Monday 26 May 2014
Kemolekan dua ibu muda tetangga kost ku
ni pengalaman ketika aku masih bujang, saat itu umurku mungkin sekitar
23 tahun. Aku kost disebuah tempat yang memang diperuntukkan ahany untuk
anak kost, ada sekitar 20 an kamar berjejer terdiri atas dua bangunan
bertingkat 2. Penghuninya campur antara yang bujangan dan yang
berkeluarga. Kebetulan kamarku ada di lantai
bawah yang menurutku punya fasilitas paling komplit (maksudnya bisa
jemur pakaian di belakang kamar karena ada lorong terbuka yang tersisa
dibelakang bangunan yang aku tempati itu. Dari lorong ini pulalah kisah
ini berawal.
Tetangga sebelah kiri dan kanan kamarku
adalah pasangan yang berkeluarga. Ada bapak dan bu Evi (karena anaknya
namanya Evi) keluarga dengan satu anak perempuan disebelah kiri kamarku.
Dan keluarga mas Anto dan mbak Diah (begitu aku memanggil mereka)
disebelah kanan kamarku, keluarga muda dengan satu anak perempuan juga
yang berumur sekitar 2 tahunan. Aku tidak begitu kenal dengan tetangga
lainnya karena memang sangat jarang bertemu. Umumnya mereka mengurung
diri dikamar entah apa kegiatan mereka. Aku sendiri bujangan yang baru
mulai bekerja pada sebuah perusahan yang cukup bonafid. Hari hariku
biasanya aku habiskan pergi sama teman teman, itu sebabnya aku jarang
berinteraksi dengan tetangga kostku.
Bu
Evi orangnya kecil mungil, kulit hitam manis tapi punya toked yang agak
berlebihan sehingga kalo lama diperhatikan seperti menantang (dasar
mupeng) sedangkan mbak diah, punya perawakan sintal, kulitnya putih
bersih, wajahnya juga sangat mempesona (masuk katagori cantik), ramah
dan banyak senyum. Aku sendiri sering dapat senyuman nya. Nggak tahu
kenapa aku sering cari kesempatan untuk bertemu muka biar kecipratan
senyum manisnya. Aku sendiri cukup akrab dengan mas Anto karena kantor
kami bersebelahan. Mas Anto bekerja sebagai Security. Seringkali aku
diminta bantuan sama mbak Diah untuk jagain si kecil Endah kalo dia lagi
sibuk dengan pekerjaan rumahnya, dan aku dengan senang hati
melakukannya. Sebagai imbalan biasanya aku nitip cucian barang sepotong
dua potong. Merekalah dua wanita yang menjadi topic ceritaku nanti.
Pada suatu hari aku pulang malam sekitar jam 2an, aku ingat sekali itu
malam minggu sehabis jalan sama teman temanku, aku bermaksud mengambil
jemuran dibelakang kamar yang sore tadi dicuciin sama mbak Diah, takut
kena hujan nanti bau. Aku merasa ada yang tidak biasa. Didepan pintu
kamar belakang mbak Diah aku melihat sepasang sandal yang aku yakin
bukan punya mas Anto. Penasaran aku balik kedepan mencari motor mas
Anto, hanya ingin memastikan kalo mas Anto benar tidak dirumah karena
setahuku hari itu mas Anto tugas malam. Dan benar dugaan ku motor mas
Anto tidak ada di tempatnya. Segera aku berbalik lorong belakang. Aku
mencoba mencari celah untuk mengintip kedalam kamar mbak Diah. Tapi
usahaku sia-sia karena terhalang dinding dapur. Hanya saja aku sempat
mendengar lapat lapat desahan nafas dan sayup sayup suara erangan
sehingga aku yakini sedang terjadi sesuatu didalam sana. Aku kembali
kekamarku menunggu ……. Dengan suasana hati yang tak menentu, aku hanya
berharap tahu siapa gerangan pemilik sandal yang telah mengisi malam
sepinya mbak diah. Aku tak beranjak jauh dari pintu belakang kamarku dan
sengaja kubuka sedikit sehingga masih bias mengintip kea rah pintu
belakang mbak Diah. 15 menit berlalu aku mendengar suara daun pintu
berderit meskipun sangat pelan tapi cukup membuatku segera mengambil
posisi yang telah kupersiapkan. Aku melihat sosok mbak Diah keluar
kemudian melihat kiri kanan mungkin memastikan keadaan aman, setelah itu
kulihat dia memberi kode kedalam maka keluarlah sesosok lelaki yang
sangat aku kenal….. Pak Evi… tetangga sebelahku… aku tersurut kaget
benar benar tidak menyangka dan setengah tidak percaya dengan apa yang
kusaksikan. Setelah keadaan tenang aku kembali ketempat tidurku. Ada
scenario dalam kepalaku. Dan aku pun tersenyum sendiri.
Keesokan harinya seperti biasa aku telat bangun, maklum hari minggu.
Masih terbayang peristiwa semalam dan rencana yang telah kususun. Aku
bersemangat bangun dan langsung menuju lorong belakang aku berharap
ketemu mbak Diah dibelakang, tapi aku harus kecewa. tak apalah masih
banyak waktu. Dan aku segera menyambar handukku masuk kamar mandi sambil
bernyanyi kecil. Habis mandi aku bermaksud membuang waktu dengan duduk
di beranda kamar ku ngopi dan sekalian melihat keadaan tetangga
tetanggaku. Heran aku juga tidak melihat bu Evi hari itu. Selang
beberapa saat kulihat mbak Diah datang, rupanya dia baru habis belanja
di warung.
“Eh dik Hadi .. udah bangun ya… “ Sapa
mbak diah ramah seperti biasanya.“Iya mbak, mas Anto masih tidur?”
tanyaku balik“Iya dik, mas Anto baru pulang pagi, kan tugas malam”
katanya menerangkan“oh iya… mbak gak ada acara nyuci hari ini? Nitip
doong ““boleh, tapi ntar ya abis masak, tapi jagain Endah ya”“Siip”
kataku
Aku pun mengambil alih endah dari mbak Diah,
aku setelkan dia lagu anak anak dari DVD portable ku maka endah pun
bernyanyi nyanyi sendiri di kamarku. Selang beberapa lama kudengar mbak
Diah memanggil lewat pintu belakangku.
“Dik Hadi… mana cuciannya?”“itu mbak yang dibelakang, udah tak rendem dari semalem” sahutku menimpali.
Aku segera beranjak kebelakang, saatnya memulai rencana. Perlahan
kudekati mbak Diah. Memberi kode agar dia mendekat. Mbak Diah
menghampiriku….
“Semalam aku melihat sesuatu disini” bisikku.
Sengaja membuatnya terkejut. Dan reaksinya memang seperti yang
kuharapkan. Diapun lebih mendekat.
“Lihat apa?” mbak Diah ikutan berbisik.
“Ada deh.. “ godaku. Merah padam mukanya mbak Diah. Tapi dia segera menguasai diri. Dia taruh telunjuknya di atas bibir.
“Nanti aja diomongin” bisiknya lagi“Siip” kataku sambil mengangkat jempol.
Aku memulai hayalanku ditempat tidur dengan perasaan menang, yakin akan
mendapat sesuatu. Pikiranku sedemikian jauhnya sampai tak sadar aku
tertidur dan lupa makan.
“tok… tok….tok…” setenagah sadar aku mendengar pintu kamarku di ketok.
Aku bangkit dari tempat tidur dan yang pertama kurasakan adalah
perutku yang minta diisi. Kulirik jam bekerku, ah.. rupanya sudah jam
setengah tiga, pantesan…
“tok…tok…” kembali kudengar pintuku di ketok.
Aku bergegas membuka pintu, kiranya mbak diah yang sedari tadi mengetok pintu.
“ya mbak… ada apa?” tanyaku
“ini mau nganterin makanan , tadi mbak masak lebih, mbak liat dari tadi
kamu gak keluar rumah.. pasti belum makan” katanya sambil mengulurkan
sepiring nasi komplit dengan lauknya.
“iya juga mbak, aku
ketiduran, mas anto udah bangun?”“udah tuh … lagi pergi sama endah
kerumah temennya”“ooh… berarti udah aman ya… “ kataku sambil mengedipkan
mata“kamu itu bikin mbak penasaran, memang liat apa semalem” katanya
masih berpura pura.
“ntar aku cuci tangan dulu, tak ceritain
sambil makan ya” aku bergegas menaruh makanan di meja kecil di beranda
dan masuk untuk cuci tangan, kubiarkan mbak diah penasaran menungguku.
“ayo ngomong… liat apa semalem” mbak diah langsung menyerangku begitu
aku muali menyantap makanan, aku hanya senyum senyum sambil ayik
menghabiskan makanan ku.
“cepetan dong, ntar mas anto keburu pulang” pintanya memelas.
Akhirnya aku pun menceritakan apa yang kulihat, termasuk mengetahui
siapa adanya lelaki pemilik sandal. Lama mbak diah terdiam sampai
akhirnya…
“Di, kamu bisa pegang rahasia ini kan?, mbak gak mau
mas anto sampai tahu, kmu pasti tahu akibatnya buat mbak” lagi lagi dia
meminta dengan memelas.
“tenang aja mbak, aku bisa jaga rahasia kok. Tapi aku juga bakal minta sesiuatu dari mbak” jawabku
“kamu jangan memeras mbak ya, kamu kan tahu mbak nggak punya uang”
“aku nggak minta uang kok” selaku“trus kamu minta apa”
“aku minta sesuatu yang mbak punya dan bisa kasi” kataku sambil memberi kode ke arah dadanya
“hah… kamu mau sama mbak?”
“knapa? Mbak nggak mau ngasih”“Bukan gitu, mbak kan udah punya anak…
emang kamu mau?”“ah… aku kan pingin yang berpengalaman” kataku
cekikikan.“ya deh… kalo itu mbak bisa kasi, tapi jangan dipaksain ya…
liat keadaan, jangan sampai mbak celaka”
“oke, aku juga pasti menjaga mbak kok.. tenang aja”
“omong omong bu evi kemana? Koq pak evi nya bisa lepas?
“ooh, biasa tiap sabtu mbak evi nginap di rumah orang tuanya karena
harus gantian ama saudaranya jagain orang tuanya yang udah tua”
“itu sebabnya ya… he..he.. ““ya … biasanya sabtu dianterin sama pak evi, minggu dijemput lagi”
“ngerti deh” kataku sambil mengejapkan mata, dan mbak diah pun tersenyum malu.
“ntar malam mas Anto shift malam lagi gak?” tanyaku“iya… knapa? Kmu mau ntar malem?”“kalo boleh sih…”“liat keadaan ya.. ““oke…”
Begitulah akhir dari transaksiku, aku tinggal menunggu hadiah yang dijanjikan tiba.
Waktu yang kutunggu pun tiba, dari balik pintu kamarku aku mendengar
suara motor mas anto menjauh, dan mbak diah berdiri di beranda melepas
suaminya berangkat kerja. Setelah motor gak terlihat aku keluar kamar.
Mbak diah menoleh kearahku sambil berbisik..
“endah
belum tidur, ntar mbak kasi kode” sambil menganggukkan kepala, aku pun
mengerti. Menunggu sekitar 30 menit kudengar tembok di ketok , inilah
kode nya pikirku, dan aku bergegas ke arah belakang. Aku tidak mau
kecolongan seperti pak evi, jadi kudekati pintu belakangnya mbah diah
tanpa sandal.. he..he… langsung kubuka pintu perlahan yang ternyata
tidak terkunci. Pemandangan yang disuguh kan didalam kamar sungguh
membuatku terpana, mbak diah tiduran ditempat tidur dengan mengenakan
baju tidur yang amat tipis, ikatan tali dipinggangnya tak cukup menutupi
dadanya yang terbuka tanpa mengenakn BH, sehingga terpampanglah belahan
bukitnya yang indah. Aku sudah sering melihat belahan dadanya ketika
sedang menjemur pakaian ataupu menyapu di halaman, tapi malam ini
sungguh sangat menggairahkan. Mbak diah hanya tersenyum.
“sudah puas melihat ini” katanya sambil menunjuk ke arah dadanya
“mungkin aku harus memegangnya” gurauku sambil mendekat. Langsung saja
kubuka bagian atas bajunya dan langsung kunikmati dada montok yang telah
menantiku itu. Pelan kuremas sementara bibirku mencari cari putingnya
yang lain. Aku puaskan diriku menciumi buah dada mbak diah, sementara
diapun mulai merintih pelan.
“di, aku pingin liat barangmu” bisiknya disela sela pergumulan kami.“penasaran ya?”
“mmh” tangan mbak diah langsung meluncur kearah selangkangan ku, dia
berhenti ketika menggenggam penisku dari balik celana yang masih
kupakai, digenggamnya beberapa kali , mungkin membanding bandingkan
milikku dengan suaminya atau pak evi.
“kayaknya gede juga ya…” katanya“kalo mau liat aslinya buka aja mbak, aku gak keberatan kok” kataku
Mbak diah langsung membalik posisi, dia diatas menindihku, kemudian
sedikit demi sedikit menurunkan wajahnya kearah perutku. Akhirnya
mencapai tonjolan selangkanganku.. dia meraba dengan halus membuatku
jadi merinding dan tentu saja adek kecilku langsung melonjak, dia mulai
menggenggam perlahan dan seperti sangat menikmati, perlahan disingkapnya
celanaku, tanpa basa basi penisku melonjak keluar. Mbak diah tersenyum
kearahku, mulai diciumnya penisku pertama dengan ujung hidung, kemudian
berlanjut dengan bibirnya. Serasa meledak mendapat perlakuan sopan
seperti itu. Perlahan bibir mbak diah terbuka, diarahkannya kepala
penisku kemulutnya, pintar sekali dia mebuatku melayang. Sekarang
penisku sudah sepenuhnya dalam kulumannya, terasa jilatan lidah mbak
diah sesekali menyentuh ujung penisku… aku sudah lupa diri. Tiba tiba
dikeluarkannya penisku dari dalam mulutnya. Ahh… aku langsung sadar
kembali.
“Besar juga…” bisiknyaAku hanya tersunyum puas dengan
ucapannya.“mbak… buka dong ““sabar sayang, kita banyak waktu koq”“ya
mbak.. tapi aku dah mau meledak nih” mbak diah tertawa kecil mendengar
kataku.
“kamu yang buka ya…” sekali lagi aku
membalik posisi, kali ini mabak diah tidur dengan pemandangan indah nya.
Aku mulai membuka baju tidurnya perlahan sambil sesekali mengecup
outing mbak indah yang sudah sedemikian menantangnya. Aku hanya
mendengar desahan desahan yang semakin membangkitkan nafsuku dari bibir
mbak diah. Sekarang yang tampak adalah tubuh tanpa sehelai benang yang
siap menantiku. aku terus melanjutkan gerilya mulutku di sekujur tubuh
mbak diah, tanganku mulai melepas celanaku dan langsung kulemparkan
tanpa peduli jatuh dimana. Kugesekkan penisku diselangkangan mbak diah.
Kali ini aku sengaja mengulur waktu bermaksud membuat mbak diah
penasaran. Pinggul mbak diah mulai bergerak liar. Tampak dia berusaha
mencarikan lobang untuk penisku yang kini sangat tegang.
“ayo di…. Masukin sayang, mbak udah nggak tahan”“bantuin dong mbak” kataku pula.
Mbak diah mulai mencari penisku lagi, setelah dalam genggamannya, dia
mulai mengarahkannya ke liang kenikmatannnya. Aku mengimbangi dengan
melakukan sedikit penekanan. Agak susah masukknya.
“kok susah masuknya mbak”“punyamu kegedean, mmmh … pasti nikmat nih” dia mendesis
Akhirnya dengan bantuan tangan mbak diah penisku mulai memasuki
vaginanya mbak diah yang hangat dan basah. Aku tidak mau terburu buru,
jadi kugerakkan perlahan penisku dalam vaginanya mbak diah sambil
menikmati setiap gesekannya, desahan mbak diah juga memberi sensasi
tersendiri. Mbak diah pun selalu memberi gerakan pinggul yang menambah
kenikmatan yang kurasakan malam itu. Aku bertahan dengan gaya itu
beberapa saat sampai akhirnya…
“aduh di… mbak mau
keluar, kasi mbak keluar dulu ya…” katanya tanpa memberi kesempatan aku
untuk menjawab, tangan mbak diah menekan pinggangku sampai seluruh
penisku terhisap kedalam vaginanya, dia terus meracau tak jelas, tapi
aku tahu dia sedang dalam puncak puncaknya. Aku merasakan dinding vagina
mbak diah berdenyut denyut seperti mencengkram penisku kuat kuat. Aku
biarkan dia menikmati sesaat sampai pegangan dipinggangku agak kendor.
“maaf ya di.. mbak gak tahan, habis penismu enak banget, vagina mbak rasanya penuh” katanya“gak apa mbak kan bisa di ulang”
“pasti mbak layani, mbak bikin kamu puas di, lagian penismu enak”
Begitulah malam itu kami melanjutkan petualangan, ternyata mbak diah
type wanita yang agak hyper. Malam itu dia keluar sampai 7 kali
sementara aku dapat 2 kali. Dari dia pula aku tahu kalo mas anto tidak
begitu kuat di ranjang, paling hanya bisa memberinya sekali sementara
mbak diah punya keinginan lebih dari itu. sedang dari pak evi katanya
dia bisa dapat 2 sampai 3 kali meskipun penisnya tidak sebesar punyaku.
Aku puas malam itu dan kembali ke kamar dan tertidur pulas sampai pagi.
Episode Bu Evi
Mungkin karena kelelahan atau terlalu puas, pagi itu aku bangun agak
terlambat. Aku mandi dengan terburu buru. Dengan hanya handuk melilit
tubuh aku kebelakang kamar mencari pengganti CD, tak peduli keadaan
sekeliling aku ganti CD di belakang kamar. Tiba tiba… aku mendengar
suara seseorang menjerit. Rupanya bu evi baru keluar dari kamarnya dan
hendak menjemur pakaian kaget melihatku telanjang. Aku juga kaget,
handukku jatuh dan CD yang mau kupakai baru sebatas lutut. Lama tertegun
aku lupa kalau penisku masih bergelantungan. “maaf bu, kirain gak ada
orang” kataku “iya.. iya tapi kok gak buru buru ditutupin, mau pamer ya”
wah aku tersentak dan langsung merapikan CD ku. Untung bu evi gak marah
dan malah menggodaku. “anu bu, aku kesiangan jadi gak konsen, maaf ya
bu” kataku lagi “gak apa apa, mbak juga gak nyangka dapat pemandangan
gituan pagi pagi” katanya tersenyum sambil menatap ke arah penisku. Aku
jadi kepingin iseng menggoda, maklum aku juga suka dengan body bu evi
yang selalu mengundang terutama toketnya. “kalo mau bukan cuma
pemandangan yang bisa dinikmati, barangnya juga bisa kok” “yee…. Udah
sana ntar telat kerjanya” katanya mengingatkan.
Ternyata dia gak marah, dan menurut feelingku kayaknya dia ada minat
dengan penisku setelah apa yang disaksikannya. Aku bergegas masuk kamar
dan cepat cepat berpakaian sekenanya, sebelum berangkat aku mencoba
mengisengi bu evi sekali lagi. “ntar dilanjutkan ya mbak (aku mulai
memanggil mbak)” kataku sambil melongokkan kepala dari pintu kamarku.
“hus cepat kerja sana… “ bu evi memonyongkan bibirnya sambil tersenyum
manis dan menurutku itu sangat menggoda. Aku gak konsentrasi di tempat
kerja, bayangan godaan bu evi gak bisa lepas dari otakku. Setelah
menyelesaikan beberapa pekerjaan, aku minta ijin bosku untuk pulang
dengan alasan nggak enak badan. Aku hanya ingin segera menyelesaikan
urusanku dengan bu evi. Memasuki rumah kost, yang pertama kucari adalah
motor pak evi, meskipun aku tahu dia biasa kerja pagi tapi aku harus
memastikan. Yakin aman, aku masuk kamar dan langsung membuka pintu
belakangku. Sepi…. Jam jam segini orang sedang kerja, kalaupun dirumah
paling mengurung diri dikamar, Mbak diah pasti masih ngurus suaminya
yang baru bangun habis kerja malam.
Aku melangkah
kepintu belakang bu evi, perlahan ku ketok pintunya. Dan aku juga sudah
mentyiapkan alasan jika hal yang tidak diinginkan terjadi. Pada ketukan
kedua aku mendengar langkah kaki mendekati pintu. “Ada apa dik hadi”
tanya bu evi dengan tersenyum. “itu…. mau melanjutkan yang tadi” kataku
“kamu nekat ya… pasti bolos ya… “ cecarnya tapi dengan suara berbisik
“kan udah janji” aku menyahut bodo bodohan. “kamu serius?” “ya.. iyalah,
masak nggak” aku udah kepalang menjawab Bu evi memperhatikan
sekeliling. “masuk sini, nanti diliat orang” katanya. Aku berjingkrak
gembira. Ternyata apa yang aku pikirkan tidak meleset. Bu evi memberi
jalan kepadaku. “ssst… jangan keras keras, evi lagi tidur” bisiknya
“kamu mau apa?” “kan mbak udah ngerti… masak dijelasin lagi” kataku
nyengir Lama bu evi terdiam. Tapi akhirnya dia tersenyum lagi. “rahasia
kita berdua ya… jangan sampai orang lain tahu” katanya “iya lah mbak …
masak aku mau bikin perkara” “sama ingat… ini cumin buat senang senang
saja, tidak ada perasaan. Aku nggak mau dipaksa paksa ya..” “ya mbak,
saya setuju” Dengan demikian mulailah petualangan baru dengan bu evi
hari itu. Sejak lama aku mengagumi toket bu evi ini, maka tak kusia
siakan hari itu untuk menikmati sepuasnya. Aku menyusu seperti anak
kecil hanya bedanya diiringi dengan desahan desahan kecil bu evi.
Tubuh hitam manis itu sudah ku miliki sekarang . aku membenamkan wajah
ku di belahan toket bu evi. Kunikmati aromanya, aku sangat bergairah.
Begitupula bu evi. Kami telah telanjang bulat dan aku bersiap mencari
akhir dari permainan ini. Genjotan ku selalu mendapat perlawanan
dahsyat. Bu evi bertahan cukup lama, beda dengan mbak diah. Lubang
memeknya lebih lengket tidak terlalu banyak cairan. Yang lebih dari
memek bu evi ini adalah aku merasa penisku susah dicabut ada yang
menyedot dari dalam, dan senyum bu evi pun tak henti hentinya
terpampang. “aku diatas ya..” tiba tiba dia menghentikan gerakanku. Dan
tanpa menungggu persetujuanku dia berguling, dengan posisi diatas dia
mulai mengatur rithme genjotan. “kamu diam saja, nikmati saja ya”
katanya dan akupun hanya mengangguk. Bu evi mulai dengan gayanya
sendiri, kakiku diluruskannya dan meninggalkan penisku tegak, perlahan
dia mengangkangi penisku. Dengan bantuan tangannya dimaukkannya penisku
kedalam vaginanya, pelan tapi habis sampai ke pangkal. Dia mendesah. Aku
merasa ujung penisku ada yang mengganjal. Mungkin mentok. Kembali bu
evi tersenyum. Dia mualai bergerak naik turun.
Aku
dapat memandangi seluruh tubuhnya sekarang. Toket besarnya ikut naik
turun mengikuti irama gerakan pantatnya. Hanya beberapa menit aku
bertahan seperti itu. Aku merasa penisku panas dan terasa laharku
sebentar lagi akan menyembur. “mbak… aku udah mau keluar” aku
memperingatkan. “iya sayang aku juga mau… kita sama sama ya…” nafas bu
evi mulai memburu, dia mempercepat gerakannya, dan aku berusaha menahan
sekuat tenaga agar tidak muncrat duluan. Aku ingin member kesan bahwa
aku tidak kalah dari dia. Aku kaget ketika bu evi menghempaskan tubuhnya
keatas dadaku sambil berkata.. “aku keluar….. aku keluar… “ didiringi
dengan dekapan yang sangat erat dia mengejang beberapa kali.
Dan aku berniat segera menyusulnya. “mbak … aku keluar” aku bermaksud
mencabut penisku tapi dia menahanku. “lepaskan didalam saja sayang … aku
mau merasakan kehangatan sperma kamu” katanya Kutarik wajah bu evi, dan
aku melumat bibirnya, sementara penisku mulai memuntahkan isinya dalam
memek bu evi. Dia benar benar tahu apa yang harus dilakukan. Dia memutar
pantatnya seperti hendak menguras habis isi penisku. Aku tersenyum
puas. “makasih mbak… mbak hebat sekali” “kamu juga hebat sayang… kamu
memberiku kepuasan yang berbeda hari ini, lain kali mbak boleh minta
kan?” “ dengan senang hati mbak” jawabku sambil member kecupan
dibibirnya.
Aku mengahiri hari itu dengan senyuman,
dan beristirahat dengan lelap. Aku bermimpi membawa kedua wanita
tetanggaku kedalam kamarku dan kami main bertiga. Aku jalani kehidupan
seks dengan dua wanita tetangga sekitar satu tahunan lebih, dalam
seminggu aku bias bermain 3 sampai empat kali. Jadwal yang baik mebuat
mereka tidak tahu satu sama lain kalau aku mengencani mereka berdua.
Mbak diah yang putih, cantik dan hyper memberiku kebanggaan sebagai
lelaki karena dia sering memberiku pujian atas permainanku. Sedangkan bu
evi selalu memberiku kenikmatan lebih saat kami bercinta, memeknya yang
hangat dan kering serta sedotannya tidak ku dapat dari wanita manapun.
Satu persatu mereka pindah dari tempat kost yang banyak memberi
kenangan. Keluarga bu evi pindah terlebih dahulu karena membeli rumah
saudaranya dengan harga murah dan sekarang tinggal lebih dekat dengan
keluarganya. Sedangkan keluarga mbak diah menyusul dua bulan berikutnya
karena mas anto membeli rumah disebuah komplek perumahan. Namun demikian
kami masih tetap berkomumikasi dan sesekali melakukan pertemuan diam
diam dan melanjutkan petualangan kami. Hanya saja tidak bisa sesering
ketika masih bertetangga. Sekian dulu ya kawan ceritaku, lain kali aku
juga pingin cerita tentang petualangan lanjutan baik dengan bu evi
ataupun mbak diah yang kayaknya seru untuk diceritakan. Aku tutup cerita
ini karena tanganku sudah pegal
1 comments:
Koleksi Foto Cewek IGO Bening Mulus:
6 July 2015 at 01:16gambar-cewek-bispak-lagi-ngocok
bispak-mulus-pamer-body-seksi
foto-cewek-berjilbab-cantik-bugil
toket-mengkal-gadis-imut-telanjang
kumpulan-foto-toket-cewek-igo
cewek-sange-bugil-di-mobil
galeri-foto-toket-cewek-igo-cantik
toket-brutal-abg-cantik
toket-mulus-abg-hot
Post a Comment