Monday 18 February 2013

A Happy Family


Bayangan itu jelas sekali, ada yang datang, seorang pemuda berambut pirang dan pucat. Ia berasal dari hutan lebat, wajahnya tampan, masih muda, seusia dengan sang gadis yang sedang melihat bayangannya. Mary Alice Brandon.
Gadis yang biasa dipanggil Alice itu memang sengaja menunggu Jasper Whitlock, pemuda yang akan menjadi soulmatenya, di restoran kosong Philadelphia. Semakin dekat. Pemuda itu semakin dekat, dan...
Krieeet...
Pintu restoran kosong yang sangat sepi itu pun terbuka, dan pemuda bermata emas -seperti kebanyakan vampir lain- itu melihat Alice sedang duduk di salah satu kursi yang tak jauh dari pintu. Gadis mungil seperti pixie itu duduk sendirian, dengan wajah tirusnya dan sepasang bola mata yang indah. Rambutnya yang lurus  dibiarkan tergerai pada bahunya. Duduk dengan sikap agak sembarangan, ujung roknya tersingkap. Dan menyembullah sepasang pahanya yang memutih penuh!

Jasper melangkah menuju ke gadis itu, lalu membungkuk, memberi hormat.
"Tidak mengganggu?" tanya Jasper sambil duduk di sisi perempuan itu.
"Senang sekali dikawani." jawab Alice.
"Sendirian?" Jasper bertanya lagi.
"Seperti yang kamu lihat." kata perempuan itu sambil mengerling. Kemudian melanjutkan, "Sebenarnya aku sedang menunggu seseorang."
"Siapa?” Jasper menatapnya.
"Aku menunggumu!” sahut Alice tanpa basa-basi. Nama kamu siapa?" dia bertanya.
"Jasper.” si Ganteng itu menjawab. “Dan nama kamu?"
"Alice."
Jasper tersenyum.
"Ya. Kenapa?!" Alice mengernyitkan alisnya.
"Nggak apa-apa! Nama yang manis!" Jasper tersenyum.
Alice membalas dengan memberikan senyumannya yang paling cantik. ”Terima kasih,” ucapnya.
Gadis itu bangkit dari kursi dan mengulurkan tangan kanannya pada Jasper. Pemuda itu dapat melihat tawaran serius dari Alice untuk bergabung dengannya. Memang tak ada ucapan berarti, namun mata mereka saling berinteraksi, berbicara. Lama kemudian, Jasper menyambut tangan kanan Alice dengan amat lembut.
"Aku akan ikut denganmu." bisiknya.
Senyuman Alice mengembang lagi, kali ini mungkin yang termanis dari yang sebelumnya. Jasper pun membalasnya dengan senyuman lembut, tatapannya bukan lagi tatapan pemburu seperti saat ia bersama dengan Maria. Ya, Maria, seseorang yang mengubahnya menjadi vampir.
"Kita pergi sekarang," akhirnya Alice bicara.
Jasper membungkukkan badannya, lalu memegang tangan Alice. Ah, memang manis, bahkan seorang Alice yang tak percaya dengan yang namanya cinta pada pandangan pertama langsung terkesima dengan kesan pertama yang ditunjukkan Jasper. Pria itu sungguh mempesona dengan segala kesopanan tinggi yang ia lakukan. Bagai seorang bangsawan.
"Kemana?" Jasper bertanya saat mereka keluar dari restoran.
"Ke rumahku." Alice menggandeng lengan kekar pria itu.
Berdua mereka menyusuri jalanan malam yang sepi. Di kejauhan, lolongan serigala terdengar mengiringi. Juga anjing-anjing rumahan yang menyalak bersahut-sahutan, menemani perjalanan mereka berdua.
***
"Kamu tinggal sendiri?" tanya Jasper. Mereka sedang duduk di ruang tengah rumah
Alice yang megah. Dengan sinar terang seperti saat ini, gadis itu jadi kelihatan makin
cantik dan menarik.
"Tidak! Disini ada orang tua dan kakak-kakakku.” jawab Alice sambil meletakkan segelas darah sintetis di hadapan Jasper.
Pemuda itu mengitarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Hm, cukup rapi juga. Pertanda rumah ini ditangani oleh orang-orang yang baik. ”Dimana mereka?” tanyanya.
"Mereka ke Italia, ada undangan dari keluarga Volturi.” kata Alice sambil berdiri dari duduknya. "Kau tunggu sebentar ya, aku mau mandi dulu. Kalau mau baca-baca majalah, ambil saja di lemari. Banyak koleksi buku-buku langka disana.” kemudian dia masuk ke kamarnya, mengambil handuk, dan kemudian keluar lagi melenggang ke kamar mandi.
Mata Jasper tak lepas menatap pinggul Alice yang bergoyang-goyang indah. Pemuda itu mendesah dan menelan ludah sambil tangannya mengelus batangnya yang perlahan mulai mengeras.
Alice melepaskan satu per satu pakaian yang melekat di tubuhnya. Hmm, air terasa sejuk ketika mengguyur tubuhnya yang mulus. Lalu tangannya yang lentik mulai menyabuni, diawali dari leher, turun ke bahu, turun lagi ke sepasang payudara yang indah di depan dadanya. Seluruh apa yang ada pada dirinya, merupakan panorama sangat indah yang akan mendatangkan kesan mendalam bagi siapapun yang memandangnya.
"Jasper!!!"
Jasper yang sedang duduk membaca majalah di ruangan tengah, mendongak begitu mendengar suara Alice yang memanggilnya mesra. Pemuda itu menutup majalahnya dan buru-buru ke kamar mandi. Pintu kamar mandi setengah terbuka. Alice berdiri dengan handuk sebatas dadanya! Jasper terkesiap. Hmm, dengan handuk itu, tubuh Alice tercetak indah. Terutama kulit bahu dan pahanya yang sangat mulus. Kencang dan sekal. Membuat mata Jasper tidak berkedip karenanya.
Alice tersenyum sambil menjentik pipi Jasper. "Mengapa kau pandangi aku seperti itu, sih?! Apa ada yang aneh pada diriku?!"
"Ah, tidak. Aku... eh, kamu cantik sekali!" kata Jasper gelagapan dan serba salah.
"Wow! Rayuan gombal!" ujar Alice sambil mengerling manis. "Jasper!! Tolong aku, ya...?!"
"Tolong apa?!"
"Tolong ambilkan aku sendal di kamar. Sendal yang warna merah. Bodoh banget, aku lupa pakai sendal ke kamar mandi." kata Alice dengan suara manja. Suara yang membuat hati Jasper panas dingin.
Pemuda itu segera ke kamar Alice, mengambil sendal merah. Lalu kembali ke kamar mandi.
"Terima kasih!" ujar Alice sambil mengenakan sendal yang diambilkan Jasper.
Tetapi baru saja mengenakan sebelah, tiba-tiba kaitan handuknya terlepas. Dan cepat sekali handuk itu meluncur ke bawah. Alice terkejut. "Oh...!" serunya. Tetapi gadis itu sudah tidak mengenakan apa-apa lagi.
Yang lebih gawat adalah Jasper. Jantungnya dirasakan bagai akan meledak. Matanya membelalak. Dan dia tidak mampu menguasai diri lagi. Ditubruknya tubuh Alice yang sintal.
"Jasper! Kau ini, apa-apaan...?!" Alice meronta. Namun rontaan itu terlalu lemah. Tidak mungkin mampu melepaskan diri dari pelukan Jasper yang kuat.
"Jasper, jangan! Aah! Oukh, kamu ini…!!" Alice masih mencoba meronta. Tetapi... ah, tidak. Lebih tepat dikatakan menggeliat. Kepala gadis itu menggeleyong ke kiri dan ke kanan. Menghindari bibir Jasper yang mencari-cari bibirnya.
Pemuda itu akhirnya tak sabar. Didorongnya tubuh Alice, ditekankannya ke dinding kamar mandi, sehingga gadis itu tidak leluasa lagi bergerak. Dan sekejap kemudian, mulut Jasper berhasil menangkap bibirnya.
"Hmmmm! Mmmmmm...!!" Alice tidak lagi meronta. Matanya segera meredup menerima pelukan dan kuluman bibir Jasper yang hangat. Bahkan sekarang, gadis itu ikut membalas. Dijulurkannya lidahnya, saling mendorong dengan bibir Jasper. Matanya semakin redup. Lincah sekali lidah Alice mengait-ngait lidah Jasper.
Mendapat sambutan yang begitu hangat, darah muda Jasper semakin membuncah. Panas! Menuntut pelepasan. Apalagi ditambah dengan sepasang payudara ranum milik Alice yang menekan dada bidangnya.
"Jasper! Hmmphh... Aahh! Geli rasanya!" Alice merintih.
"Nikmati saja! Ini akan semakin geli!” ujar Jasper sambil beralih menciumi leher Alice yang jenjang. Dia melakukannya dengan lembut sekali hingga membuat Alice menggeliat-geliat kesana-kemari. Lehernya menggeleyong-geleyong, ingin menghindar tapi tidak bisa. Terlihat sekali kalau gadis itu sudah begitu terangsang.
"Jasper...!!" Alice menyebut nama lelaki itu ditengah-tengah rintihannya.
"Ada apa, Sayang?"
"Mengapa kau bersikap begini padaku? Padahal kita baru kenal." dan Alice lebih terengah-engah lagi, saat hidung Jasper menyapu-nyapu pangkal buah dadanya yang montok.
"Aku... Aku... mencintaimu!!" ujar Jasper di tengah dengus-dengus napasnya.
Alice tertawa kecil. Telapak tangannya sebentar mengelus dan sebentar menekan belakang kepala Jasper. "Kamu nggak bohong?!" tanyanya sambil membusungkan buah dadanya yang montok dan putih itu, berharap Jasper lebih leluasa melakukan aktifitasnya.
"Percayalah padaku!" Jasper menggeliat, merasakan Alice mengusap-usap penisnya  yang masih berada di balik celana panjangnya. ”Oughhhhh,” dia merintih, berusaha menahan hasrat yang bergelora, yang membuat kelenjar darahnya berdenyut-denyut kencang.
"Tetapi, Jasper! Apa kamu betul-betul sungguh mencintaiku?!" Alice melepaskan satu demi satu kancing kemeja Jasper. Dan kemudian menariknya ke bawah hingga baju itu meluncur begitu saja, jatuh ke lantai kamar mandi yang basah. Seperti yang dibayangkannya, tubuh Jasper memang sangat mengagumkan. Begitu atletis. Bahunya tegap dengan sepasang lengan kekar yang berurat. Dadanya bidang dan berbulu lebat. Uh, berdesir darah Alice saat merasakan bulu-bulu dada yang keriting lebat itu menggesek puncak payudaranya.
"Jasper!" gadis itu berbisik lemah.
"Ada apa, sayang?!" Jasper menyahut.
"Bawa aku kamar. Di sini... di sini... dinginnnnn...!!!" Alice menggigil.
Jasper tak perlu menunggu diperintah sampai dua kali. Segera dibopongnya tubuh montok gadis itu ke dalam kamar. Diletakkannya tubuh mulus yang sudah tidak ditutupi sehelai benangpun ke tempat tidur. Kemudian lelaki muda itu melepaskan celana panjangnya. Sambil berbaring, Alice menatap tubuh telanjang Jasper yang aduhai itu. Pemuda itu hanya mengenakan celana dalam saja, berwarna putih. Selangkangannya tampak begitu menonjol. Alice menelan ludah. Di balik celana dalam itu, meremang tonggak panjang yang begitu kekar dan besar. Bulunya yang menghitam, menggumpal tak karuan, terus menyambung sampai ke pusar laki-laki itu. Membuat Alice menelan ludahnya sekali lagi.
"Jasper!!" gadis itu berbisik.
"Ada apa, sayang?!"
"Bukalah celana dalammu. Bukalah!"
Jasper tersenyum dan melepaskan celana dalamnya. Dan... wow!! Mata Alice langsung membelalak. Bagaimana tidak?! Penis yang tadinya tersembunyi itu, kini terpampang bebas. Benda itu! Senjata yang menggayut setengah tegang itu, begitu panjang dan besar. Penis itu mendongak, seakan-akan menantang bagi siapa saja yang memandangnya. Sesekali benda itu juga mengangguk-angguk, seperti menyombongkan kulitnya yang menghitam. Di pangkalnya, rambut keriting kaku tumbuh lebat dan tidak teratur. Bukan main! Seumur hidupnya, inilah untuk pertama kalinya Alice menyaksikan penis sehebat dan seindah itu.
Jujur, dia harus mengakui, bahwa vampir seperti Jasper sangat jarang ditemuinya. Vampir yang bertemperamen panas, namun begitu jantan dan romantis. Kebanyakan vampir yang ditemuinya cuma mengandalkan nafsu saja, tidak dapat memberikan kepuasan padanya!
Alice membiarkan saja Jasper meraba-raba sepasang buah dadanya yang montok ranum. Lengkap dengan putingnya yang kemerahan tegak menantang ke atas. Puting itu bergetar-getar, seirama dengan gerakan-gerakan bukit indah itu. Dan Jasper meremasnya dengan lembut. Lembut sekali. Penuh perasaan.
”Auwh,” Alice merengek manja. Menggeliat sambil merintih. Matanya meredup. Telapak tangan Jasper memang dingin, tapi bagi Alice, itu sudah cukup untuk membuatnya terangsang. Tangan lelaki itu masih terus meremas. Berpindah-pindah. Puas sebelah kanan. Beganti dengan sebelah kiri. Bervariasi dengan tekanan-tekanan yang romantis. Mendatangkan rasa geli dan nikmat.
"Ough, Jasper! Hmmnrhhh . . . ssshhhaakh!" Alice merintih sekali lagi sambil membusungkan dadanya yang bulat yang sedang diremas-remas oleh Jasper. Dia seperti ingin lebih dapat meresapi rasa geli-geli nikmat yang ditimbulkan oleh tangan laki-laki itu.
Jasper memang pintar menaikkan rangsang perempuan sedikit demi sedikit. Bukan hanya tangannya saja yang pintar bermain. Tetapi juga hidung dan mulutnya. Hidungnya menciumi permukaan payudara Alice yang padat dan montok itu. Benda itu tidak terlalu besar dan juga tidak kecil. Pas segenggaman tangan. Bentuknya sangat indah, membuat gemas.
Cara Jasper menciumi sepasang payudara itupun bervariasi. Sebentar keras dan sebentar lembut. Dan darah yang mengalir di tubuh Alice semakin deras saja!
"Jasper!! Kamu sering main perempuan!" tanya Alice ditengah-tengah napasnya yang terengah.
"Tidak sering. Baru beberapa kali saja, dengan Maria." ujar Jasper sambil membuka mulutnya dan memasukkan puting buah dada Alice yang merah kecoklatan itu.
"Auww . . . !!" Alice menjerit lirih. Dan vampir perempuan itu menggelinjang-gelinjang saat puting buah dadanya dikulum oleh Jasper. Dan untuk kesekian kali, Alice harus mengakui bahwa kuluman bibir Jasper sangat berbeda dengan kuluman bibir lelaki-lelaki lainnya.
"Hsssh, ahhhhh! Terus, Jasper! Terussss, sayangghhh…!! Hmmmhhh…!!" dua telapak tangan Alice mengerumasi rambut Jasper sambil menekan-nekan, meminta Jasper untuk mengulum lebih keras.
Jasper semakin terangsang. Sungguh nikmat puting buah dada itu. Dia mengulumnya. Lalu dilepas. Dikulum lagi. Dilepas lagi. Berganti-ganti kanan dan kiri. Dikulum lagi, dilepas lagi. Berulang-ulang dengan tak bosan-bosannya. Dan puting itu semakin tegang saja. Jasper melakukannya dengan bervariasi, sebentar lembut dan sebentar keras, membuat rasa geli bercampur kenikmatan semakin terasa.
"Ough, Jasper! Teruskan, sayang! Sssh... enak sekali!" mulut Alice mendecap-decap seperti orang kepedasan. Tersendat-sendat. Dan buah dadanya menjadi semakin keras, pertanda perempuan itu kian terangsang. Lebih-lebih saat Jasper menggeser-geserkan putingnya diantara gigigiginya. Oh, Nikmat! Dan napas Alice turun naik.
"Jasper!! Keras sedikit! Ya, ya. Begitu! Aukh, Jasper! Enak banget sihhhh...!" Alice merintih-rintih.
Jasper yang mendengarnya jadi makin bersemangat. Digigit-gigitnya pentil susu yang kenyal itu. Dihisapnya. Lalu dijilatinya dengan penuh nafsu. Sebentar ditinggalkannya, puting itu. Jasper kini mengecupi buah dada ranum itu bertubi-tubi. Lalu dia kembali ke pentil susu yang siap menanti. Dibisapnya lagi. Digigitinya. Dikulum-kulumnya. Lalu dilepaskannya lagi. Sementara tangan Alice tak henti-hentinya mengerumasi rambut pirang Jasper yang tebal, sehingga rambut lelaki itu
menjadi acak-acakan.
Lama Jasper mencumbu sepasang susu yang indah menggiurkan itu. Demikian pula dengan ketiak perempuan itu. Jasper tak mau membiarkan menganggur. Ketiak Alice terlihat licin tanpa bulu, sesuai dengan seleranya. Jasper menciuminya, lalu menurun sampai ke pinggang sebelah kiri. Naik lagi ke ketiak, dan turun lagi sampai ke pinggang. Demikian berulang-ulang. Jasper juga menggunakan ujung lidahnya untuk menjilat-jilat sambil menggigiti keras dan lembut.
"Uukh, Jasper! Kamu sungguh pintar membahagiakan perempuan!" bisik Alice parau.
Jasper bukan hanya sekali ini mendengar ucapan seperti itu. Ketika mencumbu Maria dan beberapa vampir lain, dia juga menerima ucapan-ucapan yang sama. Di samping itu, Maria juga mengatakan, bahwa sampai mati, dia takkan mampu melupakan Jasper.
Permainan lidah Jasper terus dengan gencar menyerang tempat-tempat di tubuh Alice yang sensitif. Dijilatinya perut Alice yang licin dan langsing. Pusarnya menjadi sasaran ciuman-ciumannya yang berulang-ulang. Sambil berbuat demikian, tangan Jasper membelai-belai kedua paha Alice yang masih terkatup.
Alice sudah gemetar tubuhnya. Panas dingin. Ketika dia menengok ke bawah, pandangannya beradu pada sesuatu di antara kedua paha Jasper. Alice menelan ludah. Benda itu sejak tadi menggodanya. Alice segera menurunkan tangannyadan mengenggam batang penis Jasper yang aduhai.
Jasper yang sedang menciumi sedikit di bagian bawah pusar Alice tertahan nafasnya. "Oukh, Alice . . . !" bisiknya.
Alice merasakan benda yang digenggamnya, yang baru separuh tegang, hangat dan besar. Senang sekali menggenggam penis seperti itu. Sementara itu, tangan Jasper masih juga terus meraba-raba tubuh Alice berganti-ganti.
"Sabar, Alice!" bisik Jasper. "Nanti kamu boleh berbuat apa saja terhadap punyaku. Tetapi sekarang, aku sedang ingin mencumbu tubuhmu. Seluruh tubuhmu! Kurang leluasa kalau kamu menggenggam punyaku begini!"
Apa boleh buat. Meskipun Alice masih ingin menggenggam batang kemaluan yang luar biasa itu, terpaksa dia melepaskannya. Maka kini dengan leluasa Jasper melakukan aktifitasnya. Dan... hhmmmh! Jasper menahan napas saat pandangannya ditujukan ke selangkangan Alice. Bagian itu terlihat bersih tanpa ada rambut sedikitpun. Hmm! Rupanya Alice rajin mencukurnya. Tampak mulus, begitu menggairahkan.
Jasper menelan ludah. Jika menuruti nafsunya, tentu saja seketika itu juga dia akan membenamkan batang kemaluannya yang sudah kian tegang ke belahan daging hangat yang berwarna merah itu. Tetapi Benny bukanlah tipe vampir yang tidak sabaran. Dia tidak akan menyetubuhi perempuan tanpa lebih dulu memberikan kesan yang sangat mendalam.
"Oukh, Jasper!" Alice menepuk pipi Jasper lembut. "Kok kamu jadi berubah seperti patung! Apa ada yang aneh dengan tubuhku?"
Jasper menelan ludah sambil tersenyum. "Bukannya aneh, Alice. Justru aku menyukainya. Begitu menyukainya. Vaginamu ini... !" ujar Jasper sambil membelai lembut bibir kemaluan Alice. "Indah sekali, Alice. Sangat menawan. Baru permukaannya  saja sudah begini menggiurkan, apalagi dalamnya. Tentunya enak sekali. Hmmh!" Jasper meneteskan air liurnya.
Alice tertawa kecil. "Kau menyukainya?”
Jasper tersenyum, "Tentu saja, Alice. Aku suka sekali," dia masih terus dengan mesra membelai-belai bibir kemaluan yang indah itu.
Alice kembali tertawa kecil, ”Kalau begitu silakan, berbuatlah apa saja yang kau suka pada punyaku!"
Tanpa diperintah pun, tentu saja Jasper akan berbuat seperti itu. Tetap menatap tak berkedip, dia mulai mengusap-usap bibir kemaluan Alice yang tipis, yang  terpampang begitu jelas di hadapannya. Jasper menyingkapnya ke samping, penasaran ingin melihat tonjolan klitoris Alice yang mungil. Dengan gemas dia menekannya-nekannya. Lalu saat sudah tak sabar, dia pun menciuminya. Kadang-kadang ditarik-tariknya hingga Alice merasakan kenikmatan yang amat sangat. Secara naluriah, pahanya mulai membuka sedikit demi sedikit. Semenatar jari-jari tangan Jasper terus bermain-main di perbukitan mungil itu. Hmmh, mesranya selangit!
"Jasper!!" Alice merintih saat Jasper menguak bibir-bibir kemaluannya.
Hmm, tampak bagian dalamnya yang basah kemerahan. Sangat indah menawan. Jasper menelan ludah. Dengan mesranya, dia meraba-raba vagina yang indah itu. Merah dan licin.Juga hangat. Pada bagian atasnya, pada pertemuan antara dua bibir, tampak sekerat daging kecil. Nyempil sendirian. Tidak berteman. Sungguh kasihan. Jasper memandangi sepuas-sepuasnya panorama indah yang mengesankan itu.
Alice memijit hidung Jasper agak kuat. "Oukh... mengapa cuma melihati saja?! Memangnya punyaku barang tontonan!"
Jasper tersenyum. Tahulah dia, bahwa Alice sudah kepingin sekali dikerjai vaginanya. Padahal dia masih ingin lebih lama memandanginya. Vagina Alice rasanya lebih indah dari pada vagina-vagina vampir lain yang pernah disaksikannya. Dengan mesra, jari-jari Jasper menyentuhnya.
Alice tergelinjang. "Wow! Hmmh, Jasper!! Sssssssh, akhhhhhh!" tubuh sintalnya menggeliat.
Jari Jasper terus bermain, mengutik-utik kelentit aduhai yang nyempil sendirian di pojokan. Dia menempatkan diri diantara kedua paha Alice yang sudah mengangkang. Liang vagina yang sebaris dengan sibakan bibir inilah yang dapat menjepit dan memberikan kenikmatan kepada zakarnya. Lagi-lagi tangan Jasper menyentuh kelentit yang cuma sekerat itu. Dan lagi-lagi Alice menggelinjang. Nikmatnya bukan main. Manusia suka bilang, kelentit itu bisa berdiri. Benarkah?! Jasper penasaran dan mengulangi perbuatannya berkali-kali.
"Oukh, geli, Jasper! Geliiiii! Sssh, akhhhhhh...!!" Alice merintih-rintih.
Tingkah Jasper saat itu bagaikan kanak-kanak yang memperoleh mainan yang mengasyikan. Permainan yang tidak ada dijual di toko, membuat Jasper jadi semakin giat menyentuhi sekerat daging kecil itu. Alice sampai mengacak-ngacak rambutnya karena saking tidak tahannya.
Tidak puas hanya menyentuh dengan tangan saja, Jasper menguak lebih lebar lagi bibir-bibir kemaluan yang licin tanpa rambut itu. Kedua kaki Alice kini telah mengangkang selebar-lebarnya, menekuk ke atas. Sekarang, bagian dalam kemaluan itu telah terpampang jelas. Terbebas sama sekali.
Sedetik kemudian, Alice terpekik: "Aww!" Tubuhnya tersentak ke atas. Rupanya Jasper telah membenamkan hidung mancungnyanya ke dalam belahan daging yang aduhai itu. "Jasper...!! Ufh! Ssssh… enak banget!!" gadis itu merintih-rintih sambil menekan belakang kepala Jasper dengan kedua tangannya.
Hidung Jasper mulal menggusur kesana-kemari. Seperti akan membongkar seluruh bagian vagina Alice. Kaki Alice sampai menendang-nendang ke atas merasakan kenikmatan tiada tara yang melanda kemaluannya. Jasper terus dengan giatnya menciumi. Vagina Alice menyebarkan aroma gurih segar yang merangsang nafsunya!
"Oukh, Jasper! Enak, sayang! Enak sekali... ! Terus... teruskan! Ayo, lebih cepat lagi. Hmmmh... Oughhhhhh!” rintih Alice
"Aku juga, Alice! Aku juga... enak," bisik Jasper sambil juga menggunakan. lidahnya, menjilat dan terus menjilat.
Mata Alice sampai merem melek dibuatnya. Kepalanya terlempar kesana-kemari. Lehernya menggeleyong-geleyong. "Jasper! Kamu senang menciumi punyaku?!! Shhh...!!!" tersendat-sendat suara gadis itu.
"Senang sekali, Alice! Punyaku jadi semakin tegang, nih!" kata Jasper tersendat-sendat pula. Dan lidahnya terus juga menjilat dan menjilat. Menyapu-nyapu kelentit Alice yang semakin mengeras. Benar saja! Benda itu jadi semakin tegak, menandakan gadis itu telah terbakar oleh nafsu birahi.
Kedua kaki jenjang Alice terus menyentak-nyentak ke atas. Pantatnya diangkat dan digoyang-goyang. Ouh, sungguh permainan yang mengasyikkan.
Jasper benar-benar menyukai menciumi dan menjilati vagina Alice yang harum itu. Sama sekali tidak jijik. Justru sebaliknya. Dia ketagihan. Jasper jadi  semakin rakus dan rakus.
"Jasper!!! Hhhssshh... Hmmm... Hhmmmhhh!" suara Alice menggeletar. Badannya menggeliat-geliat tak menentu. Tubuhnya menggelepar-gelepar saat ujung lidah Jasper mengait-ngait dan menusuk-nusuk liang vaginanya  yang terasa sudah begitu basah. Sentuhan-sentuhan lembut pada vaginanya kian membuat Alice berdenyut-denyut  terbakar nafsu birahi. Dan tiba-tiba gadis itu mengejang.
"Jasper!! Ssshhhh... Aku tak kuat lagi! Oouugghhhhhhhh...!!!” tubuh Alice  menghentak-hentak.
"Ayo, Alice! Keluarkan! Jangan ditahan lagi. Aku sudah siap menerimanya!" ujar Jasper yang terus juga dengan bersemangat menusuk-nusuk vagina gadis itu dengan ujung lidahnya.
"Iya!” Alice meronta-ronta bagaikan kesetanan. ”Aku kelu... AARRGGHHHHHH!! ” Berbarengan dengan jeritannya yang menyayat, Alice mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan menekan belakang kepala Jasper sekuat-kuatnya, sehingga tanpa ampun separuh wajah jasper membenam dalam-dalam ke bagian tengah kemaluannya. Bertepatan dengan itu, menyemprotlah cairan hangat dan licin dari dalam vagina Alice. Cairan kental itu menyiram lidah Jasper yang terus menusuk-nusuk lubang vaginanya.
Jasper yang memang sudah siap menerima, bagaikan kehausan, menghirup habis cairan bening itu, padahal jumlahnya banyak sekali. Jasper terus menjilat dan menyapu bersih. Semua ditelannya, dimasukkan ke dalam kerongkongannya. Sudah tentu perbuatan itu membuat Alice semakin berkelojotan dikarenakan rasa nikmat yang sangat luar biasa sekali. Sampai akhirnya tetes cairan yang terakhir, tubuh perempuan itu pun melemas. Jasper tertunduk sambil menjilati sisa-sisa cipratan cairan Alice yang melekati pinggiran bibirnya.
Alice melompat dan memeluk Jasper kuat-kuat. "Oukh, Jasper Terima kasih, sayangl Kau hebat! Jantan! Kau mampu membuat perempuan bahagia!" dan dia menciumi bibir pemuda itu bertubi-tubi.
"Aku sampai kenyang menelan cairanmu. Banyak dan kental sekali! Rasanya gurih sekali. Lebih gurih daripada darah binatang!" ujar Jasper.
"Kau tidak jijik?!"
"Sama sekali tidak. Malah aku ketagihan. Kalau masih ada, aku masih mau meneguknya lagi!"
Alice tambah gembira. Dia menciumi lagi bibir Jasper bertubi-tubi. Kemudian didorongnya tubuh lelaki muda itu sehingga tergelimpang di atas kasur. "Kau sudah mengerjai punyaku! Sekarang, ganti aku yang akan mengerjai punyamu!" ujarnya sambil segera menyergap selangkangan Jasper.
"Auwww...!" Jasper menjerit kaget.
Namun Alice tidak menghiraukan. Batang penis Jasper yang sudah benar-benar tegak mengacung, sejak tadi sangat menggoda. Dia sudah ingin sekali mencium dan mengemotinya. Dan sekarang, keinginan itupun kesampaian. Dengan mesranya Alice membelai-belai batang kemaluan yang besarnya bukan main itu. Panjangnya juga sangat luar biasa. Demikian pula dengan kepalanya yang berkilat dan membengkak.
"Oukh, punyamu hebat sekali, Jasper! besar dan panjang. Hmmhh...!!!" Alice terus juga membelai sambil sesekali menggenggam. Mulai dari pangkalnya yang dipenuhi rambut lebat sampai ke ujungnya yang berkilat dan membengkak, berbentuk topi baja.
"Kamu suka pada punyaku, Alice?!" tanya Jasper sambil membiarkan Alice menggesek-gesekkan batangnya yang hebat itu ke pipi dan matanya.
"Suka sekali, Jasper! Tetapi, ugh... Punyamu besar sekali. Kaku banget! Aku jadi ngeri!"
"Ngeri kenapa?!"
"Ngeri kalau-kalau vaginaku sobek dan rusak!"
Jasper tertawa kecil. "Kamu ini ada-ada saja. Kan semakin besar semakin enak!"
"Iya! Tetapi punyamu ini besarnya nggak ketulungan!" ujar Alice.
Jasper tertawa lagi. Batang zakarnya berkejat-kejut digenggaman oleh gadis itu.
"Aku belum pernah merasakan batang penis yang besar dan panjangnya seperti punyamu ini," ujar Alice lagi.
Jasper merasakan geli dan nikmat bukan kepalang ketika Alice mulai menciumi batangnya yang semakin membengkak dan membesar. Tubuhnya sampai mengejang. Matanya membeliak-beliak.
"Hmmh, Alice! Sssh...!" dia merintih.
Sambil menciumi, Alice juga memijit-mijit batang penis yang keras bagaikan tonggak itu. Dia gemas dengan ukuran dan bentuknya. Ujung lidah gadis itu terus menciumi dan menjilatnya. Berusaha mencicipi benda yang dapat memberikan kenikmatan luar biasa kepadanya itu.
"Jasper! Perempuan-perempuan yang sudah kau kerjai, pasti pada ketagihan ya!" tanya Alice.
Jasper tidak menjawab. Dia mendecap-decap bagaikan orang kepedasan. Tengah meresapi kenikmatan yang luar biasa pada ujung penisnya. Hmm, lezat! Membuat alat vitalnya yang berada dalam genggaman Alice menjadi semakin membengkak dan memanjang lagi.
Alice yang gemas bukan main, juga semakin tak tahan. Segera dia menempatkan dirinya sebaik-baiknya diantara kedua kaki Jasper yang tertekuk. Kedua paha pemuda itu terlentang selebar-lebarnya sehingga tangan kanan Alice dapat menggenggam penisnya, sedangkan tangan kirinya membelal-belai rambut kemaluan Jasper yang tebal dan ikal.
Merinding bulu-bulu roma Alice saat menciumi seluruh batang dan kepala kemaluan yang luar biasa itu. Bukan main ukurannya. Jari-jari Alice hampir tidak muat menggenggamnya. Sungguh luar biasa. Memang inilah yang sangat disukai Alice. Dulu, dia juga pernah mendapatkan pasangan yang juga
memiliki penis besar. Tapi sayang, laki-laki itu terbunuh dalam pertempuran. Sejak itu, Alice sangat merindukannya. Dan baru sekarang, dia memperolehnya kembali setelah berpuluh-puluh tahun berselang.
Alice yang semakin gemas segera menjulurkan lidahnya, menjilat batang kemaluan itu. Lalu dibukanya mulutnya dan dimasukkannya batang luar biasa itu. Jasper langsung saja menggelinjang, kaget namun nikmat.
"Ouw, Alice! Hmmh... enak sekali!" pemuda itu merintih. Kedua kakinya terangkat naik dan menyepak-nyepak ke atas.
Mendengar rintihan Jasper, Alice jadi semakin bersemangat. Kepala penis yang berbentuk topi baja itu dikulumnya. Digigitnya. Tingkah Alice tidak ubahnya seorang musafir kelaparan yang mendapat makanan lezat. Dia terlihat rakus menikmatinya. Alice begitu bernafsu hingga matanya sampai terpejam-pejam. Air liurnya menetes-netes. Kepala yang berbentuk topi baja itu sangat hangat dan kenyal. Dia menyukainya.
Demikian pula halnya dengan Jasper. Kunyahan-kunyahan mulut Alice dirasakannya sangat nikmat dan merangsang nafsu birahinya. Dia merintih-rintih. Kedua kakinya semakin menyepak kuat. Matanya membeliak-beliak, sehingga hanya putihnya saja yang kelihatan.
Melihatnya membuat Alice jadi kian bersemangat. Sekarang, bukan hanya kepalanya saja yang dikulum dan digigitnya, tetapi seluruh batang kemaluan yang perkasa itu. Sementara, kedua telapak tangannya turut ambil bagian dengan mengusap-ngusap sepasang kantung zakar Jasper  yang luar biasa empuknya.
"Enak, Jasper?!" tanya Alice ditengah-tengah kesibukannya.
"Enak sekali, Alice. Enak sekali!!" Jasper berusaha menyahut meski tersendat-sendat.
Alice terus melahap senjata yang luar biasa itu. Dia menghisapnya terus secara beraturan. Kepala dan batang zakar Jasper keluar masuk di mulutnya dengan lancar. Pada waktu masuk, mulut Alice sampai kempot. Sedangkan pada waktu keluar sampai monyong. Semakin lama semakin cepat. Tubuh Jasper sampai gemetar dibuatnya. Jemarinya mencengkeram rambut pendek Alice kuat-kuat. Rintihan-rintihannya semakin menghebat. Sementara Alice  kian gencar menyerbu selangkangannya.
Hingga akhirnya, Jasper menjerit histeris. ”AARRGGGHHHHHSSSSS!!!” Pantatnya diangkatnya tinggi-tinggi, sedangkan kedua telapak tangannya menekan belakang kepala Alice kuat-kuat hingga batangnya masuk sedalam-dalamnya, menusuk sampai ke tenggorokan Alice yang sempit. Dan tanpa ampun lagi, "Crroott! Crrrroooottss! Crrottttsssss...!!!" menyemprotlah cairan kental dari dalam batang kemaluan yang berdenyut-denyut itu. Daya semprotnya luar biasa sekali. Tubuh Benny sampai menggigil merasakannya.
Alice tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan nikmat sekali disedotnya batang kemaluan Jasper. Maka tanpa ampun, bergumpal-gumpal cairan sperma pemuda itu tumpah masuk semua ke dalam mulut dan tenggorokannya. Mata Alice sampai terpejam-pejam dibuatnya. Tapi meski begitu, dia tetap menelan seluruhnya hingga tetes terakhir.
Jasper setengah mengeluh memejamkan matanya. Tubuh kekarnya lemas tak bertenaga. "Oukh, Alice. Kau sungguh hebat!" bisiknya.
Alice tertawa sambil menyeka mulutnya yang sebagian masih dibasahi sisa-sisa cairan kental. "Bagaimana, Jasper?! Enak?!" tanyanya.
Jasper menarik lengan Alice sehingga perempuan itu jatuh ke dalam dekapannya. "Enak sekali, Alice. Oukh, enak sekali! Kau pun mampu membahagiakan lelaki!" ujarnya.
Alice tersenyum mendengar pujian Jasper, "Aku haus, Jasper. Tolong ambilkan aku minum di meja itu, dong!"
Jasper melompat turun dari tempat tidur, menuangkan cairan merah dari kantung darah ke dalam gelas sampai penuh. Kemudian memberikannya pada Alice. Gadis itu meneguknya dengan lahap. Haus sekali rupanya. Sampai habis tiga perempat gelas. Kemudian Jasper menuangkan lagi ke gelas sampai penuh, kemudian meneguknya sampai habis.
"Jasper?!" mata Alice berkejap-kejap. ”Punyaku sudah ingin sekali dimasuki punyamu." Dia melirik ke arah selangkangan Jasper. Penis pemuda itu sudah terlihat kembali tegang mengacung.
"Kita istirahat dulu sebentar ya, sayang!" bisik Jasper sambil membelai rambut kuning Alice.
Hanya sepuluh menit mereka membutuhkan waktu istirahat. Jasper segera  naik ke atas tubuh mulus Alice yang sudah siap menanti. Kedua susu gadis itu menyembul putih bagaikan salju. Benar-benar menantang. Pinggangnya ramping dan pinggulnya mekar dan indah. Jasper menciumi bahu dan payudara Alice, sementara penisnya yang sudah benar-benar tegang menggesek-gesek di pahanya.
Alice segera menggenggam batang penis yang sangat kekar itu. Sambil membalas ciuman-ciuman Jasper yang menyerbunya bertubi-tubi, dibimbingnya daging panjang itu dan kemudian ditempatkannya kepala kemaluan Jasper yang sudah membengkak tepat di ambang mulut vaginanya. Sementara itu, kedua paha Alice sudah merentang lebar-lebar.
"Jasper! Pelan-pelan ya, sayang!" bisiknya gemetar. "Punyamu besar sekali!"
Jasper mengangguk. Dirasakannya kehangatan menyengat pada kepala penisnya.
"Ayo, Jasper! Tekan, sayang! Sssshh... pelan-pelan!" Alice memejamkan matanya.
Jasper mendorong pantatnya. Dan kepala penisnya pun melesak masuk.
"Auww...!!!" Alice langsung menjerit tertahan. "Jasper! Sakit!" tubuh gadis itu  mengejang, bergetar menahan rasa perih.
Jasper mengerti. Dia menahan gerakannya. Dinantikannya sampai rasa sakit Alice mereda. Jasper merasakan lubang vagina Alice menjepit keras, mencekik leher penisnya. Aduh! Bukan main nikmatnya!
"Ayo, Jasper! Tekan lagi!" bisik Alice setelah rasa sakit itu hilang.
Jasper menekan lagi. Dan srrrt! Batang penisnya yang luar biasa besarnya itu melesak lagi sampai sepertiga. Dan sebagaimana yang pertama, Alice  tersentak sambil menjerit.
"Aduh, Jasper! Sakitttttt!"
"Tahan, sayang!" bisik Jasper sambil tersenyum dan berulang mengecupi mata Alice yang berlinang. "Nanti kau akan merasakan nikmat yang luar biasa!"
Dia membiarkan penisnya membenam sampai sepertiga, kemudian ditariknya perlahan-lahan sampai sebatas leher kemaluannya. Lalu ditekannya kembali pantatnya. Dan batang penis yang luar biasa itu pun menerobos masuk. Lagi-lagi Alice merasakan kemaluan Jasper bagai membongkar seluruh lorong vaginanya. Gadis itu menggigit bibirnya sendiri, menahan rasa sakit dan linu yang melanda selangkangannya. Namun lama kelamaan, rasa sakit dan linu itu semakin berkurang dan semakin berkurang lagi. Sebagai gantinya, penis Jasper yang bergerak keluar masuk mulai mendatangkan rasa nikmat yang luar biasa. Keluar-masuk. Keluar masuk! Demikian berulang-ulang. Bless! Slessep! Bless! Slessep! Bagaikan kereta api yang sedang langsir. Tetapi terbatas hanya sampai separuh saja. Pada waktu didorong masuk, vagina Alice sampai kempot. Dan pada waktu ditarik, sampai monyong. Hmm, nikmatnya!
”Kepunyaanmu enak sekali, sayang. Sempit sekali. Rasanya hampir lecet penisku," kata Jasper.
"Burungmu yang terlalu besar, Jasper," ujar Alice sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Yang mana semakin mendatangkan nikmat bagi Jasper. Demikian pula bagi Alice. Pinggulnya yang besar dan montok itu melakukan gerakan memutar, seirama dengan keluar-masuknya batang kemaluan Jasper.
"Bagaimana, sayang?! Masih sakit?!" tanya Jasper sambil mengecupi belakang telinga Alice.
Gadis itu menggelinjang-gelinjang geli. "Kemaluanmu enak sekali, sayang! Betul-betul lezat." bisiknya.
"Nah, apa kataku tadi. Rasa sakitnya cuma sebentar, kan?!" ujar Jasper. "Vaginamu benar-benar enak, Alice. Enak sekali!"
"Jasper...!!" Alice tersenyum bangga menerima pujian dari Jasper.
"Ada apa?!" tanya pemuda itu sambil terus menggoyang pinggulnya.
"Apakah kepunyaankn betul-betul enak?!"
"Enak sekali, sayang. Penisku bagaikan dipijit dan disedot-sedot. Pokoknya lezats!!" Jasper meliuk-liuk kesana-kemari. Dia sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa sebagai akibat pijitan-pijitan dinding-dinding lorong kemaluan Alice yang bagaikan hidup. Sementara itu, cairan lendir semakin membajiri lorong kemaluan gadis itu. Membuatnya menjadi semakin licin dan basah.
"Nah. manisku! Lorongmu semakin lancar sekarang," bisik Jasper dengan mesranya. "Bagaimana kalau kubenamkan seluruh batangku?!"
"Ayo, sayang! Aku sudah siap," kata Alice sambil mengangkangkan kedua pahanya lebih lebar.
Dan Jasper pun mendorong pantatnya hingga kemaluannya menusuk lebih dalam ke dalam lubang vagina gadis itu. Blesss! Wow, Alice bagaikan melayang ke langit ketujuh. Terasa benar bagaimana kakunya benda itu. Nikmat sekali. Tetapi Alice jadi agak kecewa ketika Jasper menghentikan dorongannya. Batang kemaluannya yang kukuh bagaikan tonggak itu belum seluruhnya masuk. Alice jadi penasaran dan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi.
"Masukkan semua, Jasper! Semua! Jangan disisakan lagi! Masukkan! Dorong semua!!!" kaki Alice menjepit pinggang Jasper. Dan tangannya berusaha mendorong pantat pemuda itu ke bawah.
Jasper mengerti, Alice sudah histeris. Sudah ingin menikmati seluruh batang kemaluannya tanpa sisa lagi. Tetapi bukannya mendorong, pemuda itu malah mengangkat pantatnya. Dan kemaluannya jadi tertarik keluar.
Alice jadi tambah penasaran. Diangkatnya pantatnya setinggi-tingginya. Bertepatan dengan itu, Jasper mengayunkan pantatnya kuat-kuat. Dan... Blashhh!! Tanpa ampun, seluruh batang kemaluannya yang kokoh, indah dan
perkasa itu menghunjam dan membenam sedalam-dalamnya ke liang kemaluan Alice yang sempit.
”Aarrgghhhhhhhhhhh!!!” Alice menjerit sekuat-kuatnya. Tubuhnya meronta-ronta kesana-kemari bagaikan sapi disembelih. Dan... "Crot! Crrrot! Crrrotttss!!" semua cairan mani yang tersimpan di dalam kandungannya, menyemprot seketika. Banyak sekali hingga membanjiri seluruh lubang kemaluan gadis itu. Suatu kenikmatan luar biasa yang sebelumnya belum pernah dirasakan oleh Alice.
Dan bersamaan dengan jeritannya, Jasper pun mengeram kuat sambil merangkul tubuh montok Alice kuat-kuat. Alice merasakan tubuhnya bagaikan remuk.
”Hmmmh! Agghhhhh... Alice! Hmmm! Aku keluar! Ssssh.... Oughhhhhh! Enak!!!" Jasper meracau sambil meronta-ronta. Matanya membeliak-beliak ke atas, sementara kepalanya terlontar kesana-kemari.
Dan bersamaan dengan itu, Alice merasakan batang penis Jasper yang terbenam dalam di lubang vaginanya berdenyut-denyut kencang dan memuntahkan lahar panasnya. Berkali-kali terasa semprotan-semprotan itu, membuat lubang kemaluan Alice jadi semakin becek dan membanjir.
Setelah beberapa detik lamanya merasakan dirinya terlontar ke angkasa, Jasper merasakan dirinya melemas. Dan terguling menindih tubuh montok Alice. Keduanya merasakan kepuasan yang amat sangat.
Alice memijit hidung Jasper. "Luar biasa sekali," ujarnya. "Kaulah satu-satunya lelaki yang berhasil memuaskanku, Jasper! Sungguh!"
"Aku juga begitu, Alice. Baru kaulah yang benar-benar memuaskan diriku!" balas Jasper. Lalu keduanya berkecupan dengan begitu mesranya.
***
Siang hari, setelah pulang sekolah, Rosalie sedang memperhatikan kedua saudaranya, Jasper dan Alice, yang sedang bermain catur. Dari tadi Alice menang terus karena dapat menebak jalannya permainan itu. Gadis bertubuh bongsor itu menguap bosan, lalu melangkah menuju ke balkon dan...
"Emmet," gumamnya pelan saat dirasa ada yang memeluknya dari belakang.
"Bagaimana kalau itu bukan aku?" tanya Emmet.
"Tidak mungkin."
"Kenapa tidak mungkin?"
"Kau mau aku dipeluk orang lain?"
"Rose!"
"Hanya bercanda," Rosalie mengusap pipi Emmet lembut. ”Kau dari mana? Kok lama sekali pulangnya?" dia heran melihat tingkah Emmet. Tidak biasanya kekasihnya itu pulang sampai sore begini.
"Ehm, tadi aku pergi bersama Carlisle. Ada vampir baru yang berkeliaran di dekat wilayah kita.” ujar Emmet sambil mengajak Rosalie pergi ke kamar mereka.
”Siapa?” Rosalie mengunci pintunya, kemudian mengikuti langkah-langkah Emmet menuju ke arah ranjang.
”Bukan orang penting. Dia vampir baru yang kebetulan melintas.” Emmet melepas sepatunya.
Rosalie segera memeluknya dari belakang. ”Emmet! Aku kangen sekali padamu.” ujarnya sambil mulutnya menghujani bibir Emmet dengan ciuman panas yang bertubi-tubi.
"Ah, iya, sayang. Tapi aku letih sekali. Lain kali saja, ya!" sahut Emmet  sambil berusaha menghindari ciuman-ciuman Rosalie.
Tetapi Rosalie yang sudah terlanjur bergairah, tak mau peduli. Dia mendorong tubuh Emmet hingga lelaki itu tergelimpang ke atas tempat tidur. Dengan tergesa, Rosalie membuka kemeja Emmet. Sesaat kemudian, baju bermotif kotak itu telah melayang ke lantai. Menyusul kemudian celana panjang, dan celana dalam. Dan dengan tergesa pula, Rosalie melepaskan bajunya sendiri.
Rosalie, perempuan yang sedikit gemuk itu, ternyata memiliki tubuh yang aduhai sempurna. Payudaranya sangat besar dan bulat, seperti gadis yang berusia dua puluh tahunan. Masih sekal dan menggiurkan. Dan Emmet yang bertemperamen panas, begitu melihatnya, sekalipun sudah letih sekali, segera naik nafsu birahinya.
"Emmet! Aku sudah sangat rindu. Gatel rasanya memekku. Jangan kecewakan aku, ya?!” ujar Rosalie merengek-rengek, seraya menggosok-gosokkan buah dadanya yang sekal padat ke dada Emmet yang bidang dan berbulu lebat. Sementara itu, tangan gadis itu meluncur ke bawah dan meremas-remas batang Emmet yang besarnya minta ampun. Lebih besar dan panjang dari pada pisang Ambon. Dalam waktu tidak lama, penis itu pun sudah benar-benar tegang. Tegak bagaikan tonggak.
Rosalie yang sudah tidak bisa lagi menahan keinginannya, melompat ke atas tubuh kekar Emmet, Kedua pahanya mengangkang di atas selangkangan pemuda itu. Digenggamnya senjata yang aduhai itu. Dengan mesranya dibimbingnya menuju lubang vaginanya yang sudah menganga, siap menanti datangnya sang perkasa. Diletakkannya tepat di mulut gua.
Kemudian Rosalie menekan pantatnya dan... "Oouugghhhhhhh!!" kepala kemaluan itu melesak masuk. Blesss! Gadis itu nyengir-nyengir kuda, menahan antara rasa sakit dan rasa ngilu yang melanda vaginanya.
"Hnmmhh... ehg!" Emmet juga nyengir, merasakan rasa nikmat pada ujung penisnya yang bagaikan digigit dan dipijit-pijit oleh mulut vagina Rosalie yang sempit, yang terus berkerinyut-kerinyut kencang.
"Oukh, Emmet! Hmmhh... Sssshhh...!!" tubuh Rosalie gemetar. Tetapi cuma sesaat. Dia yang sudah terbiasa menikmati kejantanan Emmet segera hilang rasa sakitnya. Dan wanita itu pun menekan lagi.
Blussssh!!!
"Oukhhhh, Emmet! Hmhhh... enak sekali, sayang! Hhhhhh... Ssssh...!!" mata Rosalie membeliak-beliak. Batang penis Emmet telah amblas seluruhnya masukke dalam vaginanya. Gadis itu merasakan kenikmatan yang bukan alang kepalang.
Demikian pula halnya dengan Emmet. Dinding-dinding vagina Rosalie bagaikan hidup. Lorong vagina gadis itu terus menyedot-nyedot dan menekan-nekan batang kemaluannya. Nikmaaaaat!
Rosalie menarik lagi pantatnya ke atas. Dan... uft! Seluruh isi bagian dalam lorong vaginanya bagaikan terbongkar bersamaan dengan keluarnya batang kemaluan Emmet yang besar. Bagaikan kesetanan, dia terus menggoyang-goyangkan pantat dan pinggulnya yang besar, montok dan putih itu.
Emmet mengimbangi dengan mengangkat pula pantatnya. Ternyata dengan posisi seperti ini, cukup mendatangkan kenikmatan juga. Rosalie di atas dan dia di bawah.
Sambil terus bersemangat menaik turunkan pantatnya, Rosalie menciumi bibir tebal Emmet bertubi-tubi. Emmet membalas tak kalah semangat. Lidahnya masuk dan mengait-ngait lidah serta gigi-gigi Rosalie yang bersih, putih dan bagus bentuknya. Sementara itu, tangannya juga tidak tinggal diam. Emmet meremas-remas payudara Rosalie yang kenyal, padat dan besar. Tentu saja dengan remasan-remasan mesra yang penuh dengan keintiman!
Rosalie semakin lama semakin kesetanan. Emmet pun demikian pula. Keduanya merasakan ada sesuatu yang mendesak-desak dari dalam diri mereka. Semakin lama desakan-desakan itu semakin kuat sehingga membuat napas mereka tersendat-sendat. Ibarat orang yang sedang mendaki bukit, mereka sudah hampir mencapai puncak.
"Ehm, Emmet... !!!" panggil Rosalie.
"Sssh... Rose! Cepat dikit, sayang! Ayo, Lebih cepat!” sahut Emmet.
"Hmmmh... Emmet! Ahhhh! A-aku mau keluarrrrgghhhhhhhh...!" Rosalie mendesis.
"Aku juga, Sayang...! Ough! Goyang terus! Lebih cepat! Lebih kencang!” balas Emmet.
"Emmetttt… !!!" Rosalie semakin kesetanan. Tangannya mencakari dada bidang Emmet hingga pemuda itu meringis kesakitan. Namun bercampur enak.
Akan halnya tangan Emmet, kini mencengkeram pantat bulat Rosalie dan membantunya bergoyang. Disaat menurunkan pantatnya, dia akan  membantu dengan menekankan pantat Rosalie kuat-kuat ke bawah. Blusssh!!
Maka tanpa ampun, amblaslah seluruh penis Emmet ke dalam kemaluan gadis itu. Masuk hingga ke pangkal-pangkalnya!
"Emmet!!" Rosalie meronta-ronta di atas tubuh sang kekasih. "Oughhhh… Enak sekali, sayang! Aku tak kuat lagi!! Agghhhhh… Aku keluar! Ssssh… akkkhhhh…!!" bersamaan dengan jeritannya, tubuh gadis itu itu berkelojotan kesana-kemari. Kedua kakinya menyepak-nyepak. Rosalie mencapai puncak
kenikmatannya yang sempurna. Bertubi-tubi bagian dalam lobang vaginanya menyemprotkan cairan kental, hangat dan licin.
Secara hampir bersamaan pula, Emmet menggeram keras. Bagaikan harimau lapar, dia memeluk tubuh sintal sang kekasih kuat-kuat. Dan kemudian dengan sigap, dia membalikkannya, sehingga tubuh Rosalie sekarang berada di bawah tubuhnya. Emmet menusukkan penisnya dalam-dalam dan menekannya kuat-kuat hingga membuat Rosalie gelagapan.
Batang itu terasa berdenyut-denyut keras dan menembak! Cairan kental yang hangat dan licin pun bertubi-tubi menyembur dari ujungnya, membanjiri lorong vagina Rosalie yang memang sudah banjir!
Rosalie tergelincir dari atas tubuh Emmet. Gadis cantik itu terkulai lemas. "Emmet! Ouh, aku puas sekali!" bisiknya sambil memeluk Emmet dari samping.
Emmet tak menjawab. Dia memandang langit-langit. Batang penisnya masih tegak, basah dan licin bekas cairan kenikmatan mereka berdua. Rosalie menciuminya bertubi-tubi. Tangannya meluncur ke bawah dan mulai mengurut-urut batang penis yang kehitaman itu. Rupanya Rosalie termasuk perempuan yang bertemperamen panas juga. Nafsunya menggebu-gebu. Dia merupakan pasangan yang pas bagi Emmet.
Diurut-urut terus oleh Rosalie membuat nafsu pemuda itu perlahan bangkit kembali. Napasnya mulai berat. Rosalie yang melihatnya jadi senang sekali. Dia segera melompat dari sikap berbaringnya.
"Ayo, Emmet! Tusuk aku dari belakang!" ujarnya sambil mengambil posisi menungging. Pantatnya yang besar dan montok itu diacung-acungkan ke depan, memancing Emmet agar segera menusuknya dari belakang.
Melihat pemadangan yang sangat merangsang itu, Emmet jadi tak kuat lagi menahan diri. Dia melompat ke belakang pantat sang kekasih yang bulat dan putih dan dengan penuh nafsu, meremas-remas dan menciuminya beberapa kali.
"Ayo, Emmet! Masuki tubuhku! Tusuk dengan penismu!” jerit Rosalie.
Ditantang seperti itu, tentu saja Emmet yang berdarah jantan dan panas, tidak akan mundur. lnilah yang membuat Rosalie mencintai laki-laki itu. Emmet benar-benar seperti kuda. Berapa kalipun melakukan senggama, dia tetap siap. Tidak seperti kebanyakan vampir lain, yang sudah loyo padahal baru sekali atau dua kali saja bertempur.
Emmet mengambil posisi di belakang tubuh Rosalie yang menungging. Digenggamnya batang penisnya yang sudah siap tempur. Diselipkannya diantara kedua paha sang kekasih, dan kemudian, dengan sekali dorong,  dia menerobos masuk menjelajahi bibir kemaluan Rosalie yang mencuat dan sudah terbelah.
"Ehg...!!" Rosalie Dewi menahan napasnya. Kepalanya tersentak ke atas. Walaupun sudah terbiasa mencicipi kepunyaan Emmet, namun pada saat pertama kali kepala penis yang bengkak itu menyelip, selalu dia merasa kaget dan sedikit sakit!
"Ayo, Emmet! Aku sudah siap...!" ujar Rosalie dengan tubuh sedikit bergetar, menahan berat tubuh Emmet yang memeluk pinggangnya dari belakang. Dia lebih menunggingkan pantatnya, sehingga bukit vaginanya yang sudah membengkak itu semakin muncul ke permukaan. "Hantam. Emmet! Tusuk lebih dalam!" ujarnya seperti seorang komandan yang memberikan aba-aba pada anak buahnya.
Emmet segera melakukan tugasnya. Mengayun pantatnya kuat-kuat, batang zakarnya yang sebesar tonggak itu pun menerobos masuk, menembus  belahan daging kemaluan Rosalie dari belakang.
Rosalie meringis merasakan nikmat yang tiada tara. Seluruh urat-urat tubuhnya bagaikan mengembang. "Terus, Emmet! Masukkan semuanya! Jangan disisakan! Dorong terus! Semuanya! Ooukhhhhh!!" dia merintih-rintih dengan suara sengau.
Emmet merasakan hangat menyengat ujung kemaluannya. Juga pijitan-pijitan lembut dinding-dinding vagina Rosalie yang membuat nafsunya semakin bergelora. "Oukh, Rose! Enak banget memekmu!" dia menggumam dengan mata merem melek.
"Ayo, Emmet! Hantam terus! Yang keras, sayang! Oughhhh... yang keras!!!" Rosalie menggoyang-goyangkan dan memutar-mutar pinggul dan pantatnya dengan mesra sekali.
Pada waktu menarik senjatanya, Emmet agak sedikit menekan pantatnya, sehingga dia merasakan batang penisnya yang luar biasa itu bagaikan dipilin-pilin. Oukh, nikmatnya! Bukan main! Inilah yang membuat pemuda itu terkesan. Vagina Rosalie bagaikan hidup dan mempunyai nyawa sendiri!
Sebagaimana yang pertama, kali inipun keduanya sama-sama menyemprotkan cairan kenikmatan. Banyak sekali. Rosalie tersenyum-senyum bahagia. Ough, kekasihnya itu memang benar-benar hebat.
"Emmet! Jangan tidur dulu! Aku... aku... masih kepingin, sayang!" bisiknya.
"Ih, kamu kayak kuda betina saja!" kata Emmet sambil memijit hidung Rosalie penuh cinta.

"Dan kau kuda jantannya!" gadis itu tertawa kecil sambil menarik lengan Emmet. "Ayo, sayang! Kita bertempur sambil berdiri!"
Demikianlah, sampai pagi, mereka terus bertarung. Entah berapa kali, tak terhitung. Keduanya akhirnya sama-sama ambruk kelelahan setelah matahari terbit. Namun sama-sama puas. Hari itu, mereka tidak pergi ke sekolah. Tenaga mereka sudah terkuras habis!
***
Di kamar sebelah, Edward membuka matanya. Ternyata matahari telah naik tinggi. Sinar matahari yang menerobos dari ventilasi, jatuh tepat ke wajahnya. Terasa panas, Edward segera melompat! Jam di kamarnya telah menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit.
Pada saat sedang duduk di pinggiran ranjang, Dia mendengar suara cekikikan perempuan. Edward mengenalinya, itu suara Bella dan Esme. Dia segera bangkit dari duduknya dan keluar dari kamar.
"Nah, dia sudah bangun…!” seru Bella. "Capek ya, sayang?” tanyanya.
Edward mengangguk. Sama seperti Emmet dan Rosalie, semalam suntuk, dia juga bertempur dengan Bella. Tadi tenaganya benar-benar habis. Namun sekarang, setelah beristirahat sebentar, dia kembali segar. Sesegar bunga yang baru mekar. Inilah kelebihan Edward yang sangat disenangi oleh vampir-vampir perempuan.
“Aku mandi dulu, ya." ujarnya.
"Silahkan," jawab Bella manja. Sedangkan Esme cuma melihatnya dengan senyum terkulum dibibir.
Edward segera berlalu ke kamar mandi. Saat itulah, Esme menjawil Bella. ”Yakin kamu mau membaginya denganku?”
Bella mengangguk. ”Aku yakin, Edward pasti juga senang.”
Edward dengan pendengaran tajamnya bisa mendengar omongan kedua perempuan itu, tapi tidak mengerti apa maksudnya. Dia segera mandi sepuas-puasnya. Berusaha menghilangkan keringat dan sperma yang menempel di tubuh putihnya. Selesai mandi, badannya  terasa semakin segar lagi.
Edward keluar dari kamar mandi dan segera kembali ke kamarnya. Saat itulah dia terkejut sekali saat mendapati Bella dan Esme sudah terlentang di tempat tidurnya dalam keadaan tubuh telanjang bulat tanpa busana! Tetapi hanya sekejap dia terkesiap. Edward segera melepas handuk yang membelit tubuhnya dan dengan tubuh sama-sama telanjang, dia menyergap tubuh mulus Esme yang terlentang di pinggiran tempat tidur.
Esme membalas, tapi agak malu-mau.
"Sayang!" ujar Bella sambil merangkulnya dari belakang. "Aku sering menceritakan tentang dirimu pada Esme. Dan dia terkesan, ingin pula mencicipi kejantananmu yang perkasa itu!"
"Betulkah itu, Esme?" tanya Edward sambil memandangi vampir cantik setengah baya yang sudah dia anggap ibu ini.
Esme mengejap-ngejapkan matanya. "Eh, tidak ! Eh, iya! Tetapi nggak apa-apa, kan! Kamu bersedia kan memberikan kenikmatan kepadaku!" ujarnya agak tergagap.
"Tentu saja!” sahut Edward sambil mulai membelai payudara Esme yang bulat menantang. Meski tidak cukup besar tapi cukup menggoda juga. ”Tapi, apa Carlisle tidak bisa memberikannya kepadamu?”
”Dia bisa,” terang Esme. ”Tapi, aku butuh variasi saja. Aku sudah pernah melakukannya dengan Jasper dan Emmet. Tinggal kamu yang belum.”
”Ah, benarkah?” Edward memilin-milin puting Esme yang mungil kemerahan.
”Gimana, sayang? Kamu bersedia kan?” kali ini Bella yang bertanya.
”Seharusnya aku yang bertanya begitu!” sahut Edward.
Bella tertawa. ”Aku tidak keberatan kok. Yang penting hatimu tetap jadi milikku.”
”Tentu saja, sayang. Aku selalu mencintaimu.” Edward menciumnya. ”Dan kau, Esme,” dia berpaling pada wanita setengah baya yang sekarang berada dalam pelukannya. ”Akan kuberikan kenikmatan yang sempurna kepadamua!” bisiknya
Esme tertawa-tawa kecil ketika Edward menunduk dan mulai mengecupi bibir dan seluruh wajahnya bertubi-tubi. Lehernya yang jenjang merangsang juga mendapat jatah. Lalu puting-puting susunya yang tegak merangsang. Uf! Ternyata menggeluti wanita setengah baya seperti Esme mempunyai keasyikan tersendiri. Buah dadanya lebih besar dan lebih padat pada millk Bella. Puting susunya pun lebih besar dan merangsang! Demikian pula bukit kemaluannya. Lebih mencuat. Hanya saja, rambut kemaluannya sangat lebat, tidak serapi milik Bella!
"Ed! Ehg... Aukhhhh!!!" Esme menjerit sejadi-jadinya saat kepala penis Edward yang bengkak dan besar menyeruak masuk menusuk lubang vaginanya yang hangat dan lebar. Dia merasakan nikmat yang amat sangat. Ini bisa dimaklumi karena Esme sudah sering merasakan senjata yang besarnya seperti kemaluan kuda dari Jasper maupun Emmet!
"Ed! Geli banget... !!" rintihnya berkelojotan.
"Tahan, Esme. Tahan!" ujar Edward sambil. memegangi kedua kaki wanita cantik itu. "Nanti kau bakal merasakan yang lebih enak lagi!"
Benar saja. Kalau tadi Esme merasakan geli, lama kelamaan rasa geli itu hilang, berganti dengan rasa nikmat yang luar biasa. Sudah tentu Esme jadi senang sekali. Gerakan-gerakan memutar pantat dan pinggulnya sungguh romantis, seirama dengan ayunan-ayunan pantat Edward yang naik turun dan sesekali melakukan gerakan memutar yang aduhai.
"Oukh, Ed! Enak, sayang...!" demikian jeritnya berulang-ulang.
Edward tersenyum sambil terus juga menyerbu bukit kemaluan Esme yang indah menantang. Bella yang menyaksikan adegan itu jadi ikut terangsang. Segera dia berdiri, mengangkangi kepala Edward. Ditariknya kepala pemuda itu kearah kemaluannya yang sudah basah menetes-netes.
"Ayo, sayang! Ciumi punyaku! Aku juga sudah tidak tahan!" ujarnya dengan suara sengau tak menentu.
Edward yang mengerti segera menjulurkan lidahnya. Dia melakukan dua macam kesibukan. Sementara kemaluannya menerobos keluar masuk belahan daging Esme, mulutnya dengan mesra menciumi bukit kemaluan Bella yang sudah mekar menantang.
"Ed! Aukhhh! Terus, Ed! Iyyyyaaakhhh...! " Esme terus meracau.
"Aduh, Sayang, enaknya! Terus! Terus, sayang! Kelentitnya... Ya! Yang itu! Jilat yang itu! Hmmm... Ugghhhhhh! Gigit, Sayang! Gigit yang keras!!!" Bella juga meracau, malah lebih parah, sambil tangannya menekan belakang kepala Edward sehingga hidung dan mulut lelaki muda itu masuk seluruhnya ke belahan kemaluannya yang duah sangat mekar semekar-mekarnya.
"Besssss!"
"Sleessep!"
"Blessss!"
"Ahkhhhh... ih!"
"Oukh...!!"
”Hmhhh...!!"
Berbagai suara terus terdengar mengiringi permainan mereka yang semakin memanas. Sambil sesekali diselingi dengan berkecipaknya penis Benny yang timbul tenggelam, terdengar sangat merdu dan mesra di telinga ketiga vampir itu.
Lama mereka bertarung mati-matian, sampai akhirnya Bella yang terlebih dulu kejang. Gadis itu menekan belakang kepala Edward sekuat-kuatnya sambil menjerit histeris.
"Sayang! Aku keluar... !!! Sshhh... AARRGGHHHHHHHHH...!!" setengah berdiri, tubuh sintal Bella meliuk-liuk seperti orang kesetanan! Kepalanya terlempar kesana-kemari. Dengkulnya gemetar kuat sekali. Punggungnya setengah menekuk bagaikan udang. Tangannya meremas-remas dan menjambak-jambak rambut Edward sampai lelaki itu merasa sakit.
Saat itulah, Edward merasakan semburan-semburan lahar panas dari dalam lorong vagina sang kekasih. Banyak sekali. Kental dan licin. Edward bagaikan
orang yang haus, dengan rakus meneguk semua cairan itu. Tanpa tersisa sedikit pun. Terasa amis dan sedikit pesing!
Bella segera jatuh bergelimpang dengan lemasnya. Namun terlihat sangat puas!
Sementara di sebelahnya, Edward masih bertarung dengan Esme. Dua menit setelah kejatuhannya, barulah wanita setengah baya itu menjerit-jerit histeris. Tubuhnya berkelojotan seperti ayam yang baru di sembelih. Esme Menggelepar-gelepar.
"Oukh, Ed! Aku keluar! Ssshhh, Ed! Ahhhhhh... Enak banget!!!” seketika  lahar menyembur-nyembur dari dalam kemaluan wanita cantik berambut panjang itu. Matanya terbeliak-beliak. Cuma kelihatan putihnya saja. Kuku-kukunya yang panjang-panjang itu mencakar-cakar punggung Edward sampai berdarah!
Esme segera lemas setelah mencapai puncak kenikmatannya. Namun Edward sendiri belum, dia masih terus menaik turunkan pantatnya dengan bersemangat.
"Oukh, Ed! Aku lemas! Letih! Istirahat dulu, Ed!!!" Esme merintih-rintih.
"Sebentar. Tanggung, nih! Aku sudah mau keluar! Tahan ya!" ujar Edward tersendat-sendat.
"Ampun, Ed! Ampunn!!!" Esme terus merintih.
Tetapi mana mau Edward mempedulikan rintihan-rintihan wanita itu. Malah Edward semakin ganas dan bersemangat menghujamkan batang kemaluannya hingga Esme meronta-ronta. Edward menekan tubuh wanita cantik itu dengan tangannya agar terdiam. Sementara penisnya terus bekerja.
Blassssh!
Slesssepsss!
Srrroot!
Blassshhhh!!
Sruutt!
"Ampun, Ed! Ampun!" Esme kembali merintih.
"Sebentar, Esme...!!" raung Edward.
Dari letih, lemas dan tidak bertenaga, akhirnya Esme jadi bernafsu lagi karena bukit kemaluannya terus menerus diserbu habis-habisan oleh penis Edward yang perkasa. Dan dia pun mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya, memutar-mutarnya erotis.
"Ed! Uukh... kau sungguh perkasa dan pintar. Aku jadi nafsu lagi. Enak lagi.” Esme mengacak-acak rambut Edward.
Dan merekapun terus bertarung, mendaki bukit yang terjal. Lima belas menit kemudian, barulah keduanya mencapai orgasme secara bersamaan.
"Esme! Aku keluar, ssshhh...! Akkkkhhhh!! Oukhhhhh!" Edward menggeram hebat bagaikan harimau lapar bertemu lawan. Kedua lengannya yang kekar memeluk dan menekan tubuh Esme sekuat-kuatnya sehingga wanita cantik itu merasakan tubuhnya remuk seketika.
"Oukh, Ed! Aku juga keluar! Ssssh... akhhhhh!!" Banjirlah lorong vagina Esme yang sempit, sehingga sebagian menetes-netes keluar, membasahi sprei.
Semprotan-semprotan bertubi-tuhi telah menyemburkan cairan yang luar biasa banyaknya, saling bercampur kental, hangat dan licin! Hmmmmmh, benar-benar sorga dunia!
Edward segera turun dari tubuh mulus Esme. Bella yang sudah mendapatkan istirahat cukup setelah menyemprotkan cairan kewanitaan, kembali bergairah. Tanpa memberikan Edward kesempatan untuk beristirahat, ditariknya lelaki itu dari tempat tidur.
"Ayo, sayang! Kerjai aku sambil berdiri...!!" ujarnya sambil tersengal-sengal penuh nafsu.
Edward bukanlah Edward kalau dia tidak mampu melayani tantangan perempuan secantik Bella. Dasar mesin seks, sekalipun tanpa istirahat, dia sanggup untuk bertarung lagi.
Dalam keadaan berdiri, Edward menekan tubuh montok Bella ke tembok. Sebelah paha gadis itu diangkatnya tinggi-tinggi sehingga memperlihatkan belahan kemaluan yang sudah menganga selebar-lebarnya. Dia lalu mengunjamkan senjatanya ke belahan yang amat menawan itu.
"Oukh, sayang!! Enak!" Bella merintih.
Pertarungan sengit sambil berdiri itu dimenangkan oleh Edward. Bella lebih dulu mengeluarkan cairannya dan segera merosot jatuh lemas ke lantai. Edward yang penasaran karena belum mencapai puncak kenikmatan, dengan senjata masih tegak mengacung, mendatangi Esme yang masih berbaring dengan kedua paha terkangkang lebar. Dia segera menubruk dan menggumulinya. Kali ini lebih dahysat dari pada yang sudah-sudah!
Demikianlah berganti-ganti Edward mengerjai kedua perempuan cantik itu. Dia benar-benar kuda jantan yang patut diacungi jempol. Bella dan Esme jadi terpuaskan dibuatnya.
***
Alice terkejut saat Jasper mengajaknya makan malam untuk yang pertama kalinya, hanya berdua. Kini, mereka tengah berada di sebuah restoran Perancis, dengan suasana yang amat romantis.
"Bagaimana?" tanya Jasper.
"Ini luar biasa!" jawab Alice.
"Bukan untuk menyenangkanku saja, kan? Bukankah seharusnya kau sudah tahu?"
"Aku?"
"Ya, kemampuanmu."
Alice tersenyum, "Karena kemampuan ini, aku tahu kalau di masa depan aku akan bertemu denganmu, Jasper, dan.."
"..."
"...aku sama sekali tak menyesali menjadi seseorang yang sangat mencintaimu," Alice memegang tangan Jasper.
"Maaf ya, aku hanya dapat memberi ini."
"Ini sudah lebih dari cukup, Jasper!"
Jasper memberanikan untuk menatap Alice, yang ia lihat hanya keseriusan dari mata emas itu, mata yang sama dengan miliknya. Ia sama sekali tak menyesal telah memilih Alice, dan menikahinya. Sama sekali tak ada penyesalan sedikit pun.
"Aku mencintaimu, Alice."
"Katakan lagi, Jasper."
"Tidak mau."
"Jasper!"
"Hanya menggodamu, sayang. I love you."
"Love you too. Hey, ayo habiskan makananmu!"
"Memang vampir punya rasa lapar?"
"Oh, ayolah. Sesekali berpura-pura menjadi manusia tak apa, kan?"
Jasper tersenyum kecil mendengar pernyataan Alice, lalu melahap makanan di depannya. Sebenarnya tak ada selera, namun tadi Carlisle yang memberinya uang agar dapat mengajak Alice makan berdua. Ah, ulang tahun pernikahan mereka, yang entah sudah berapa puluh tahun.
Ya, Alice sama sekali tak menyesal pernah menunggu Jasper saat itu di restoran Philadelphia. Apalagi jika akhirnya mereka bisa bersama selamanya. Sebagai vampire. Keluarga Cullen sudah cukup untuk disebut sebagai 'keluarga'.

A Happy Family


Bayangan itu jelas sekali, ada yang datang, seorang pemuda berambut pirang dan pucat. Ia berasal dari hutan lebat, wajahnya tampan, masih muda, seusia dengan sang gadis yang sedang melihat bayangannya. Mary Alice Brandon.
Gadis yang biasa dipanggil Alice itu memang sengaja menunggu Jasper Whitlock, pemuda yang akan menjadi soulmatenya, di restoran kosong Philadelphia. Semakin dekat. Pemuda itu semakin dekat, dan...
Krieeet...
Pintu restoran kosong yang sangat sepi itu pun terbuka, dan pemuda bermata emas -seperti kebanyakan vampir lain- itu melihat Alice sedang duduk di salah satu kursi yang tak jauh dari pintu. Gadis mungil seperti pixie itu duduk sendirian, dengan wajah tirusnya dan sepasang bola mata yang indah. Rambutnya yang lurus  dibiarkan tergerai pada bahunya. Duduk dengan sikap agak sembarangan, ujung roknya tersingkap. Dan menyembullah sepasang pahanya yang memutih penuh!

Jasper melangkah menuju ke gadis itu, lalu membungkuk, memberi hormat.
"Tidak mengganggu?" tanya Jasper sambil duduk di sisi perempuan itu.
"Senang sekali dikawani." jawab Alice.
"Sendirian?" Jasper bertanya lagi.
"Seperti yang kamu lihat." kata perempuan itu sambil mengerling. Kemudian melanjutkan, "Sebenarnya aku sedang menunggu seseorang."
"Siapa?” Jasper menatapnya.
"Aku menunggumu!” sahut Alice tanpa basa-basi. Nama kamu siapa?" dia bertanya.
"Jasper.” si Ganteng itu menjawab. “Dan nama kamu?"
"Alice."
Jasper tersenyum.
"Ya. Kenapa?!" Alice mengernyitkan alisnya.
"Nggak apa-apa! Nama yang manis!" Jasper tersenyum.
Alice membalas dengan memberikan senyumannya yang paling cantik. ”Terima kasih,” ucapnya.
Gadis itu bangkit dari kursi dan mengulurkan tangan kanannya pada Jasper. Pemuda itu dapat melihat tawaran serius dari Alice untuk bergabung dengannya. Memang tak ada ucapan berarti, namun mata mereka saling berinteraksi, berbicara. Lama kemudian, Jasper menyambut tangan kanan Alice dengan amat lembut.
"Aku akan ikut denganmu." bisiknya.
Senyuman Alice mengembang lagi, kali ini mungkin yang termanis dari yang sebelumnya. Jasper pun membalasnya dengan senyuman lembut, tatapannya bukan lagi tatapan pemburu seperti saat ia bersama dengan Maria. Ya, Maria, seseorang yang mengubahnya menjadi vampir.
"Kita pergi sekarang," akhirnya Alice bicara.
Jasper membungkukkan badannya, lalu memegang tangan Alice. Ah, memang manis, bahkan seorang Alice yang tak percaya dengan yang namanya cinta pada pandangan pertama langsung terkesima dengan kesan pertama yang ditunjukkan Jasper. Pria itu sungguh mempesona dengan segala kesopanan tinggi yang ia lakukan. Bagai seorang bangsawan.
"Kemana?" Jasper bertanya saat mereka keluar dari restoran.
"Ke rumahku." Alice menggandeng lengan kekar pria itu.
Berdua mereka menyusuri jalanan malam yang sepi. Di kejauhan, lolongan serigala terdengar mengiringi. Juga anjing-anjing rumahan yang menyalak bersahut-sahutan, menemani perjalanan mereka berdua.
***
"Kamu tinggal sendiri?" tanya Jasper. Mereka sedang duduk di ruang tengah rumah
Alice yang megah. Dengan sinar terang seperti saat ini, gadis itu jadi kelihatan makin
cantik dan menarik.
"Tidak! Disini ada orang tua dan kakak-kakakku.” jawab Alice sambil meletakkan segelas darah sintetis di hadapan Jasper.
Pemuda itu mengitarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Hm, cukup rapi juga. Pertanda rumah ini ditangani oleh orang-orang yang baik. ”Dimana mereka?” tanyanya.
"Mereka ke Italia, ada undangan dari keluarga Volturi.” kata Alice sambil berdiri dari duduknya. "Kau tunggu sebentar ya, aku mau mandi dulu. Kalau mau baca-baca majalah, ambil saja di lemari. Banyak koleksi buku-buku langka disana.” kemudian dia masuk ke kamarnya, mengambil handuk, dan kemudian keluar lagi melenggang ke kamar mandi.
Mata Jasper tak lepas menatap pinggul Alice yang bergoyang-goyang indah. Pemuda itu mendesah dan menelan ludah sambil tangannya mengelus batangnya yang perlahan mulai mengeras.
Alice melepaskan satu per satu pakaian yang melekat di tubuhnya. Hmm, air terasa sejuk ketika mengguyur tubuhnya yang mulus. Lalu tangannya yang lentik mulai menyabuni, diawali dari leher, turun ke bahu, turun lagi ke sepasang payudara yang indah di depan dadanya. Seluruh apa yang ada pada dirinya, merupakan panorama sangat indah yang akan mendatangkan kesan mendalam bagi siapapun yang memandangnya.
"Jasper!!!"
Jasper yang sedang duduk membaca majalah di ruangan tengah, mendongak begitu mendengar suara Alice yang memanggilnya mesra. Pemuda itu menutup majalahnya dan buru-buru ke kamar mandi. Pintu kamar mandi setengah terbuka. Alice berdiri dengan handuk sebatas dadanya! Jasper terkesiap. Hmm, dengan handuk itu, tubuh Alice tercetak indah. Terutama kulit bahu dan pahanya yang sangat mulus. Kencang dan sekal. Membuat mata Jasper tidak berkedip karenanya.
Alice tersenyum sambil menjentik pipi Jasper. "Mengapa kau pandangi aku seperti itu, sih?! Apa ada yang aneh pada diriku?!"
"Ah, tidak. Aku... eh, kamu cantik sekali!" kata Jasper gelagapan dan serba salah.
"Wow! Rayuan gombal!" ujar Alice sambil mengerling manis. "Jasper!! Tolong aku, ya...?!"
"Tolong apa?!"
"Tolong ambilkan aku sendal di kamar. Sendal yang warna merah. Bodoh banget, aku lupa pakai sendal ke kamar mandi." kata Alice dengan suara manja. Suara yang membuat hati Jasper panas dingin.
Pemuda itu segera ke kamar Alice, mengambil sendal merah. Lalu kembali ke kamar mandi.
"Terima kasih!" ujar Alice sambil mengenakan sendal yang diambilkan Jasper.
Tetapi baru saja mengenakan sebelah, tiba-tiba kaitan handuknya terlepas. Dan cepat sekali handuk itu meluncur ke bawah. Alice terkejut. "Oh...!" serunya. Tetapi gadis itu sudah tidak mengenakan apa-apa lagi.
Yang lebih gawat adalah Jasper. Jantungnya dirasakan bagai akan meledak. Matanya membelalak. Dan dia tidak mampu menguasai diri lagi. Ditubruknya tubuh Alice yang sintal.
"Jasper! Kau ini, apa-apaan...?!" Alice meronta. Namun rontaan itu terlalu lemah. Tidak mungkin mampu melepaskan diri dari pelukan Jasper yang kuat.
"Jasper, jangan! Aah! Oukh, kamu ini…!!" Alice masih mencoba meronta. Tetapi... ah, tidak. Lebih tepat dikatakan menggeliat. Kepala gadis itu menggeleyong ke kiri dan ke kanan. Menghindari bibir Jasper yang mencari-cari bibirnya.
Pemuda itu akhirnya tak sabar. Didorongnya tubuh Alice, ditekankannya ke dinding kamar mandi, sehingga gadis itu tidak leluasa lagi bergerak. Dan sekejap kemudian, mulut Jasper berhasil menangkap bibirnya.
"Hmmmm! Mmmmmm...!!" Alice tidak lagi meronta. Matanya segera meredup menerima pelukan dan kuluman bibir Jasper yang hangat. Bahkan sekarang, gadis itu ikut membalas. Dijulurkannya lidahnya, saling mendorong dengan bibir Jasper. Matanya semakin redup. Lincah sekali lidah Alice mengait-ngait lidah Jasper.
Mendapat sambutan yang begitu hangat, darah muda Jasper semakin membuncah. Panas! Menuntut pelepasan. Apalagi ditambah dengan sepasang payudara ranum milik Alice yang menekan dada bidangnya.
"Jasper! Hmmphh... Aahh! Geli rasanya!" Alice merintih.
"Nikmati saja! Ini akan semakin geli!” ujar Jasper sambil beralih menciumi leher Alice yang jenjang. Dia melakukannya dengan lembut sekali hingga membuat Alice menggeliat-geliat kesana-kemari. Lehernya menggeleyong-geleyong, ingin menghindar tapi tidak bisa. Terlihat sekali kalau gadis itu sudah begitu terangsang.
"Jasper...!!" Alice menyebut nama lelaki itu ditengah-tengah rintihannya.
"Ada apa, Sayang?"
"Mengapa kau bersikap begini padaku? Padahal kita baru kenal." dan Alice lebih terengah-engah lagi, saat hidung Jasper menyapu-nyapu pangkal buah dadanya yang montok.
"Aku... Aku... mencintaimu!!" ujar Jasper di tengah dengus-dengus napasnya.
Alice tertawa kecil. Telapak tangannya sebentar mengelus dan sebentar menekan belakang kepala Jasper. "Kamu nggak bohong?!" tanyanya sambil membusungkan buah dadanya yang montok dan putih itu, berharap Jasper lebih leluasa melakukan aktifitasnya.
"Percayalah padaku!" Jasper menggeliat, merasakan Alice mengusap-usap penisnya  yang masih berada di balik celana panjangnya. ”Oughhhhh,” dia merintih, berusaha menahan hasrat yang bergelora, yang membuat kelenjar darahnya berdenyut-denyut kencang.
"Tetapi, Jasper! Apa kamu betul-betul sungguh mencintaiku?!" Alice melepaskan satu demi satu kancing kemeja Jasper. Dan kemudian menariknya ke bawah hingga baju itu meluncur begitu saja, jatuh ke lantai kamar mandi yang basah. Seperti yang dibayangkannya, tubuh Jasper memang sangat mengagumkan. Begitu atletis. Bahunya tegap dengan sepasang lengan kekar yang berurat. Dadanya bidang dan berbulu lebat. Uh, berdesir darah Alice saat merasakan bulu-bulu dada yang keriting lebat itu menggesek puncak payudaranya.
"Jasper!" gadis itu berbisik lemah.
"Ada apa, sayang?!" Jasper menyahut.
"Bawa aku kamar. Di sini... di sini... dinginnnnn...!!!" Alice menggigil.
Jasper tak perlu menunggu diperintah sampai dua kali. Segera dibopongnya tubuh montok gadis itu ke dalam kamar. Diletakkannya tubuh mulus yang sudah tidak ditutupi sehelai benangpun ke tempat tidur. Kemudian lelaki muda itu melepaskan celana panjangnya. Sambil berbaring, Alice menatap tubuh telanjang Jasper yang aduhai itu. Pemuda itu hanya mengenakan celana dalam saja, berwarna putih. Selangkangannya tampak begitu menonjol. Alice menelan ludah. Di balik celana dalam itu, meremang tonggak panjang yang begitu kekar dan besar. Bulunya yang menghitam, menggumpal tak karuan, terus menyambung sampai ke pusar laki-laki itu. Membuat Alice menelan ludahnya sekali lagi.
"Jasper!!" gadis itu berbisik.
"Ada apa, sayang?!"
"Bukalah celana dalammu. Bukalah!"
Jasper tersenyum dan melepaskan celana dalamnya. Dan... wow!! Mata Alice langsung membelalak. Bagaimana tidak?! Penis yang tadinya tersembunyi itu, kini terpampang bebas. Benda itu! Senjata yang menggayut setengah tegang itu, begitu panjang dan besar. Penis itu mendongak, seakan-akan menantang bagi siapa saja yang memandangnya. Sesekali benda itu juga mengangguk-angguk, seperti menyombongkan kulitnya yang menghitam. Di pangkalnya, rambut keriting kaku tumbuh lebat dan tidak teratur. Bukan main! Seumur hidupnya, inilah untuk pertama kalinya Alice menyaksikan penis sehebat dan seindah itu.
Jujur, dia harus mengakui, bahwa vampir seperti Jasper sangat jarang ditemuinya. Vampir yang bertemperamen panas, namun begitu jantan dan romantis. Kebanyakan vampir yang ditemuinya cuma mengandalkan nafsu saja, tidak dapat memberikan kepuasan padanya!
Alice membiarkan saja Jasper meraba-raba sepasang buah dadanya yang montok ranum. Lengkap dengan putingnya yang kemerahan tegak menantang ke atas. Puting itu bergetar-getar, seirama dengan gerakan-gerakan bukit indah itu. Dan Jasper meremasnya dengan lembut. Lembut sekali. Penuh perasaan.
”Auwh,” Alice merengek manja. Menggeliat sambil merintih. Matanya meredup. Telapak tangan Jasper memang dingin, tapi bagi Alice, itu sudah cukup untuk membuatnya terangsang. Tangan lelaki itu masih terus meremas. Berpindah-pindah. Puas sebelah kanan. Beganti dengan sebelah kiri. Bervariasi dengan tekanan-tekanan yang romantis. Mendatangkan rasa geli dan nikmat.
"Ough, Jasper! Hmmnrhhh . . . ssshhhaakh!" Alice merintih sekali lagi sambil membusungkan dadanya yang bulat yang sedang diremas-remas oleh Jasper. Dia seperti ingin lebih dapat meresapi rasa geli-geli nikmat yang ditimbulkan oleh tangan laki-laki itu.
Jasper memang pintar menaikkan rangsang perempuan sedikit demi sedikit. Bukan hanya tangannya saja yang pintar bermain. Tetapi juga hidung dan mulutnya. Hidungnya menciumi permukaan payudara Alice yang padat dan montok itu. Benda itu tidak terlalu besar dan juga tidak kecil. Pas segenggaman tangan. Bentuknya sangat indah, membuat gemas.
Cara Jasper menciumi sepasang payudara itupun bervariasi. Sebentar keras dan sebentar lembut. Dan darah yang mengalir di tubuh Alice semakin deras saja!
"Jasper!! Kamu sering main perempuan!" tanya Alice ditengah-tengah napasnya yang terengah.
"Tidak sering. Baru beberapa kali saja, dengan Maria." ujar Jasper sambil membuka mulutnya dan memasukkan puting buah dada Alice yang merah kecoklatan itu.
"Auww . . . !!" Alice menjerit lirih. Dan vampir perempuan itu menggelinjang-gelinjang saat puting buah dadanya dikulum oleh Jasper. Dan untuk kesekian kali, Alice harus mengakui bahwa kuluman bibir Jasper sangat berbeda dengan kuluman bibir lelaki-lelaki lainnya.
"Hsssh, ahhhhh! Terus, Jasper! Terussss, sayangghhh…!! Hmmmhhh…!!" dua telapak tangan Alice mengerumasi rambut Jasper sambil menekan-nekan, meminta Jasper untuk mengulum lebih keras.
Jasper semakin terangsang. Sungguh nikmat puting buah dada itu. Dia mengulumnya. Lalu dilepas. Dikulum lagi. Dilepas lagi. Berganti-ganti kanan dan kiri. Dikulum lagi, dilepas lagi. Berulang-ulang dengan tak bosan-bosannya. Dan puting itu semakin tegang saja. Jasper melakukannya dengan bervariasi, sebentar lembut dan sebentar keras, membuat rasa geli bercampur kenikmatan semakin terasa.
"Ough, Jasper! Teruskan, sayang! Sssh... enak sekali!" mulut Alice mendecap-decap seperti orang kepedasan. Tersendat-sendat. Dan buah dadanya menjadi semakin keras, pertanda perempuan itu kian terangsang. Lebih-lebih saat Jasper menggeser-geserkan putingnya diantara gigigiginya. Oh, Nikmat! Dan napas Alice turun naik.
"Jasper!! Keras sedikit! Ya, ya. Begitu! Aukh, Jasper! Enak banget sihhhh...!" Alice merintih-rintih.
Jasper yang mendengarnya jadi makin bersemangat. Digigit-gigitnya pentil susu yang kenyal itu. Dihisapnya. Lalu dijilatinya dengan penuh nafsu. Sebentar ditinggalkannya, puting itu. Jasper kini mengecupi buah dada ranum itu bertubi-tubi. Lalu dia kembali ke pentil susu yang siap menanti. Dibisapnya lagi. Digigitinya. Dikulum-kulumnya. Lalu dilepaskannya lagi. Sementara tangan Alice tak henti-hentinya mengerumasi rambut pirang Jasper yang tebal, sehingga rambut lelaki itu
menjadi acak-acakan.
Lama Jasper mencumbu sepasang susu yang indah menggiurkan itu. Demikian pula dengan ketiak perempuan itu. Jasper tak mau membiarkan menganggur. Ketiak Alice terlihat licin tanpa bulu, sesuai dengan seleranya. Jasper menciuminya, lalu menurun sampai ke pinggang sebelah kiri. Naik lagi ke ketiak, dan turun lagi sampai ke pinggang. Demikian berulang-ulang. Jasper juga menggunakan ujung lidahnya untuk menjilat-jilat sambil menggigiti keras dan lembut.
"Uukh, Jasper! Kamu sungguh pintar membahagiakan perempuan!" bisik Alice parau.
Jasper bukan hanya sekali ini mendengar ucapan seperti itu. Ketika mencumbu Maria dan beberapa vampir lain, dia juga menerima ucapan-ucapan yang sama. Di samping itu, Maria juga mengatakan, bahwa sampai mati, dia takkan mampu melupakan Jasper.
Permainan lidah Jasper terus dengan gencar menyerang tempat-tempat di tubuh Alice yang sensitif. Dijilatinya perut Alice yang licin dan langsing. Pusarnya menjadi sasaran ciuman-ciumannya yang berulang-ulang. Sambil berbuat demikian, tangan Jasper membelai-belai kedua paha Alice yang masih terkatup.
Alice sudah gemetar tubuhnya. Panas dingin. Ketika dia menengok ke bawah, pandangannya beradu pada sesuatu di antara kedua paha Jasper. Alice menelan ludah. Benda itu sejak tadi menggodanya. Alice segera menurunkan tangannyadan mengenggam batang penis Jasper yang aduhai.
Jasper yang sedang menciumi sedikit di bagian bawah pusar Alice tertahan nafasnya. "Oukh, Alice . . . !" bisiknya.
Alice merasakan benda yang digenggamnya, yang baru separuh tegang, hangat dan besar. Senang sekali menggenggam penis seperti itu. Sementara itu, tangan Jasper masih juga terus meraba-raba tubuh Alice berganti-ganti.
"Sabar, Alice!" bisik Jasper. "Nanti kamu boleh berbuat apa saja terhadap punyaku. Tetapi sekarang, aku sedang ingin mencumbu tubuhmu. Seluruh tubuhmu! Kurang leluasa kalau kamu menggenggam punyaku begini!"
Apa boleh buat. Meskipun Alice masih ingin menggenggam batang kemaluan yang luar biasa itu, terpaksa dia melepaskannya. Maka kini dengan leluasa Jasper melakukan aktifitasnya. Dan... hhmmmh! Jasper menahan napas saat pandangannya ditujukan ke selangkangan Alice. Bagian itu terlihat bersih tanpa ada rambut sedikitpun. Hmm! Rupanya Alice rajin mencukurnya. Tampak mulus, begitu menggairahkan.
Jasper menelan ludah. Jika menuruti nafsunya, tentu saja seketika itu juga dia akan membenamkan batang kemaluannya yang sudah kian tegang ke belahan daging hangat yang berwarna merah itu. Tetapi Benny bukanlah tipe vampir yang tidak sabaran. Dia tidak akan menyetubuhi perempuan tanpa lebih dulu memberikan kesan yang sangat mendalam.
"Oukh, Jasper!" Alice menepuk pipi Jasper lembut. "Kok kamu jadi berubah seperti patung! Apa ada yang aneh dengan tubuhku?"
Jasper menelan ludah sambil tersenyum. "Bukannya aneh, Alice. Justru aku menyukainya. Begitu menyukainya. Vaginamu ini... !" ujar Jasper sambil membelai lembut bibir kemaluan Alice. "Indah sekali, Alice. Sangat menawan. Baru permukaannya  saja sudah begini menggiurkan, apalagi dalamnya. Tentunya enak sekali. Hmmh!" Jasper meneteskan air liurnya.
Alice tertawa kecil. "Kau menyukainya?”
Jasper tersenyum, "Tentu saja, Alice. Aku suka sekali," dia masih terus dengan mesra membelai-belai bibir kemaluan yang indah itu.
Alice kembali tertawa kecil, ”Kalau begitu silakan, berbuatlah apa saja yang kau suka pada punyaku!"
Tanpa diperintah pun, tentu saja Jasper akan berbuat seperti itu. Tetap menatap tak berkedip, dia mulai mengusap-usap bibir kemaluan Alice yang tipis, yang  terpampang begitu jelas di hadapannya. Jasper menyingkapnya ke samping, penasaran ingin melihat tonjolan klitoris Alice yang mungil. Dengan gemas dia menekannya-nekannya. Lalu saat sudah tak sabar, dia pun menciuminya. Kadang-kadang ditarik-tariknya hingga Alice merasakan kenikmatan yang amat sangat. Secara naluriah, pahanya mulai membuka sedikit demi sedikit. Semenatar jari-jari tangan Jasper terus bermain-main di perbukitan mungil itu. Hmmh, mesranya selangit!
"Jasper!!" Alice merintih saat Jasper menguak bibir-bibir kemaluannya.
Hmm, tampak bagian dalamnya yang basah kemerahan. Sangat indah menawan. Jasper menelan ludah. Dengan mesranya, dia meraba-raba vagina yang indah itu. Merah dan licin.Juga hangat. Pada bagian atasnya, pada pertemuan antara dua bibir, tampak sekerat daging kecil. Nyempil sendirian. Tidak berteman. Sungguh kasihan. Jasper memandangi sepuas-sepuasnya panorama indah yang mengesankan itu.
Alice memijit hidung Jasper agak kuat. "Oukh... mengapa cuma melihati saja?! Memangnya punyaku barang tontonan!"
Jasper tersenyum. Tahulah dia, bahwa Alice sudah kepingin sekali dikerjai vaginanya. Padahal dia masih ingin lebih lama memandanginya. Vagina Alice rasanya lebih indah dari pada vagina-vagina vampir lain yang pernah disaksikannya. Dengan mesra, jari-jari Jasper menyentuhnya.
Alice tergelinjang. "Wow! Hmmh, Jasper!! Sssssssh, akhhhhhh!" tubuh sintalnya menggeliat.
Jari Jasper terus bermain, mengutik-utik kelentit aduhai yang nyempil sendirian di pojokan. Dia menempatkan diri diantara kedua paha Alice yang sudah mengangkang. Liang vagina yang sebaris dengan sibakan bibir inilah yang dapat menjepit dan memberikan kenikmatan kepada zakarnya. Lagi-lagi tangan Jasper menyentuh kelentit yang cuma sekerat itu. Dan lagi-lagi Alice menggelinjang. Nikmatnya bukan main. Manusia suka bilang, kelentit itu bisa berdiri. Benarkah?! Jasper penasaran dan mengulangi perbuatannya berkali-kali.
"Oukh, geli, Jasper! Geliiiii! Sssh, akhhhhhh...!!" Alice merintih-rintih.
Tingkah Jasper saat itu bagaikan kanak-kanak yang memperoleh mainan yang mengasyikan. Permainan yang tidak ada dijual di toko, membuat Jasper jadi semakin giat menyentuhi sekerat daging kecil itu. Alice sampai mengacak-ngacak rambutnya karena saking tidak tahannya.
Tidak puas hanya menyentuh dengan tangan saja, Jasper menguak lebih lebar lagi bibir-bibir kemaluan yang licin tanpa rambut itu. Kedua kaki Alice kini telah mengangkang selebar-lebarnya, menekuk ke atas. Sekarang, bagian dalam kemaluan itu telah terpampang jelas. Terbebas sama sekali.
Sedetik kemudian, Alice terpekik: "Aww!" Tubuhnya tersentak ke atas. Rupanya Jasper telah membenamkan hidung mancungnyanya ke dalam belahan daging yang aduhai itu. "Jasper...!! Ufh! Ssssh… enak banget!!" gadis itu merintih-rintih sambil menekan belakang kepala Jasper dengan kedua tangannya.
Hidung Jasper mulal menggusur kesana-kemari. Seperti akan membongkar seluruh bagian vagina Alice. Kaki Alice sampai menendang-nendang ke atas merasakan kenikmatan tiada tara yang melanda kemaluannya. Jasper terus dengan giatnya menciumi. Vagina Alice menyebarkan aroma gurih segar yang merangsang nafsunya!
"Oukh, Jasper! Enak, sayang! Enak sekali... ! Terus... teruskan! Ayo, lebih cepat lagi. Hmmmh... Oughhhhhh!” rintih Alice
"Aku juga, Alice! Aku juga... enak," bisik Jasper sambil juga menggunakan. lidahnya, menjilat dan terus menjilat.
Mata Alice sampai merem melek dibuatnya. Kepalanya terlempar kesana-kemari. Lehernya menggeleyong-geleyong. "Jasper! Kamu senang menciumi punyaku?!! Shhh...!!!" tersendat-sendat suara gadis itu.
"Senang sekali, Alice! Punyaku jadi semakin tegang, nih!" kata Jasper tersendat-sendat pula. Dan lidahnya terus juga menjilat dan menjilat. Menyapu-nyapu kelentit Alice yang semakin mengeras. Benar saja! Benda itu jadi semakin tegak, menandakan gadis itu telah terbakar oleh nafsu birahi.
Kedua kaki jenjang Alice terus menyentak-nyentak ke atas. Pantatnya diangkat dan digoyang-goyang. Ouh, sungguh permainan yang mengasyikkan.
Jasper benar-benar menyukai menciumi dan menjilati vagina Alice yang harum itu. Sama sekali tidak jijik. Justru sebaliknya. Dia ketagihan. Jasper jadi  semakin rakus dan rakus.
"Jasper!!! Hhhssshh... Hmmm... Hhmmmhhh!" suara Alice menggeletar. Badannya menggeliat-geliat tak menentu. Tubuhnya menggelepar-gelepar saat ujung lidah Jasper mengait-ngait dan menusuk-nusuk liang vaginanya  yang terasa sudah begitu basah. Sentuhan-sentuhan lembut pada vaginanya kian membuat Alice berdenyut-denyut  terbakar nafsu birahi. Dan tiba-tiba gadis itu mengejang.
"Jasper!! Ssshhhh... Aku tak kuat lagi! Oouugghhhhhhhh...!!!” tubuh Alice  menghentak-hentak.
"Ayo, Alice! Keluarkan! Jangan ditahan lagi. Aku sudah siap menerimanya!" ujar Jasper yang terus juga dengan bersemangat menusuk-nusuk vagina gadis itu dengan ujung lidahnya.
"Iya!” Alice meronta-ronta bagaikan kesetanan. ”Aku kelu... AARRGGHHHHHH!! ” Berbarengan dengan jeritannya yang menyayat, Alice mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan menekan belakang kepala Jasper sekuat-kuatnya, sehingga tanpa ampun separuh wajah jasper membenam dalam-dalam ke bagian tengah kemaluannya. Bertepatan dengan itu, menyemprotlah cairan hangat dan licin dari dalam vagina Alice. Cairan kental itu menyiram lidah Jasper yang terus menusuk-nusuk lubang vaginanya.
Jasper yang memang sudah siap menerima, bagaikan kehausan, menghirup habis cairan bening itu, padahal jumlahnya banyak sekali. Jasper terus menjilat dan menyapu bersih. Semua ditelannya, dimasukkan ke dalam kerongkongannya. Sudah tentu perbuatan itu membuat Alice semakin berkelojotan dikarenakan rasa nikmat yang sangat luar biasa sekali. Sampai akhirnya tetes cairan yang terakhir, tubuh perempuan itu pun melemas. Jasper tertunduk sambil menjilati sisa-sisa cipratan cairan Alice yang melekati pinggiran bibirnya.
Alice melompat dan memeluk Jasper kuat-kuat. "Oukh, Jasper Terima kasih, sayangl Kau hebat! Jantan! Kau mampu membuat perempuan bahagia!" dan dia menciumi bibir pemuda itu bertubi-tubi.
"Aku sampai kenyang menelan cairanmu. Banyak dan kental sekali! Rasanya gurih sekali. Lebih gurih daripada darah binatang!" ujar Jasper.
"Kau tidak jijik?!"
"Sama sekali tidak. Malah aku ketagihan. Kalau masih ada, aku masih mau meneguknya lagi!"
Alice tambah gembira. Dia menciumi lagi bibir Jasper bertubi-tubi. Kemudian didorongnya tubuh lelaki muda itu sehingga tergelimpang di atas kasur. "Kau sudah mengerjai punyaku! Sekarang, ganti aku yang akan mengerjai punyamu!" ujarnya sambil segera menyergap selangkangan Jasper.
"Auwww...!" Jasper menjerit kaget.
Namun Alice tidak menghiraukan. Batang penis Jasper yang sudah benar-benar tegak mengacung, sejak tadi sangat menggoda. Dia sudah ingin sekali mencium dan mengemotinya. Dan sekarang, keinginan itupun kesampaian. Dengan mesranya Alice membelai-belai batang kemaluan yang besarnya bukan main itu. Panjangnya juga sangat luar biasa. Demikian pula dengan kepalanya yang berkilat dan membengkak.
"Oukh, punyamu hebat sekali, Jasper! besar dan panjang. Hmmhh...!!!" Alice terus juga membelai sambil sesekali menggenggam. Mulai dari pangkalnya yang dipenuhi rambut lebat sampai ke ujungnya yang berkilat dan membengkak, berbentuk topi baja.
"Kamu suka pada punyaku, Alice?!" tanya Jasper sambil membiarkan Alice menggesek-gesekkan batangnya yang hebat itu ke pipi dan matanya.
"Suka sekali, Jasper! Tetapi, ugh... Punyamu besar sekali. Kaku banget! Aku jadi ngeri!"
"Ngeri kenapa?!"
"Ngeri kalau-kalau vaginaku sobek dan rusak!"
Jasper tertawa kecil. "Kamu ini ada-ada saja. Kan semakin besar semakin enak!"
"Iya! Tetapi punyamu ini besarnya nggak ketulungan!" ujar Alice.
Jasper tertawa lagi. Batang zakarnya berkejat-kejut digenggaman oleh gadis itu.
"Aku belum pernah merasakan batang penis yang besar dan panjangnya seperti punyamu ini," ujar Alice lagi.
Jasper merasakan geli dan nikmat bukan kepalang ketika Alice mulai menciumi batangnya yang semakin membengkak dan membesar. Tubuhnya sampai mengejang. Matanya membeliak-beliak.
"Hmmh, Alice! Sssh...!" dia merintih.
Sambil menciumi, Alice juga memijit-mijit batang penis yang keras bagaikan tonggak itu. Dia gemas dengan ukuran dan bentuknya. Ujung lidah gadis itu terus menciumi dan menjilatnya. Berusaha mencicipi benda yang dapat memberikan kenikmatan luar biasa kepadanya itu.
"Jasper! Perempuan-perempuan yang sudah kau kerjai, pasti pada ketagihan ya!" tanya Alice.
Jasper tidak menjawab. Dia mendecap-decap bagaikan orang kepedasan. Tengah meresapi kenikmatan yang luar biasa pada ujung penisnya. Hmm, lezat! Membuat alat vitalnya yang berada dalam genggaman Alice menjadi semakin membengkak dan memanjang lagi.
Alice yang gemas bukan main, juga semakin tak tahan. Segera dia menempatkan dirinya sebaik-baiknya diantara kedua kaki Jasper yang tertekuk. Kedua paha pemuda itu terlentang selebar-lebarnya sehingga tangan kanan Alice dapat menggenggam penisnya, sedangkan tangan kirinya membelal-belai rambut kemaluan Jasper yang tebal dan ikal.
Merinding bulu-bulu roma Alice saat menciumi seluruh batang dan kepala kemaluan yang luar biasa itu. Bukan main ukurannya. Jari-jari Alice hampir tidak muat menggenggamnya. Sungguh luar biasa. Memang inilah yang sangat disukai Alice. Dulu, dia juga pernah mendapatkan pasangan yang juga
memiliki penis besar. Tapi sayang, laki-laki itu terbunuh dalam pertempuran. Sejak itu, Alice sangat merindukannya. Dan baru sekarang, dia memperolehnya kembali setelah berpuluh-puluh tahun berselang.
Alice yang semakin gemas segera menjulurkan lidahnya, menjilat batang kemaluan itu. Lalu dibukanya mulutnya dan dimasukkannya batang luar biasa itu. Jasper langsung saja menggelinjang, kaget namun nikmat.
"Ouw, Alice! Hmmh... enak sekali!" pemuda itu merintih. Kedua kakinya terangkat naik dan menyepak-nyepak ke atas.
Mendengar rintihan Jasper, Alice jadi semakin bersemangat. Kepala penis yang berbentuk topi baja itu dikulumnya. Digigitnya. Tingkah Alice tidak ubahnya seorang musafir kelaparan yang mendapat makanan lezat. Dia terlihat rakus menikmatinya. Alice begitu bernafsu hingga matanya sampai terpejam-pejam. Air liurnya menetes-netes. Kepala yang berbentuk topi baja itu sangat hangat dan kenyal. Dia menyukainya.
Demikian pula halnya dengan Jasper. Kunyahan-kunyahan mulut Alice dirasakannya sangat nikmat dan merangsang nafsu birahinya. Dia merintih-rintih. Kedua kakinya semakin menyepak kuat. Matanya membeliak-beliak, sehingga hanya putihnya saja yang kelihatan.
Melihatnya membuat Alice jadi kian bersemangat. Sekarang, bukan hanya kepalanya saja yang dikulum dan digigitnya, tetapi seluruh batang kemaluan yang perkasa itu. Sementara, kedua telapak tangannya turut ambil bagian dengan mengusap-ngusap sepasang kantung zakar Jasper  yang luar biasa empuknya.
"Enak, Jasper?!" tanya Alice ditengah-tengah kesibukannya.
"Enak sekali, Alice. Enak sekali!!" Jasper berusaha menyahut meski tersendat-sendat.
Alice terus melahap senjata yang luar biasa itu. Dia menghisapnya terus secara beraturan. Kepala dan batang zakar Jasper keluar masuk di mulutnya dengan lancar. Pada waktu masuk, mulut Alice sampai kempot. Sedangkan pada waktu keluar sampai monyong. Semakin lama semakin cepat. Tubuh Jasper sampai gemetar dibuatnya. Jemarinya mencengkeram rambut pendek Alice kuat-kuat. Rintihan-rintihannya semakin menghebat. Sementara Alice  kian gencar menyerbu selangkangannya.
Hingga akhirnya, Jasper menjerit histeris. ”AARRGGGHHHHHSSSSS!!!” Pantatnya diangkatnya tinggi-tinggi, sedangkan kedua telapak tangannya menekan belakang kepala Alice kuat-kuat hingga batangnya masuk sedalam-dalamnya, menusuk sampai ke tenggorokan Alice yang sempit. Dan tanpa ampun lagi, "Crroott! Crrrroooottss! Crrottttsssss...!!!" menyemprotlah cairan kental dari dalam batang kemaluan yang berdenyut-denyut itu. Daya semprotnya luar biasa sekali. Tubuh Benny sampai menggigil merasakannya.
Alice tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan nikmat sekali disedotnya batang kemaluan Jasper. Maka tanpa ampun, bergumpal-gumpal cairan sperma pemuda itu tumpah masuk semua ke dalam mulut dan tenggorokannya. Mata Alice sampai terpejam-pejam dibuatnya. Tapi meski begitu, dia tetap menelan seluruhnya hingga tetes terakhir.
Jasper setengah mengeluh memejamkan matanya. Tubuh kekarnya lemas tak bertenaga. "Oukh, Alice. Kau sungguh hebat!" bisiknya.
Alice tertawa sambil menyeka mulutnya yang sebagian masih dibasahi sisa-sisa cairan kental. "Bagaimana, Jasper?! Enak?!" tanyanya.
Jasper menarik lengan Alice sehingga perempuan itu jatuh ke dalam dekapannya. "Enak sekali, Alice. Oukh, enak sekali! Kau pun mampu membahagiakan lelaki!" ujarnya.
Alice tersenyum mendengar pujian Jasper, "Aku haus, Jasper. Tolong ambilkan aku minum di meja itu, dong!"
Jasper melompat turun dari tempat tidur, menuangkan cairan merah dari kantung darah ke dalam gelas sampai penuh. Kemudian memberikannya pada Alice. Gadis itu meneguknya dengan lahap. Haus sekali rupanya. Sampai habis tiga perempat gelas. Kemudian Jasper menuangkan lagi ke gelas sampai penuh, kemudian meneguknya sampai habis.
"Jasper?!" mata Alice berkejap-kejap. ”Punyaku sudah ingin sekali dimasuki punyamu." Dia melirik ke arah selangkangan Jasper. Penis pemuda itu sudah terlihat kembali tegang mengacung.
"Kita istirahat dulu sebentar ya, sayang!" bisik Jasper sambil membelai rambut kuning Alice.
Hanya sepuluh menit mereka membutuhkan waktu istirahat. Jasper segera  naik ke atas tubuh mulus Alice yang sudah siap menanti. Kedua susu gadis itu menyembul putih bagaikan salju. Benar-benar menantang. Pinggangnya ramping dan pinggulnya mekar dan indah. Jasper menciumi bahu dan payudara Alice, sementara penisnya yang sudah benar-benar tegang menggesek-gesek di pahanya.
Alice segera menggenggam batang penis yang sangat kekar itu. Sambil membalas ciuman-ciuman Jasper yang menyerbunya bertubi-tubi, dibimbingnya daging panjang itu dan kemudian ditempatkannya kepala kemaluan Jasper yang sudah membengkak tepat di ambang mulut vaginanya. Sementara itu, kedua paha Alice sudah merentang lebar-lebar.
"Jasper! Pelan-pelan ya, sayang!" bisiknya gemetar. "Punyamu besar sekali!"
Jasper mengangguk. Dirasakannya kehangatan menyengat pada kepala penisnya.
"Ayo, Jasper! Tekan, sayang! Sssshh... pelan-pelan!" Alice memejamkan matanya.
Jasper mendorong pantatnya. Dan kepala penisnya pun melesak masuk.
"Auww...!!!" Alice langsung menjerit tertahan. "Jasper! Sakit!" tubuh gadis itu  mengejang, bergetar menahan rasa perih.
Jasper mengerti. Dia menahan gerakannya. Dinantikannya sampai rasa sakit Alice mereda. Jasper merasakan lubang vagina Alice menjepit keras, mencekik leher penisnya. Aduh! Bukan main nikmatnya!
"Ayo, Jasper! Tekan lagi!" bisik Alice setelah rasa sakit itu hilang.
Jasper menekan lagi. Dan srrrt! Batang penisnya yang luar biasa besarnya itu melesak lagi sampai sepertiga. Dan sebagaimana yang pertama, Alice  tersentak sambil menjerit.
"Aduh, Jasper! Sakitttttt!"
"Tahan, sayang!" bisik Jasper sambil tersenyum dan berulang mengecupi mata Alice yang berlinang. "Nanti kau akan merasakan nikmat yang luar biasa!"
Dia membiarkan penisnya membenam sampai sepertiga, kemudian ditariknya perlahan-lahan sampai sebatas leher kemaluannya. Lalu ditekannya kembali pantatnya. Dan batang penis yang luar biasa itu pun menerobos masuk. Lagi-lagi Alice merasakan kemaluan Jasper bagai membongkar seluruh lorong vaginanya. Gadis itu menggigit bibirnya sendiri, menahan rasa sakit dan linu yang melanda selangkangannya. Namun lama kelamaan, rasa sakit dan linu itu semakin berkurang dan semakin berkurang lagi. Sebagai gantinya, penis Jasper yang bergerak keluar masuk mulai mendatangkan rasa nikmat yang luar biasa. Keluar-masuk. Keluar masuk! Demikian berulang-ulang. Bless! Slessep! Bless! Slessep! Bagaikan kereta api yang sedang langsir. Tetapi terbatas hanya sampai separuh saja. Pada waktu didorong masuk, vagina Alice sampai kempot. Dan pada waktu ditarik, sampai monyong. Hmm, nikmatnya!
”Kepunyaanmu enak sekali, sayang. Sempit sekali. Rasanya hampir lecet penisku," kata Jasper.
"Burungmu yang terlalu besar, Jasper," ujar Alice sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Yang mana semakin mendatangkan nikmat bagi Jasper. Demikian pula bagi Alice. Pinggulnya yang besar dan montok itu melakukan gerakan memutar, seirama dengan keluar-masuknya batang kemaluan Jasper.
"Bagaimana, sayang?! Masih sakit?!" tanya Jasper sambil mengecupi belakang telinga Alice.
Gadis itu menggelinjang-gelinjang geli. "Kemaluanmu enak sekali, sayang! Betul-betul lezat." bisiknya.
"Nah, apa kataku tadi. Rasa sakitnya cuma sebentar, kan?!" ujar Jasper. "Vaginamu benar-benar enak, Alice. Enak sekali!"
"Jasper...!!" Alice tersenyum bangga menerima pujian dari Jasper.
"Ada apa?!" tanya pemuda itu sambil terus menggoyang pinggulnya.
"Apakah kepunyaankn betul-betul enak?!"
"Enak sekali, sayang. Penisku bagaikan dipijit dan disedot-sedot. Pokoknya lezats!!" Jasper meliuk-liuk kesana-kemari. Dia sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa sebagai akibat pijitan-pijitan dinding-dinding lorong kemaluan Alice yang bagaikan hidup. Sementara itu, cairan lendir semakin membajiri lorong kemaluan gadis itu. Membuatnya menjadi semakin licin dan basah.
"Nah. manisku! Lorongmu semakin lancar sekarang," bisik Jasper dengan mesranya. "Bagaimana kalau kubenamkan seluruh batangku?!"
"Ayo, sayang! Aku sudah siap," kata Alice sambil mengangkangkan kedua pahanya lebih lebar.
Dan Jasper pun mendorong pantatnya hingga kemaluannya menusuk lebih dalam ke dalam lubang vagina gadis itu. Blesss! Wow, Alice bagaikan melayang ke langit ketujuh. Terasa benar bagaimana kakunya benda itu. Nikmat sekali. Tetapi Alice jadi agak kecewa ketika Jasper menghentikan dorongannya. Batang kemaluannya yang kukuh bagaikan tonggak itu belum seluruhnya masuk. Alice jadi penasaran dan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi.
"Masukkan semua, Jasper! Semua! Jangan disisakan lagi! Masukkan! Dorong semua!!!" kaki Alice menjepit pinggang Jasper. Dan tangannya berusaha mendorong pantat pemuda itu ke bawah.
Jasper mengerti, Alice sudah histeris. Sudah ingin menikmati seluruh batang kemaluannya tanpa sisa lagi. Tetapi bukannya mendorong, pemuda itu malah mengangkat pantatnya. Dan kemaluannya jadi tertarik keluar.
Alice jadi tambah penasaran. Diangkatnya pantatnya setinggi-tingginya. Bertepatan dengan itu, Jasper mengayunkan pantatnya kuat-kuat. Dan... Blashhh!! Tanpa ampun, seluruh batang kemaluannya yang kokoh, indah dan
perkasa itu menghunjam dan membenam sedalam-dalamnya ke liang kemaluan Alice yang sempit.
”Aarrgghhhhhhhhhhh!!!” Alice menjerit sekuat-kuatnya. Tubuhnya meronta-ronta kesana-kemari bagaikan sapi disembelih. Dan... "Crot! Crrrot! Crrrotttss!!" semua cairan mani yang tersimpan di dalam kandungannya, menyemprot seketika. Banyak sekali hingga membanjiri seluruh lubang kemaluan gadis itu. Suatu kenikmatan luar biasa yang sebelumnya belum pernah dirasakan oleh Alice.
Dan bersamaan dengan jeritannya, Jasper pun mengeram kuat sambil merangkul tubuh montok Alice kuat-kuat. Alice merasakan tubuhnya bagaikan remuk.
”Hmmmh! Agghhhhh... Alice! Hmmm! Aku keluar! Ssssh.... Oughhhhhh! Enak!!!" Jasper meracau sambil meronta-ronta. Matanya membeliak-beliak ke atas, sementara kepalanya terlontar kesana-kemari.
Dan bersamaan dengan itu, Alice merasakan batang penis Jasper yang terbenam dalam di lubang vaginanya berdenyut-denyut kencang dan memuntahkan lahar panasnya. Berkali-kali terasa semprotan-semprotan itu, membuat lubang kemaluan Alice jadi semakin becek dan membanjir.
Setelah beberapa detik lamanya merasakan dirinya terlontar ke angkasa, Jasper merasakan dirinya melemas. Dan terguling menindih tubuh montok Alice. Keduanya merasakan kepuasan yang amat sangat.
Alice memijit hidung Jasper. "Luar biasa sekali," ujarnya. "Kaulah satu-satunya lelaki yang berhasil memuaskanku, Jasper! Sungguh!"
"Aku juga begitu, Alice. Baru kaulah yang benar-benar memuaskan diriku!" balas Jasper. Lalu keduanya berkecupan dengan begitu mesranya.
***
Siang hari, setelah pulang sekolah, Rosalie sedang memperhatikan kedua saudaranya, Jasper dan Alice, yang sedang bermain catur. Dari tadi Alice menang terus karena dapat menebak jalannya permainan itu. Gadis bertubuh bongsor itu menguap bosan, lalu melangkah menuju ke balkon dan...
"Emmet," gumamnya pelan saat dirasa ada yang memeluknya dari belakang.
"Bagaimana kalau itu bukan aku?" tanya Emmet.
"Tidak mungkin."
"Kenapa tidak mungkin?"
"Kau mau aku dipeluk orang lain?"
"Rose!"
"Hanya bercanda," Rosalie mengusap pipi Emmet lembut. ”Kau dari mana? Kok lama sekali pulangnya?" dia heran melihat tingkah Emmet. Tidak biasanya kekasihnya itu pulang sampai sore begini.
"Ehm, tadi aku pergi bersama Carlisle. Ada vampir baru yang berkeliaran di dekat wilayah kita.” ujar Emmet sambil mengajak Rosalie pergi ke kamar mereka.
”Siapa?” Rosalie mengunci pintunya, kemudian mengikuti langkah-langkah Emmet menuju ke arah ranjang.
”Bukan orang penting. Dia vampir baru yang kebetulan melintas.” Emmet melepas sepatunya.
Rosalie segera memeluknya dari belakang. ”Emmet! Aku kangen sekali padamu.” ujarnya sambil mulutnya menghujani bibir Emmet dengan ciuman panas yang bertubi-tubi.
"Ah, iya, sayang. Tapi aku letih sekali. Lain kali saja, ya!" sahut Emmet  sambil berusaha menghindari ciuman-ciuman Rosalie.
Tetapi Rosalie yang sudah terlanjur bergairah, tak mau peduli. Dia mendorong tubuh Emmet hingga lelaki itu tergelimpang ke atas tempat tidur. Dengan tergesa, Rosalie membuka kemeja Emmet. Sesaat kemudian, baju bermotif kotak itu telah melayang ke lantai. Menyusul kemudian celana panjang, dan celana dalam. Dan dengan tergesa pula, Rosalie melepaskan bajunya sendiri.
Rosalie, perempuan yang sedikit gemuk itu, ternyata memiliki tubuh yang aduhai sempurna. Payudaranya sangat besar dan bulat, seperti gadis yang berusia dua puluh tahunan. Masih sekal dan menggiurkan. Dan Emmet yang bertemperamen panas, begitu melihatnya, sekalipun sudah letih sekali, segera naik nafsu birahinya.
"Emmet! Aku sudah sangat rindu. Gatel rasanya memekku. Jangan kecewakan aku, ya?!” ujar Rosalie merengek-rengek, seraya menggosok-gosokkan buah dadanya yang sekal padat ke dada Emmet yang bidang dan berbulu lebat. Sementara itu, tangan gadis itu meluncur ke bawah dan meremas-remas batang Emmet yang besarnya minta ampun. Lebih besar dan panjang dari pada pisang Ambon. Dalam waktu tidak lama, penis itu pun sudah benar-benar tegang. Tegak bagaikan tonggak.
Rosalie yang sudah tidak bisa lagi menahan keinginannya, melompat ke atas tubuh kekar Emmet, Kedua pahanya mengangkang di atas selangkangan pemuda itu. Digenggamnya senjata yang aduhai itu. Dengan mesranya dibimbingnya menuju lubang vaginanya yang sudah menganga, siap menanti datangnya sang perkasa. Diletakkannya tepat di mulut gua.
Kemudian Rosalie menekan pantatnya dan... "Oouugghhhhhhh!!" kepala kemaluan itu melesak masuk. Blesss! Gadis itu nyengir-nyengir kuda, menahan antara rasa sakit dan rasa ngilu yang melanda vaginanya.
"Hnmmhh... ehg!" Emmet juga nyengir, merasakan rasa nikmat pada ujung penisnya yang bagaikan digigit dan dipijit-pijit oleh mulut vagina Rosalie yang sempit, yang terus berkerinyut-kerinyut kencang.
"Oukh, Emmet! Hmmhh... Sssshhh...!!" tubuh Rosalie gemetar. Tetapi cuma sesaat. Dia yang sudah terbiasa menikmati kejantanan Emmet segera hilang rasa sakitnya. Dan wanita itu pun menekan lagi.
Blussssh!!!
"Oukhhhh, Emmet! Hmhhh... enak sekali, sayang! Hhhhhh... Ssssh...!!" mata Rosalie membeliak-beliak. Batang penis Emmet telah amblas seluruhnya masukke dalam vaginanya. Gadis itu merasakan kenikmatan yang bukan alang kepalang.
Demikian pula halnya dengan Emmet. Dinding-dinding vagina Rosalie bagaikan hidup. Lorong vagina gadis itu terus menyedot-nyedot dan menekan-nekan batang kemaluannya. Nikmaaaaat!
Rosalie menarik lagi pantatnya ke atas. Dan... uft! Seluruh isi bagian dalam lorong vaginanya bagaikan terbongkar bersamaan dengan keluarnya batang kemaluan Emmet yang besar. Bagaikan kesetanan, dia terus menggoyang-goyangkan pantat dan pinggulnya yang besar, montok dan putih itu.
Emmet mengimbangi dengan mengangkat pula pantatnya. Ternyata dengan posisi seperti ini, cukup mendatangkan kenikmatan juga. Rosalie di atas dan dia di bawah.
Sambil terus bersemangat menaik turunkan pantatnya, Rosalie menciumi bibir tebal Emmet bertubi-tubi. Emmet membalas tak kalah semangat. Lidahnya masuk dan mengait-ngait lidah serta gigi-gigi Rosalie yang bersih, putih dan bagus bentuknya. Sementara itu, tangannya juga tidak tinggal diam. Emmet meremas-remas payudara Rosalie yang kenyal, padat dan besar. Tentu saja dengan remasan-remasan mesra yang penuh dengan keintiman!
Rosalie semakin lama semakin kesetanan. Emmet pun demikian pula. Keduanya merasakan ada sesuatu yang mendesak-desak dari dalam diri mereka. Semakin lama desakan-desakan itu semakin kuat sehingga membuat napas mereka tersendat-sendat. Ibarat orang yang sedang mendaki bukit, mereka sudah hampir mencapai puncak.
"Ehm, Emmet... !!!" panggil Rosalie.
"Sssh... Rose! Cepat dikit, sayang! Ayo, Lebih cepat!” sahut Emmet.
"Hmmmh... Emmet! Ahhhh! A-aku mau keluarrrrgghhhhhhhh...!" Rosalie mendesis.
"Aku juga, Sayang...! Ough! Goyang terus! Lebih cepat! Lebih kencang!” balas Emmet.
"Emmetttt… !!!" Rosalie semakin kesetanan. Tangannya mencakari dada bidang Emmet hingga pemuda itu meringis kesakitan. Namun bercampur enak.
Akan halnya tangan Emmet, kini mencengkeram pantat bulat Rosalie dan membantunya bergoyang. Disaat menurunkan pantatnya, dia akan  membantu dengan menekankan pantat Rosalie kuat-kuat ke bawah. Blusssh!!
Maka tanpa ampun, amblaslah seluruh penis Emmet ke dalam kemaluan gadis itu. Masuk hingga ke pangkal-pangkalnya!
"Emmet!!" Rosalie meronta-ronta di atas tubuh sang kekasih. "Oughhhh… Enak sekali, sayang! Aku tak kuat lagi!! Agghhhhh… Aku keluar! Ssssh… akkkhhhh…!!" bersamaan dengan jeritannya, tubuh gadis itu itu berkelojotan kesana-kemari. Kedua kakinya menyepak-nyepak. Rosalie mencapai puncak
kenikmatannya yang sempurna. Bertubi-tubi bagian dalam lobang vaginanya menyemprotkan cairan kental, hangat dan licin.
Secara hampir bersamaan pula, Emmet menggeram keras. Bagaikan harimau lapar, dia memeluk tubuh sintal sang kekasih kuat-kuat. Dan kemudian dengan sigap, dia membalikkannya, sehingga tubuh Rosalie sekarang berada di bawah tubuhnya. Emmet menusukkan penisnya dalam-dalam dan menekannya kuat-kuat hingga membuat Rosalie gelagapan.
Batang itu terasa berdenyut-denyut keras dan menembak! Cairan kental yang hangat dan licin pun bertubi-tubi menyembur dari ujungnya, membanjiri lorong vagina Rosalie yang memang sudah banjir!
Rosalie tergelincir dari atas tubuh Emmet. Gadis cantik itu terkulai lemas. "Emmet! Ouh, aku puas sekali!" bisiknya sambil memeluk Emmet dari samping.
Emmet tak menjawab. Dia memandang langit-langit. Batang penisnya masih tegak, basah dan licin bekas cairan kenikmatan mereka berdua. Rosalie menciuminya bertubi-tubi. Tangannya meluncur ke bawah dan mulai mengurut-urut batang penis yang kehitaman itu. Rupanya Rosalie termasuk perempuan yang bertemperamen panas juga. Nafsunya menggebu-gebu. Dia merupakan pasangan yang pas bagi Emmet.
Diurut-urut terus oleh Rosalie membuat nafsu pemuda itu perlahan bangkit kembali. Napasnya mulai berat. Rosalie yang melihatnya jadi senang sekali. Dia segera melompat dari sikap berbaringnya.
"Ayo, Emmet! Tusuk aku dari belakang!" ujarnya sambil mengambil posisi menungging. Pantatnya yang besar dan montok itu diacung-acungkan ke depan, memancing Emmet agar segera menusuknya dari belakang.
Melihat pemadangan yang sangat merangsang itu, Emmet jadi tak kuat lagi menahan diri. Dia melompat ke belakang pantat sang kekasih yang bulat dan putih dan dengan penuh nafsu, meremas-remas dan menciuminya beberapa kali.
"Ayo, Emmet! Masuki tubuhku! Tusuk dengan penismu!” jerit Rosalie.
Ditantang seperti itu, tentu saja Emmet yang berdarah jantan dan panas, tidak akan mundur. lnilah yang membuat Rosalie mencintai laki-laki itu. Emmet benar-benar seperti kuda. Berapa kalipun melakukan senggama, dia tetap siap. Tidak seperti kebanyakan vampir lain, yang sudah loyo padahal baru sekali atau dua kali saja bertempur.
Emmet mengambil posisi di belakang tubuh Rosalie yang menungging. Digenggamnya batang penisnya yang sudah siap tempur. Diselipkannya diantara kedua paha sang kekasih, dan kemudian, dengan sekali dorong,  dia menerobos masuk menjelajahi bibir kemaluan Rosalie yang mencuat dan sudah terbelah.
"Ehg...!!" Rosalie Dewi menahan napasnya. Kepalanya tersentak ke atas. Walaupun sudah terbiasa mencicipi kepunyaan Emmet, namun pada saat pertama kali kepala penis yang bengkak itu menyelip, selalu dia merasa kaget dan sedikit sakit!
"Ayo, Emmet! Aku sudah siap...!" ujar Rosalie dengan tubuh sedikit bergetar, menahan berat tubuh Emmet yang memeluk pinggangnya dari belakang. Dia lebih menunggingkan pantatnya, sehingga bukit vaginanya yang sudah membengkak itu semakin muncul ke permukaan. "Hantam. Emmet! Tusuk lebih dalam!" ujarnya seperti seorang komandan yang memberikan aba-aba pada anak buahnya.
Emmet segera melakukan tugasnya. Mengayun pantatnya kuat-kuat, batang zakarnya yang sebesar tonggak itu pun menerobos masuk, menembus  belahan daging kemaluan Rosalie dari belakang.
Rosalie meringis merasakan nikmat yang tiada tara. Seluruh urat-urat tubuhnya bagaikan mengembang. "Terus, Emmet! Masukkan semuanya! Jangan disisakan! Dorong terus! Semuanya! Ooukhhhhh!!" dia merintih-rintih dengan suara sengau.
Emmet merasakan hangat menyengat ujung kemaluannya. Juga pijitan-pijitan lembut dinding-dinding vagina Rosalie yang membuat nafsunya semakin bergelora. "Oukh, Rose! Enak banget memekmu!" dia menggumam dengan mata merem melek.
"Ayo, Emmet! Hantam terus! Yang keras, sayang! Oughhhh... yang keras!!!" Rosalie menggoyang-goyangkan dan memutar-mutar pinggul dan pantatnya dengan mesra sekali.
Pada waktu menarik senjatanya, Emmet agak sedikit menekan pantatnya, sehingga dia merasakan batang penisnya yang luar biasa itu bagaikan dipilin-pilin. Oukh, nikmatnya! Bukan main! Inilah yang membuat pemuda itu terkesan. Vagina Rosalie bagaikan hidup dan mempunyai nyawa sendiri!
Sebagaimana yang pertama, kali inipun keduanya sama-sama menyemprotkan cairan kenikmatan. Banyak sekali. Rosalie tersenyum-senyum bahagia. Ough, kekasihnya itu memang benar-benar hebat.
"Emmet! Jangan tidur dulu! Aku... aku... masih kepingin, sayang!" bisiknya.
"Ih, kamu kayak kuda betina saja!" kata Emmet sambil memijit hidung Rosalie penuh cinta.

"Dan kau kuda jantannya!" gadis itu tertawa kecil sambil menarik lengan Emmet. "Ayo, sayang! Kita bertempur sambil berdiri!"
Demikianlah, sampai pagi, mereka terus bertarung. Entah berapa kali, tak terhitung. Keduanya akhirnya sama-sama ambruk kelelahan setelah matahari terbit. Namun sama-sama puas. Hari itu, mereka tidak pergi ke sekolah. Tenaga mereka sudah terkuras habis!
***
Di kamar sebelah, Edward membuka matanya. Ternyata matahari telah naik tinggi. Sinar matahari yang menerobos dari ventilasi, jatuh tepat ke wajahnya. Terasa panas, Edward segera melompat! Jam di kamarnya telah menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit.
Pada saat sedang duduk di pinggiran ranjang, Dia mendengar suara cekikikan perempuan. Edward mengenalinya, itu suara Bella dan Esme. Dia segera bangkit dari duduknya dan keluar dari kamar.
"Nah, dia sudah bangun…!” seru Bella. "Capek ya, sayang?” tanyanya.
Edward mengangguk. Sama seperti Emmet dan Rosalie, semalam suntuk, dia juga bertempur dengan Bella. Tadi tenaganya benar-benar habis. Namun sekarang, setelah beristirahat sebentar, dia kembali segar. Sesegar bunga yang baru mekar. Inilah kelebihan Edward yang sangat disenangi oleh vampir-vampir perempuan.
“Aku mandi dulu, ya." ujarnya.
"Silahkan," jawab Bella manja. Sedangkan Esme cuma melihatnya dengan senyum terkulum dibibir.
Edward segera berlalu ke kamar mandi. Saat itulah, Esme menjawil Bella. ”Yakin kamu mau membaginya denganku?”
Bella mengangguk. ”Aku yakin, Edward pasti juga senang.”
Edward dengan pendengaran tajamnya bisa mendengar omongan kedua perempuan itu, tapi tidak mengerti apa maksudnya. Dia segera mandi sepuas-puasnya. Berusaha menghilangkan keringat dan sperma yang menempel di tubuh putihnya. Selesai mandi, badannya  terasa semakin segar lagi.
Edward keluar dari kamar mandi dan segera kembali ke kamarnya. Saat itulah dia terkejut sekali saat mendapati Bella dan Esme sudah terlentang di tempat tidurnya dalam keadaan tubuh telanjang bulat tanpa busana! Tetapi hanya sekejap dia terkesiap. Edward segera melepas handuk yang membelit tubuhnya dan dengan tubuh sama-sama telanjang, dia menyergap tubuh mulus Esme yang terlentang di pinggiran tempat tidur.
Esme membalas, tapi agak malu-mau.
"Sayang!" ujar Bella sambil merangkulnya dari belakang. "Aku sering menceritakan tentang dirimu pada Esme. Dan dia terkesan, ingin pula mencicipi kejantananmu yang perkasa itu!"
"Betulkah itu, Esme?" tanya Edward sambil memandangi vampir cantik setengah baya yang sudah dia anggap ibu ini.
Esme mengejap-ngejapkan matanya. "Eh, tidak ! Eh, iya! Tetapi nggak apa-apa, kan! Kamu bersedia kan memberikan kenikmatan kepadaku!" ujarnya agak tergagap.
"Tentu saja!” sahut Edward sambil mulai membelai payudara Esme yang bulat menantang. Meski tidak cukup besar tapi cukup menggoda juga. ”Tapi, apa Carlisle tidak bisa memberikannya kepadamu?”
”Dia bisa,” terang Esme. ”Tapi, aku butuh variasi saja. Aku sudah pernah melakukannya dengan Jasper dan Emmet. Tinggal kamu yang belum.”
”Ah, benarkah?” Edward memilin-milin puting Esme yang mungil kemerahan.
”Gimana, sayang? Kamu bersedia kan?” kali ini Bella yang bertanya.
”Seharusnya aku yang bertanya begitu!” sahut Edward.
Bella tertawa. ”Aku tidak keberatan kok. Yang penting hatimu tetap jadi milikku.”
”Tentu saja, sayang. Aku selalu mencintaimu.” Edward menciumnya. ”Dan kau, Esme,” dia berpaling pada wanita setengah baya yang sekarang berada dalam pelukannya. ”Akan kuberikan kenikmatan yang sempurna kepadamua!” bisiknya
Esme tertawa-tawa kecil ketika Edward menunduk dan mulai mengecupi bibir dan seluruh wajahnya bertubi-tubi. Lehernya yang jenjang merangsang juga mendapat jatah. Lalu puting-puting susunya yang tegak merangsang. Uf! Ternyata menggeluti wanita setengah baya seperti Esme mempunyai keasyikan tersendiri. Buah dadanya lebih besar dan lebih padat pada millk Bella. Puting susunya pun lebih besar dan merangsang! Demikian pula bukit kemaluannya. Lebih mencuat. Hanya saja, rambut kemaluannya sangat lebat, tidak serapi milik Bella!
"Ed! Ehg... Aukhhhh!!!" Esme menjerit sejadi-jadinya saat kepala penis Edward yang bengkak dan besar menyeruak masuk menusuk lubang vaginanya yang hangat dan lebar. Dia merasakan nikmat yang amat sangat. Ini bisa dimaklumi karena Esme sudah sering merasakan senjata yang besarnya seperti kemaluan kuda dari Jasper maupun Emmet!
"Ed! Geli banget... !!" rintihnya berkelojotan.
"Tahan, Esme. Tahan!" ujar Edward sambil. memegangi kedua kaki wanita cantik itu. "Nanti kau bakal merasakan yang lebih enak lagi!"
Benar saja. Kalau tadi Esme merasakan geli, lama kelamaan rasa geli itu hilang, berganti dengan rasa nikmat yang luar biasa. Sudah tentu Esme jadi senang sekali. Gerakan-gerakan memutar pantat dan pinggulnya sungguh romantis, seirama dengan ayunan-ayunan pantat Edward yang naik turun dan sesekali melakukan gerakan memutar yang aduhai.
"Oukh, Ed! Enak, sayang...!" demikian jeritnya berulang-ulang.
Edward tersenyum sambil terus juga menyerbu bukit kemaluan Esme yang indah menantang. Bella yang menyaksikan adegan itu jadi ikut terangsang. Segera dia berdiri, mengangkangi kepala Edward. Ditariknya kepala pemuda itu kearah kemaluannya yang sudah basah menetes-netes.
"Ayo, sayang! Ciumi punyaku! Aku juga sudah tidak tahan!" ujarnya dengan suara sengau tak menentu.
Edward yang mengerti segera menjulurkan lidahnya. Dia melakukan dua macam kesibukan. Sementara kemaluannya menerobos keluar masuk belahan daging Esme, mulutnya dengan mesra menciumi bukit kemaluan Bella yang sudah mekar menantang.
"Ed! Aukhhh! Terus, Ed! Iyyyyaaakhhh...! " Esme terus meracau.
"Aduh, Sayang, enaknya! Terus! Terus, sayang! Kelentitnya... Ya! Yang itu! Jilat yang itu! Hmmm... Ugghhhhhh! Gigit, Sayang! Gigit yang keras!!!" Bella juga meracau, malah lebih parah, sambil tangannya menekan belakang kepala Edward sehingga hidung dan mulut lelaki muda itu masuk seluruhnya ke belahan kemaluannya yang duah sangat mekar semekar-mekarnya.
"Besssss!"
"Sleessep!"
"Blessss!"
"Ahkhhhh... ih!"
"Oukh...!!"
”Hmhhh...!!"
Berbagai suara terus terdengar mengiringi permainan mereka yang semakin memanas. Sambil sesekali diselingi dengan berkecipaknya penis Benny yang timbul tenggelam, terdengar sangat merdu dan mesra di telinga ketiga vampir itu.
Lama mereka bertarung mati-matian, sampai akhirnya Bella yang terlebih dulu kejang. Gadis itu menekan belakang kepala Edward sekuat-kuatnya sambil menjerit histeris.
"Sayang! Aku keluar... !!! Sshhh... AARRGGHHHHHHHHH...!!" setengah berdiri, tubuh sintal Bella meliuk-liuk seperti orang kesetanan! Kepalanya terlempar kesana-kemari. Dengkulnya gemetar kuat sekali. Punggungnya setengah menekuk bagaikan udang. Tangannya meremas-remas dan menjambak-jambak rambut Edward sampai lelaki itu merasa sakit.
Saat itulah, Edward merasakan semburan-semburan lahar panas dari dalam lorong vagina sang kekasih. Banyak sekali. Kental dan licin. Edward bagaikan
orang yang haus, dengan rakus meneguk semua cairan itu. Tanpa tersisa sedikit pun. Terasa amis dan sedikit pesing!
Bella segera jatuh bergelimpang dengan lemasnya. Namun terlihat sangat puas!
Sementara di sebelahnya, Edward masih bertarung dengan Esme. Dua menit setelah kejatuhannya, barulah wanita setengah baya itu menjerit-jerit histeris. Tubuhnya berkelojotan seperti ayam yang baru di sembelih. Esme Menggelepar-gelepar.
"Oukh, Ed! Aku keluar! Ssshhh, Ed! Ahhhhhh... Enak banget!!!” seketika  lahar menyembur-nyembur dari dalam kemaluan wanita cantik berambut panjang itu. Matanya terbeliak-beliak. Cuma kelihatan putihnya saja. Kuku-kukunya yang panjang-panjang itu mencakar-cakar punggung Edward sampai berdarah!
Esme segera lemas setelah mencapai puncak kenikmatannya. Namun Edward sendiri belum, dia masih terus menaik turunkan pantatnya dengan bersemangat.
"Oukh, Ed! Aku lemas! Letih! Istirahat dulu, Ed!!!" Esme merintih-rintih.
"Sebentar. Tanggung, nih! Aku sudah mau keluar! Tahan ya!" ujar Edward tersendat-sendat.
"Ampun, Ed! Ampunn!!!" Esme terus merintih.
Tetapi mana mau Edward mempedulikan rintihan-rintihan wanita itu. Malah Edward semakin ganas dan bersemangat menghujamkan batang kemaluannya hingga Esme meronta-ronta. Edward menekan tubuh wanita cantik itu dengan tangannya agar terdiam. Sementara penisnya terus bekerja.
Blassssh!
Slesssepsss!
Srrroot!
Blassshhhh!!
Sruutt!
"Ampun, Ed! Ampun!" Esme kembali merintih.
"Sebentar, Esme...!!" raung Edward.
Dari letih, lemas dan tidak bertenaga, akhirnya Esme jadi bernafsu lagi karena bukit kemaluannya terus menerus diserbu habis-habisan oleh penis Edward yang perkasa. Dan dia pun mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya, memutar-mutarnya erotis.
"Ed! Uukh... kau sungguh perkasa dan pintar. Aku jadi nafsu lagi. Enak lagi.” Esme mengacak-acak rambut Edward.
Dan merekapun terus bertarung, mendaki bukit yang terjal. Lima belas menit kemudian, barulah keduanya mencapai orgasme secara bersamaan.
"Esme! Aku keluar, ssshhh...! Akkkkhhhh!! Oukhhhhh!" Edward menggeram hebat bagaikan harimau lapar bertemu lawan. Kedua lengannya yang kekar memeluk dan menekan tubuh Esme sekuat-kuatnya sehingga wanita cantik itu merasakan tubuhnya remuk seketika.
"Oukh, Ed! Aku juga keluar! Ssssh... akhhhhh!!" Banjirlah lorong vagina Esme yang sempit, sehingga sebagian menetes-netes keluar, membasahi sprei.
Semprotan-semprotan bertubi-tuhi telah menyemburkan cairan yang luar biasa banyaknya, saling bercampur kental, hangat dan licin! Hmmmmmh, benar-benar sorga dunia!
Edward segera turun dari tubuh mulus Esme. Bella yang sudah mendapatkan istirahat cukup setelah menyemprotkan cairan kewanitaan, kembali bergairah. Tanpa memberikan Edward kesempatan untuk beristirahat, ditariknya lelaki itu dari tempat tidur.
"Ayo, sayang! Kerjai aku sambil berdiri...!!" ujarnya sambil tersengal-sengal penuh nafsu.
Edward bukanlah Edward kalau dia tidak mampu melayani tantangan perempuan secantik Bella. Dasar mesin seks, sekalipun tanpa istirahat, dia sanggup untuk bertarung lagi.
Dalam keadaan berdiri, Edward menekan tubuh montok Bella ke tembok. Sebelah paha gadis itu diangkatnya tinggi-tinggi sehingga memperlihatkan belahan kemaluan yang sudah menganga selebar-lebarnya. Dia lalu mengunjamkan senjatanya ke belahan yang amat menawan itu.
"Oukh, sayang!! Enak!" Bella merintih.
Pertarungan sengit sambil berdiri itu dimenangkan oleh Edward. Bella lebih dulu mengeluarkan cairannya dan segera merosot jatuh lemas ke lantai. Edward yang penasaran karena belum mencapai puncak kenikmatan, dengan senjata masih tegak mengacung, mendatangi Esme yang masih berbaring dengan kedua paha terkangkang lebar. Dia segera menubruk dan menggumulinya. Kali ini lebih dahysat dari pada yang sudah-sudah!
Demikianlah berganti-ganti Edward mengerjai kedua perempuan cantik itu. Dia benar-benar kuda jantan yang patut diacungi jempol. Bella dan Esme jadi terpuaskan dibuatnya.
***
Alice terkejut saat Jasper mengajaknya makan malam untuk yang pertama kalinya, hanya berdua. Kini, mereka tengah berada di sebuah restoran Perancis, dengan suasana yang amat romantis.
"Bagaimana?" tanya Jasper.
"Ini luar biasa!" jawab Alice.
"Bukan untuk menyenangkanku saja, kan? Bukankah seharusnya kau sudah tahu?"
"Aku?"
"Ya, kemampuanmu."
Alice tersenyum, "Karena kemampuan ini, aku tahu kalau di masa depan aku akan bertemu denganmu, Jasper, dan.."
"..."
"...aku sama sekali tak menyesali menjadi seseorang yang sangat mencintaimu," Alice memegang tangan Jasper.
"Maaf ya, aku hanya dapat memberi ini."
"Ini sudah lebih dari cukup, Jasper!"
Jasper memberanikan untuk menatap Alice, yang ia lihat hanya keseriusan dari mata emas itu, mata yang sama dengan miliknya. Ia sama sekali tak menyesal telah memilih Alice, dan menikahinya. Sama sekali tak ada penyesalan sedikit pun.
"Aku mencintaimu, Alice."
"Katakan lagi, Jasper."
"Tidak mau."
"Jasper!"
"Hanya menggodamu, sayang. I love you."
"Love you too. Hey, ayo habiskan makananmu!"
"Memang vampir punya rasa lapar?"
"Oh, ayolah. Sesekali berpura-pura menjadi manusia tak apa, kan?"
Jasper tersenyum kecil mendengar pernyataan Alice, lalu melahap makanan di depannya. Sebenarnya tak ada selera, namun tadi Carlisle yang memberinya uang agar dapat mengajak Alice makan berdua. Ah, ulang tahun pernikahan mereka, yang entah sudah berapa puluh tahun.
Ya, Alice sama sekali tak menyesal pernah menunggu Jasper saat itu di restoran Philadelphia. Apalagi jika akhirnya mereka bisa bersama selamanya. Sebagai vampire. Keluarga Cullen sudah cukup untuk disebut sebagai 'keluarga'.

0 comments:

Post a Comment

 

©2011Pojokan Dewasa | by TNB