tapi aku masih ingin Ersa membarakan gairahku lebih
jauh.
Ersa duduk di atas meja belajarku. Posisi kakinya
mekangkang sehingga vaginanya membuka merekah merah. Tangannya masih
terus meremas-remas susunya sendiri. Mengangkatnya tinggi seakan
menawarkan segumpal daging itu kepadaku.
“Mas Andra.. sini.. ay…”
Aku tak peduli dia mengikik bagai perek. Aku berdiri di depan gadis itu.
“Ayo.. mas mainin aku lebih hot lagi..” pintanya penuh hasrat.
Aku gantiin Ersa meremas-remas payudaranya yang ukuran 36 itu. Puting
diujungnya sudah bengkak dan keras, tanda Ersa sudah nafsu banget.
“Eahh.. mmhh…” rintihannya sexy sekali membuatku semakin memperkencang remasanku.
“Eahhh.. mas.. sakit.. enak….”
Ersa memainkan jarinya di penisku. Mempermainkan buah jakarku membuatku melenguh keasyikan. “Ers… tanganmu nakal banget…”
Gadis itu cuman tertawa mengikik tapi terus mempermainkan senjataku
itu. Karena gemas aku caplok susu-susu Ersa bergantian. Kukenyot sambil
aku tiup-tiup.
“Auh…”
Ersa menekan batang penisku.
“Ers… sakit sayang” keluhku diantara payudara Ersa.
“Habis dingin kan mas…” balasnya.
Setelah puas aku pandangi wajah Ersa.
“Ersa, mau jurus baru Mas Andra?”
Gadis itu mengangguk penuh semangat.
“Kalau gitu Ersa tiduran di lantai gih!”
Ersa menurut saja ketika aku baringkan di lantai. Ketika aku hendak
berbalik, Ersa mencekal lenganku. Gadis yang sudah gugur rasa malunya
itu segera merengkuhku untuk melumat bibirnya. Serangan lidahnya
menggila di ronga mulutku sehingga aku harus mengeluarkan tenaga ekstra
untuk mengimbanginya. Tanganku dituntunnya mengusap-usap lubang
kelaminnya. Tentu saja aku langsung tanggap. Jari-jariku bermain
diantara belantara hitam nan lebat diatas bukit berkawah itu. “Mmmm…
enghh…”
Kami saling melenguh merasakan sejuta nikmat yang tercipta.
Cerita Dewasa - Aku ikut-ikutan merebah di lantai. Aku arahkan Ersa
untuk mengambil posisi 69, tapi kali ini aku yang berada di bawah.
Setelah siap, tanpa harus diperintah Ersa segera membenamkan penisku ke
dalam mulutnya (aku jadi berpikiran kalau bocah ini sudah
berpengalaman).
Ersa bersemangat sekali melumat penisku yang sejak
tadi berdenyut-denyut nikmat. Demikian juga aku, begitu nikmatnya
menjilati lendir-lendir di setiap jengkal vagina Ersa, sedang jariku
bermain-main di kedua payudaranya. Srup srup, demikian bunyinya ketika
kusedot lendir itu dari lubang vagina Ersa. Ukuran vagina Ersa sedikit
lebih besar dibanding milik Maya, bulu-bulunya juga lebih lebat milik
Ersa. Dan klitorisnya… mmm… mungil merah kenyal dan mengasyikkan. Jadi
jangan ngiri kalo aku bener-bener melumatnya dengan lahap.
“Ngngehhh…uuuhh..” lenguh Ersa sambil terus melumat senjataku.
Sedang lendir kawinnya keluar terus.
“Erss… isep sayang, iseppp…” kataku ketika aku merasa mau keluar.
Ersa menghisap kuat-kuat penisku dan crooott… cairan putih kental sudah
penuh di lubang mulut Ersa. Ersa berhenti melumat penisku, kemudian dia
terlentang dilantai (tidak lagi menunggangiku). Aku heran dan
memandangnya.
“Aha…” ternyata dia menikmati rasa spermaku yang juga belepotan di wajahnya, dasar bocah gemblung.
Beberapa saat kemudian dia kembali menyerang penisku. Mendapat serangan
seperti itu, aku malah ganti menyerangnya. Aku tumbruk dia, kulumat
bibirnya dengan buas. Tapi tak lama Ersa berbisik, “Mas.. aku udah nggak
tahan…”
Sambil berbisik Ersa memegangi penisku dengan maksud menusukannya ke dalam vaginanya.
Aku minta Ersa menungging, dan aku siap menusukkan penisku yang
perkasa. penisku itu makin tegang ketika menyentuh bibir vagina. Kutusuk
masuk senjataku melewati liang sempit itu.
“Sakit Mas…”
Sulitnya masuk liang kawin Ersa, untung saja dindingnya sudah basah sejak tadi jadi aku tak terlalu ngoyo.
“Nggeh… dikit lagi Ers…”
“Eeehhh… waaa!!”
“Jlub…” 15 centi batang penisku amblas sudah dikenyot liang kawin Ersa.
Aku diamkan sebentar lalu aku kocok-kocok seirama desah nafas.
“Eeehh… terus mass… uhh…”
Gadis itu menggeliat-geliat nikmat. Darah merembes di selakangnya.
Entah sadar atau tidak tangan Ersa meremas-remas payudaranya sendiri.
Lima belas menit penisku bermain petak umpet di vagina Ersa. Rupaya
gadis itu enggan melepaskan penisku. Berulang-ulang kali spermaku
muncrat di liang rahimnya. Merulang-ulang kali Ersa menjerit menandakan
bahwa ia berada dipucuk-pucuk kepuasan tertinggi. Hingga akhirnya Ersa
kelelahan dan memilih tidur terlentang di samping Maya.
Capek
sekali rasanya menggarap dua daun muda ini. Aku tak tahu apa mereka
menyesal dengan kejadian malam ini. Yang pasti aku tak menyesal
perjakaku hilang di vagina-vagina mereka. Habisnya puas banget.
Setidaknya aku bisa mengobati kekecewaanku kepada Rere.
Malam
makin sepi. Sebelum yang lain pada pulang, aku segera memindahkan tubuh
Maya ke kamarnya lengkap dengan pakaiannya. Begitu juga dengan Ersa. Dan
malam ini aku sibuk bergaya berpura-pura tak tahu-menahu dengan
kejadian barusan. Lagipula tak ada bukti, bekas cipokan di leher Maya
sudah memudar.
He.. he.. he.. mereka akan mengira ini hanya mimpi.
1 comments:
Casino Tycoon: $100 Free Chip At MGCB
3 March 2022 at 21:21You get the chance to play 창원 출장마사지 and win casino games at MGCB. Get $100 in 익산 출장마사지 free chips at MGCB to get $100 in free chips at MGCB, 광주광역 출장샵 and start winning with 공주 출장마사지 $100 충청북도 출장안마
Post a Comment