Monday 18 February 2013
Zanzonet
"Jenderal akan menemuimu sekarang,” kata si ajudan.
Zanzonet memasuki ruangan besar.
"Situasi kita sangat mengkhawatirkan, Zanzonet."
kata Pemimpin Tertinggi. "Waktu kita hampir habis dan kita harus bertindak
cepat. Kita harus mengambil alih planet bumi sebelum kita sendiri kehabisan
sumber daya. Waktunya adalah sekarang. Kamu
harus pergi ke Bumi dan menuntaskan misi kita. Kau
lah prajurit terbesar dan paling berani yang pernah ada. Kau harus membunuh
pahlawan pelindung mereka sebelum kita dapat menyerang. Namanya Supergirl.
”Tapi senjata itu punya kelemahan, dibutuhkan waktu
satu menit untuk mengisi ulang tenaganya sebelum kau bisa menggunakannya lagi. Tapi
aku yakin, untuk seorang prajurit terlatih sepertimu, itu tidak akan ada
masalah, kau akan berhasil di serangan yang pertama. Aku juga menyediakan
perangkat dari bahan sintetis untuk menahan Supergirl ketika kau sudah
membutakannya. Kurung dia lalu bunuh.
”Yang perlu kau ingat adalah, Supergirl punya
teman, namanya Wonder Woman. Meski kemampuannya juga luar biasa, tapi dia
relatif mudah dikalahkan. Cukup ikat dia dengan lasonya, maka Wonder Woman akan
menjadi milikmu, sepenuhnya.
“Ini, ambil. Bawa juga beberapa senjata yang sudah
sering kau gunakan di medan perang, siapa tahu bisa membantu. Ada pertanyaan?”
"Tidak,
Yang Mulia." jawab Zanzonet. "Saya mengerti semuanya. Saya sudah
berlatih keras untuk misi ini. Saya pasti akan berhasil!"
"Baik! Sekarang untuk rincian akhir. Kamu harus meniru
bentuk makhluk Bumi. Aku lebih memilih kamu berubah jadi perempuan. Ini akan
lebih menguntungkan. Sebentar lagi akan kutunjukkan beberapa contoh perempuan
yang kuambil dari siaran teve di Bumi, pilih salah satu. Nanti setelah tiba di
Bumi, pasang bom dengan timer di beberapa bangunan yang penting, aku sarankan
sebuah sekolah atau rumah sakit. Lalu hubungi media lokal, katakan kepada
mereka bahwa sebuah bom akan meledak tidak lama lagi. Dan bom berikutnya akan
meledak jika Supergirl tidak muncul menemuimu dalam waktu setengah jam. Apakah semuanya jelas?"
"Ya, Yang Mulia." Zanzonet menjawab.
Mereka lalu berbalik untuk melihat siaran teve dari
Bumi. Pada layar monitor, terlihat
pertandingan voli pantai. Seorang gadis Latin dengan tinggi 6 kaki 2 inci
tengah men-smash bola. Rambut coklatnya yang panjang diikat ekor kuda ke
belakang. Payudaranya yang besar bergoyang indah saat ia menjejakkan kaki ke
tanah. Benar-benar sosok yang sempurna dan menakjubkan. Zanzonet menyukainya.
"Bekukan itu yang satu itu!" Zanzonet
berteriak. "Aku akan mengambil bentuknya."
Teknisi menekan beberapa tombol dan dalam beberapa
detik, Zanzonet secara menakjubkan berubah bentuk menjadi pemain bola voli di
layar teve. Wajah, rambut, warna kulit, bentuk tubuh, bahkan bajunya pun juga
sama. Mereka sukar untuk dibedakan.
"Luar biasa," Zanzonet mengagumi dirinya
sendiri saat berkaca pada cermin.
"Semoga berhasil, Zanzonet." kata
pemimpin tertinggi. "Kelangsungan hidup kita sangat tergantung pada kesuksesanmu."
"Saya tidak akan mengecewakan Anda." kata
Zanzonet saat ia melangkah ke dalam mesin transporter.
Detik berikutnya, ia sudah berada di Bumi. Zanzonet
merasa aneh berada di dalam tubuh
manusianya. Ia merasa tidak nyaman. Diperhatikannya pantulan dirinya di cermin.
Tubuhnya terlihat janggal, tapi juga sangat menarik. Zanzonet penasaran dengan
tonjolan kembar yang menggantung besar di
dadanya. Dia bertanya-tanya, untuk apa benda itu? Pelan, Zanzonet
merabanya dan langsung gemetar begitu merasakan sensasi nikmat dan nyaman yang
mengalir deras melalui tubuhnya. Dia terkejut melihat putingnya menjadi keras.
Saat ia meneruskan membelai payudaranya, Zanzonet mulai merasa kelembaban
mengembang di antara kedua kakinya. Dia merasa keinginan yang tak bisa
dijelaskan menyentuh daerah…
Tidak! Hentikan! Zanzonet segera menyudahi aksinya.
Dia
memiliki misi untuk diselesaikan, tidak ada waktu untuk ini sekarang. Dia
adalah prajurit terbesar di planetnya. Dia telah berlatih untuk misi selama
bertahun-tahun. Dia harus fokus. Bunuh Supergirl!
Zanzonet sering membayangkan Supergirl sebagai
setan di pikirannya sebagai bagian dari pelatihannya, sehingga dia sekarang
memiliki kebencian yang mengakar dan naluriah yang mendalam untuk membunuh
pahlawan satu itu. Ini akan menjadi pertempuran akhir dan Supergirl tidak akan
diberinya kesempatan untuk berdiri kembali.
Zanzonet segera mempelajari peta kota sehingga
mendapatkan gambaran lingkungan sekitarnya. Tidak ada masalah yang berarti,
dengan cepat dia menaruh bom-bomnya, dan kembali ke rumah yang sudah disediakan
oleh sang jenderal untuknya, dan mulai membuat panggilan: "Dengarkan
baik-baik. Sebuah bom akan meledak di depan kantor walikota tepat dua menit
lagi."
"Tunggu sebentar," kata suara di sisi
seberang, menyuruhnya menunggu. Orang itu berteriak ke editornya, "Hei,
ada wanita gila pada saluranku yang mengatakan bahwa bom akan meledak di depan
kantor walikota dalam dua menit. Aku tidak tahu apakah dia serius atau tidak,
tapi sebaiknya kita tetap menghubungi Supergirl."
Lalu pria itu kembali pada Zanzonet, "Maaf
telah membuat Anda menunggu. Apa yang kau katakan tadi?"
"Dengarkan aku idiot sialan," teriak
Zanzonet. "Sebuah bom akan meledak dalam 1 menit, dan aku akan terus
meledakkan bangunan di seluruh kota kecuali kau memanggil Supergirl ke kantormu
dalam setengah jam lagi. Nanti akan kuhubungi lagi.”
Klik! Telepon ditutup. Zanzonet tersenyum dingin,
rencana cukup lancar sampai sejauh ini.
***
Supergirl sedang terbang di atas kota ketika ia
mendengar dering akrab di telinganya. Itu adalah nada bahaya dari system
darurat yang memungkinkan penegak hukum dan orang-orang penting lainnya di kota
untuk memberitahunya secara langsung bila ada bencana atau bahaya yang
mengancam kota.
"Supergirl, ini adalah Walikota. Kami memiliki
laporan sebuah bom akan meledak di kantorku. Tolong periksa. Dan masih ada
lagi, datanglah ke kantor berita begitu kau selesai.”
Supergirl bergegas ke kantor walikota, dia
memutarinya dan dengan cepat menemukan bomnya.
Terbang dengan kecepatan super, dia meraup bom itu dan membawanya
melambung ke angkasa dimana benda itu meledak beberapa detik kemudian. Bencana
baru saja bisa dicegah.
Dua menit kemudian, Supergirl duduk di kantor media
lokal dan menerima penjelasan tentang ancaman Zanzonet. Mereka menunggu wanita itu
menelepon kembali. Tak lama, panggilan tiba. "Supergirl, temui aku dalam
satu jam di 1167 highway 67 atau aku akan meledakkan separuh kota..."
Supergirl menerobos langit-langit sebelum Zanzonet
menyelesaikan kalimatnya. Dia bertekad untuk mengakhiri ini dengan cepat.
Zanzonet tampak tertegun. Supergirl mendarat di
depannya, bahkan saat dia belum meletakkan teleponnya. Pahlawan itu masuk
menerobos rumahnya dengan sepenuh kekuatannya. Dia menatap dingin pada
Zanzonet. Aneh rasanya melihat seorang penjahat yang cuma mengenakan bikini dan
sepatu kets. Tidak sesuai dengan perkiraannya semula.
"Seperti yang kau lihat, orang asing, aku
disini, memenuhi panggilanmu." Supergirl berkata penuh percaya diri.
"Ya, aku tidak menyangka kau akan muncul
begitu cepat," Zanzonet menjawab. "kau menerobos pintu rumahku, dan
membuat kekacauan disini."
Supergirl tidak tertarik pada jawaban Zanzonet. "Bom-mu
akan membunuh ratusan orang seandainya aku tidak datang tepat waktu. Kau
terang-terangan mengabaikan kehidupan manusia, itu membuatku marah! Kau tahu,
kau gila! Akan kupastikan kau dikurung untuk waktu yang sangat sangat lama.
Ayo, kau ikut denganku!"
"Aku tidak BERPIKIR begitu, Supergirl! Izinkan aku untuk
memperkenalkan diriku. Aku Zanzonet, dan aku datang ke sini untuk
membunuhmu!"
Supergirl mengangkat tangannya untuk menutupi
mulutnya yang terbuka, pura-pura menguap. "Yeah, tentu saja. AKU
BENAR-BENAR KETAKUTAN!"
Zanzonet bergegas menyerang. Supergirl mengundurkan
diri ke samping dan meraih bikini atas dan bawah Zanzonet dan melemparkan
perempuan itu ke dinding di seberang ruangan. Zanzonet mendarat dengan keras.
Tapi dia segera bangkit kembali, sedikit mengejutkan Supergirl. Zanzonet
kembali menyerang. Supergirl mengulang lagi manuvernya, hanya saja kali ini dia
melemparkan Zanzonet dengan kekuatan lebih.
Tapi Zanzonet tetap bangkit dan kembali menghadapi
Supergirl yang tambah terkejut. "Ternyata kau tidak begitu kuat,
Superbitch! Aku tidak takut padamu!" geramnya.
Supergirl tak percaya. "SUPERBITCH? Kau berani
memanggilku SUPERBITCH?! Aku harus mengajarkan sopan santun kepadamu!" Dia
berjalan marah ke arah Zanzonet dan menampar wajah perempuan itu.
Zanzonet terlempar sepuluh meter ke samping. Supergirl
memburunya dan mengangkatnya dari tanah
dan menamparnya lagi. Zanzonet terlempar lagi, lebih jauh. "Tidak begitu
kuat, heh? Superbitch?! Kau telah membuat kesalahan besar telah membuatku
marah!”
Diangkatnya Zanzonet dari lantai, lalu ditinjunya
kuat-kuat wajah perempuan itu. Supergirl sedikit menahan tenaganya, tidak ingin
membunuh bajingan itu cepat-cepat. Tapi itu sudah cukup untuk membuat Zanzonet
melayang dan mendarat keras di reruntuhan tembok.
Gemetaran, Zanzonet berusaha untuk menegakkan
tubuhnya. Dia terlihat bingung, tapi sebenarnya dia sedang mengamati Supergirl.
Dari tadi
dia terpesona pada tonjolan buah dada Supergirl yang cukup besar. Baju
Supergirl yang ketat membingkai payudara itu dengan begitu sempurna. Terlihat
indah di balik logo “S”-nya. Zanzonet memperhatikan bahwa benda itu tampak
lebih besar dan lebih bulat dari punyanya sendiri. Dia juga memperhatikan dua
bulatan mungil yang mencuat dari balik logo "S" itu.
Teringat pengalamannya baru-baru ini, Zanzonet jadi
tertarik untuk memegangnya. Apakah rasanya akan sama? Dipicu oleh rasa benci
dan marahnya pada Supergirl, dia ingin memberi pelajaran pada perempuan itu
sebelum dia membunuhnya.
Supergirl mendekatinya, mengangkatnya dan berkata,
"Aku yakin kau sudah mengerti sekarang."
Zanzonet pura-pura lemah namun sebenarnya dia
tengah menempatkan kaki kanannya di belakang kaki Supergirl. Lalu dengan
tiba-tiba dia menjegalnya. Supergirl
yang terkejut, terjatuh dengan pantat lebih dahulu.
"HAHAHA…" Zanzonet tertawa keras.
"Rasakan itu, Stupidgirl?!"
Malu dan jengkel, Supergirl melompat berdiri dan
menghadapi Zanzonet, "Oh, jadi kau benar-benar ingin menantangku. Baik,
kau yang minta." Supergirl berkata marah. Dia mengangkat Zanzonet dan
mulai memukuli perempuan itu bertubi-tubi.
Supergirl mengejek Zanzonet saat ia memukulinya. "Jadi,
kau pikir dirimu kuat, huh? Kamu pikir bisa menang melawan Supergirl?
Ketahuilah, akulah kekuatan utama di planet ini!"
Supergirl tidak tahu mengapa Zanzonet masih sadar. Seharusnya pukulan
seperti ini sudah bisa membunuh manusia. Memang, pikir Supergirl, Zanzonet
mempunyai fisik yang mengagumkan dengan tubuh aduhai, tapi bagaimana mungkin
dia bisa bertahan hidup dari serangan sebrutal ini?
"O-oke, Supergirl. OK. K-kau menang, a-aku
kalah. C-cukup.
H-hentikan!" pinta Zanzonet, lirih.
"Sekarang kau tahu bagaimana rasanya
melawanku?! Ayo,” Supergirl melangkah ke depan, ingin meringkus Zanzonet. Dikiranya
dia sudah menang hingga tidak waspada ketika Zanzonet menekan tombol kecil di
jam tangannya sambil memejamkan matanya.
Tiba-tiba ledakan menyilaukan berwarna hijau
menyelimuti ruangan. Supergirl sesaat buta dan lemas. Tapi itu sudah cukup bagi
Zanzonet untuk melepaskan pukulan besar langsung ke rahang Supergirl. Kaki
Supergirl sampai tertekuk saat menerimanya. Zanzonet melanjutkan serangannya
dengan mengait rahang Supergirl. Dia mengunci lengannya ke sisi tubuh pahlawan
cantik itu.
Pandangan Supergirl perlahan menjadi normal, tetapi
gelombang rasa sakit melumpuhkan tubuhnya. Dia tidak bisa memahami bagaimana
pukulan Zanzonet telah mempengaruhi kekuatannya.
Zanzonet kembali menghajarnya. Tendangan putar yang
sempurna ke rahang Supergirl mengirim gadis itu menabrak lantai dengan begitu keras.
Supergirl tertegun. Zanzonet senang dia mempunyai kaki-kaki panjang yang
sempurna, tendangannya menjadi sangat ringan. Dia lalu meraih rambut panjang
Supergirl dan mengangkatnya. Dia mengirim sikutnya ke sisi wajah gadis itu.
Supergirl terkena telak, namun anehnya dia merasa
tidak begitu sakit. Kekuatannya perlahan kembali. Zanzonet memukul lagi, dan kali ini tidak
terasa sama sekali. Zanzonet memukul
lagi dan Supergirl menangkap tinju wanita itu dengan mudah. Dia tersenyum pada
Zanzonet. "Aku tidak tahu bagaimana kamu melakukannya, tapi kamu telah
membuang satu-satunya kesempatanmu untuk mengalahkanku. Sekarang, aku akan
mengakhirinya.”
Supergirl menahan Zanzonet dengan tangan kirinya,
dan menarik tangan kanannya jauh ke belakang untuk bersiap memukul wanita itu
keras-keras, sampai mati. Posisi itu membuat payudaranya menonjol luar biasa,
begitu indah. Supergirl menatap mata Zanzonet dan berkata, "Bersiaplah
untuk..."
Kilatan lain membanjiri ruangan. Supergirl tidak
pernah sempat melepaskan pukulannya. Dia kembali lemas, dan tidak bisa lagi
menahan tubuh Zanzonet. Dia membiarkan
penjahat itu terlepas.
Zanzonet segera bereaksi. Dia bangkit dan menyerang
Supergirl tanpa ampun. Dipukulnya wajah, kepala, perut, dan payudara pahlawan
super itu. Dia menendangi Supergirl lagi dan lagi. Semua dilakukannya dalam
hitungan detik saat lampu kilat menyala. Zanzonet adalah seorang master sejati
di pertempuran jarak dekat, ia bagaikan mengelap lantai dengan tubuh Supergirl.
Supergirl yang buta sesaat cuma bisa tertegun dan
sakit hati. Dia tidak bisa memahami bagaimana hal seperti ini bisa terjadi pada
seseorang yang sesempurna dirinya. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia
sedang berada dalam kesulitan serius. Tidak mau mati sia-sia, Supergirl menekan
tombol kecil di bawah gesper sabuknya. Itu akan mengaktifkan alat pelacak yang
dimiliki Wonder Woman. Dia butuh pertolongan wanita itu sekarang.
Zanzonet terus menghajarnya. Tapi seiring waktu,
Supergirl mulai merasa kuat lagi dan langsung menyesal karena telah mengirimkan
sinyal. Mulai waspada, Supergirl balas menyerang. Dia menjegal Zanzonet dan
menduduki tubuh seksi bajingan sadis itu. Pukulannya balas menghantam
bertubi-tubi.
Zanzonet yang kembali terdesak, melihat puting
Supergirl tumbuh menjadi sedikit lebih besar. Itu karena Supergirl merasa
nyaman dengan fakta bahwa dia kembali memegang kendali. Ketika kilatan lain
membanjiri ruangan, Zanzonet meraih payudara Supergirl dan mendorongnya
keras-keras, menyingkirkan gadis itu dari tubuhnya.
Untuk sesaat, Zanzonet merasa heran. Dia menemukan
bahwa dirinya menjadi terangsang saat memegang payudara Supergirl. Dia merasa
putingnya mengeras. Penasaran, Zanzonet kembali menyerang. Dia meraih payudara
Supergirl dan melemparkan gadis itu ke seberang ruangan. Dan benar, dia
terangsang. Bergairah, Zanzonet kembali meraih payudara Supergirl dan
melemparkan gadis itu ke sisi ruangan yang lain. Dan diteruskan dengan memegang
payudara Supergirl dan mengangkatnya lurus ke udara. Zanzonet mengangkat salah
satu lututnya dan menendang Supergirl tepat di selangkangannya. Dia lalu
melepaskan gadis itu dan membiarkan Supergirl jatuh ke lantai, menggeliat
kesakitan. Zanzonet segera menendanginya berulang kali, tepat di bulatan
payudaranya.
Entah mengapa, kekuatan Supergirl tidak kembali
saat ini. Zanzonet mengangkatnya lagi dan membanting tubuhnya ke dinding. Penjahat
itu terus menyerang dan membantainya tanpa ampun. Pada saat lampu kilat
berikutnya meledak, Supergirl sudah jauh pergi. Dia pingsan.
Zanzonet membiarkan tubuh montok gadis itu merosot
ke tanah. Dia menatap tubuh Supergirl yang lemas tak berdaya di lantai dengan
penuh gairah. Dia hampir tidak bisa mengontrol birahi yang mengalir melalui
tubuhnya. Zanzonet ingin sekali memegang payudara Supergirl. Dia sangat
menikmati rasa puting Supergirl yang mengganjal sekeras batu di telapak
tangannya.
Setelah memastikan Supergirl benar-benar pingsan,
Zanzonet membawanya ke tempat tidur. Dia membaringkan Supergirl di atas
ranjang. Zanzonet sudah tidak bisa menahan diri lagi. Dia sangat tertarik pada
buah dada menakjubkan yang dimiliki oleh wanita super itu. Zanzonet mengangkat
tubuh Supergirl yang masih tak sadarkan diri dalam posisi duduk. Dia menyambar
kerah biru gadis itu dan menariknya ke bawah, mengekspos telanjang daging
lengan atasnya dan yang paling penting, payudaranya.
Benda itu tampak begitu sempurna. Bulat, besar, dan
tampak tidak kendor sedikit pun. Putingnya mencuat merah kecoklatan, keras dan
mengacung lurus ke depan. Permukaannya yang putih mulus tampak menyilaukan di
sore yang tak berangin itu.
Zanzonet terus menarik baju itu turun sampai lengan
Supergirl benar-benar terbuka. Gadis itu
telanjang dari pinggang ke atas sekarang. Terlihat begitu menggoda. Tubuhnya
sangat sempurna, begitu menakjubkan. Itu adalah pemandangan yang diimpikan
seluruh pria di seluruh galaksi, tetapi mereka tidak punya harapan untuk
menyaksikannya.
Zanzonet berdiri kembali untuk mengagumi keajaiban
kesempurnaan fisik bekas lawan bertarungnya. Kilatan lain meledak saat
dilihatnya tubuh setengah telanjang Supergirl sedikit mengejang. Dia tidak
ingin acaranya terganggu. Penuh minat, dipandanginya bulatan puting Supergirl
yang sempurna. Meski mungil, benda itu begitu keras hingga bisa mempenyokkan
baja.
Zanzonet harus berjuang keras untuk mempertahankan
kontrol dirinya. Dia masih ada tugas lain untuk dikerjakan. Butuh usaha yang
luar biasa baginya untuk mengalihkan matanya dari pemandangan yang mengagumkan
itu. Zanzonet harus pergi untuk mengambil alat penahan sintetisnya.
Dia memasang dua dari tiga sisi penahanan pada
lengan Supergirl yang tak berdaya. Saat itulah, Supergirl mengeluarkan erangan lemah,
gadis itu mulai sadar. Kilatan lain
menyala. Tubuh Supergirl bergetar sesaat sebelum akhirnya kembali terdiam,
pingsan.
Zanzonet selesai memasang penahan yang ketiga.
Supergirl sekarang terikat erat ke tempat tidur dengan tangan terbentang lebar di
atas kepala, membuat payudara gadis itu jadi tampak jauh lebih menonjol. Zanzonet
sudah akan menciumnya saat tiba-tiba...
CRASH…! CRASH…!
Dia tertegun oleh suara gaduh di belakangnya. Zanzonet
berbalik dan mendelik saat melihat seorang wanita cantik berpakaian merah dan
kuning menerobos masuk melalui jendela.
"Sialan!"
maki Zanzonet. Itu pasti Wonder Woman. Dia tidak menduga ini sebelumnya.
Wonder Woman berjalan mendekati Zanzonet dan
menyambar leher perempuan itu dengan lengannya yang kuat. "Aku tidak tahu
bagaimana kamu melakukan ini, tapi aku meringkusmu dan membiarkan Supergirl
merobekmu dari kanan ke kiri." Dia memperketat pegangannya di sekitar
tenggorokan Zanzonet.
Kilatan lain meledak, dan itu berefek pada Wonder
Woman, dia buta untuk sesaat. Meski tidak sampai lemah seperti Supergirl, tapi
itu sudah cukup bagi Zanzonet untuk mengangkat lututnya ke atas dan menendang
keras-keras selangkangannya.
Wonder Woman yang terkejut melepaskan
cengkeramannya pada leher Zanzonet. Zanzonet segera menekan payudaranya hingga
awan tebal gas beracun melesat keluar dari putingnya, mengirimnya ke wajah
Wonder Woman.
Mengaduh kesakitan, Wonder Woman menutup matanya
dan jatuh ke lantai. Zanzonet meraih laso sihir yang ada di pinggang ramping
wanita cantik itu dan mengikat tubuh montok Wonder Woman kuat-kuat.
"Wonder Woman," Zanzonet berkata.
"akankah laso ini membuatmu berada di bawah kendaliku?"
Wonder
Woman berjuang sia-sia. "I-iya…" sahutnya lemah.
"Apakah
ini juga akan membuatmu mengatakan yang sebenarnya?"
"I.. iy.. iyaaa."
"Apa sumber kekuatanmu?"
Wonder Woman menggelengkan kepalanya bolak-balik,
berusaha mati-matian untuk tidak menjawab. "A-aku... Sa… s-sabukkku… sabuk sihirku…"
Zanzonet segera melepas ikat pinggang itu. Wonder Woman tidak berdaya untuk menolak.
"Bisakah kau melarikan diri saat kamu berada
di dalam laso ini?"
"T-tidak."
Zanzonet mengangkangi tubuh Wonder Woman yang tak
berdaya dan mendaratkan pukulan besar langsung ke rahangnya. Wonder Woman
pingsan seketika. Zanzonet memperketat lilitan laso di sekitar pinggang wanita
cantik itu, tangan Wonder Woman juga diikatnya ke belakang punggung, dan
menggantungnya ke dinding. Wonder Woman semakin tidak berdaya saat Zanzonet
mengambil sabuk ajaibnya dan menyembunyikannya di ruangan lain.
Supergirl yang mulai sadar, berusaha menarik-narik
penahan sintetisnya, tapi tidak mampu membebaskan dirinya. Dia terlalu lemah.
Ia segera melirik ke bawah, ke arah logo "S"-nya yang megah. Logo itu
selalu berhasil menjadi sumber kekuatan dan kebanggaannya. Dia membutuhkan
keduanya sekarang. Tapi Supergirl langsung berteriak ngeri saat tidak bisa menemukannya.
Malah yang ada, payudaranya yang sempurna tampak terekspos keluar. Dia
telanjang! Bergetar keras, Supergirl mencoba lagi merusak penahan, tapi tidak
berhasil.
“Di mana Wonder Woman? Dia seharusnya sudah di sini
sekarang.” Supergirl bertanya-tanya. Apa gunanya tombol darurat ini jika tidak
ada respon sesegera mungkin. Dan juga, dimana Zanzonet? Supergirl mengangkat
kepalanya untuk melihat-lihat dan langsung shock saat mendapati tubuh montok
Wonder Woman tampak terikat erat ke dinding.
Kilatan lain membanjiri ruangan. Tubuh Supergirl
mengejang sekali lagi dan kepalanya jatuh kembali ke tempat tidur. Dia masih
sadar, tapi hampir pingsan.
Zanzonet yang baru balik dari menaruh sabuk di
ruang lain, kembali untuk mengurusi dua pahlawan super yang baru dia tangkap. Saat
melihat bayangan dirinya di cermin. Zanzonet menemukan bahwa ia juga sama
mengesankannya seperti dua wanita cantik yang baru saja dia kalahkan. Dia
melihat putingnya tampak menonjol dan menggoda dari balik bikininya, dan mau
tak mau dia menyentuhnya. Tubuh Zanzonet langsung meledak oleh gelombang gairah seksual. Ia membelai-belai
dirinya sendiri. Dia merasa terdorong untuk mencapai celah di antara kedua
kakinya dan memasukkan jari-jarinya. Lututnya
jadi lemas saat dia melakukannya. Zanzonet jatuh ke tanah dengan satu tangan di
payudaranya dan satu di dalam vaginanya. Dalam beberapa menit, ia merasakan
perasaan asing menyapu tubuh mulusnya. Cuma dengan masturbasi, ia orgasme untuk
pertama kalinya. Dan harus diakui, Zanzonet menyukainya.
Sementara itu, baik Wonder Woman maupun Supergirl
telah kembali sadar dan berusaha mencari cara untuk keluar dari kekacauan ini. Tapi
setelah kilat yang terakhir, Supergirl merasa sangat lemah.
Zanzonet masuk ke ruangan, disegarkan oleh sensasi
orgasmenya. Dia ingin mengakhiri ini dengan singkat. Dia berjalan ke arah
Supergirl dan menepuk-nepuk muka gadis itu, memastikannya tetap pingsan. Masih
sedikit terangsang, Zanzonet membuat catatan untuk memperingatkan para pemimpin
tentang hal ini, bahwa birahi adalah efek samping yang sangat mengganggu dari
menggunakan tubuh duniawi.
Dia lalu memutar langkah dan berbalik menuju ke
arah Wonder Woman. Zanzonet menatapnya tajam. Dilihat dari bentuk tubuhnya yang
aduhai, ia paham bahwa Wonder Woman juga cukup mengesankan secara fisik. Payudara
wanita itu tampak begitu besar, juga cukup bulat. Zanzonet yang sudah terobsesi
dengan payudara, tidak bisa mengendalikan diri lagi. Dia segera berlutut di
hadapan Wonder Woman, menggapai punggung belakang, dan membuka ritsleting
bustier wanita cantik itu. Dibiarkannya payudara Wonder Woman yang besarnya
minta ampun terburai keluar. Membandingkannya dengan milik Supergirl, Zanzonet
merasa payudara Wonder Woman jauh lebih indah dan bulat. Sungguh benda yang
sangat sempurna.
Supergirl yang tersadar kembali, demi melihat apa
yang telah dilakukan oleh Zanzonet, segera berteriak. "Zanzonet! Saat aku
berhasil keluar dari sini, aku akan memusnahkanmu. Aku akan membuatmu menyesal
telah dilahirkan, kau mengerti?!!"
Zanzonet berjalan ke arah Supergirl, dan mencubit
kedua puting gadis itu. "Tidak satu pun dari kalian yang akan keluar dari
sini. Kalian berdua akan segera mati!"
Supergirl marah pada dirinya sendiri saat menikmati
rasa sakit dan manis akibat cubitan Zanzonet pada putingnya. Dia tidak bisa
tidak mengagumi bahwa Zanzonet memang luar biasa cantik dan seksi. Supergirl
merasa akrab dengan wajah itu, tapi dia tidak bisa mengingat dimana.
Zanzonet merogoh tasnya dan mengeluarkan sebotol
krim. Krim berwarna ungu untuk membangkitkan gairah seseorang. Dia meraup
setumpuk krim pada jarinya dan berjalan ke arah Wonder Woman. Dia mengoleskan
krim itu ke payudara Wonder Woman.
Wonder Woman tanpa sadar langsung mengerutkan
bibirnya dan melenguh, “Oghhhh…” sebagai respon kenikmatan gelombang kejut yang
menjalari bulatan payudaranya.
Zanzonet melepas laso dari dinding dan menyuruh
Wonder Woman untuk berdiri dan berjalan ke arahnya. Wonder Woman tidak berdaya
untuk menolak. Tangannya masih terikat ke belakang, membuat payudaranya yang
besar tampak menonjol menggiurkan, dengan krim berwarna ungu menutupi
permukaannya yang putih dan mulus.
Beriringan, mereka berjalan mendekati Supergirl. Zanzonet
menyuruh Wonder Woman untuk menaiki tubuh montok gadis itu. Mata Supergirl
terbuka lebar oleh teror.
"Wonder Woman," Zanzonet berkata. "kau
bisa kan merangsang wanita?”
Wonder Woman mengangguk.
”Kalau begitu, sekarang rangsang temanmu. Beri dia kenikmatan
penuh.” perintahnya. Zanzonet melekatkan
ujung laso ke tempat tidur, melingkarkan lengannya di pinggang ramping Wonder
Woman dan memutarnya tengkurap 1 kaki di atas tubuh Supergirl. Zanzonet
memposisikannya hingga krim ungu Wonder Woman menetes mengenai payudara jumbo
Supergirl.
Dan kemudian, dengan pelan, Zanzonet menurunkan
tubuh Wonder Woman sampai putingnya
menyentuh puting Supergirl. Dia lalu menggerakkan tubuh Wonder Woman maju
mundur sehingga puting mereka bergesekan dan saling bertubrukan. Krim ungu di
payudara Wonder Woman perlahan menempel membasahi puting Supergirl, membuat
benda mungil itu semakin meruncing dan mencuat.
Supergirl jadi tidak bisa menahan diri lagi, dia
pun berteriak. ”Aaahhhh... aku tak tahaaannnn..." sebagai efek dari
gesekan krim ungu dan payudara luar biasa milik Wonder Woman, dia akhirnya
menyerah. Beban otak dan tubuhnya terlalu berlebihan untuk ia tanggung.
Wonder Woman yang juga terangsang berat, menimpali
teriakan itu dengan geraman rendah. "Aagghhhhsss…” Kedua tubuh wanita itu
gemetar hebat. Satu dengan penuh kenikmatan, dan yang lainnya dengan nikmat dan
rasa sakit.
Zanzonet terus menggesek-gesekkan payudara Wonder
Woman ke bulatan buah dada Supergirl, sampai kedua wanita super itu basah kuyup
di daerah dimana mereka sangat butuh pelepasan. Krim hijau adalah senjata yang
paling kuat dari Zanzonet, dan payudara Supergirl sekarang dipenuhi oleh benda
itu.
Merintih, Supergirl berada di ambang kesadaran. Sedangkan
Wonder Woman masih kaku seperti papan. Meski pikirannya masih sadar, ia tidak
berdaya untuk menolak. Meskipun dia membenci apa yang terjadi sini, tapi itu di
luar kendalinya.
Supergirl mulai siuman. "Tidak... s-stop…
hentikan! Kumohon… a-aku tidak b-bisa menahannya l-lagii…" dia menghiba
saat Zanzonet terus menggosokkan buah dada Wonder Woman pada payudaranya.
Tapi anehnya, justru Wonder Woman yang pertama
berteriak. "Oh... oh... oh... oh…" jeritnya dalam kepuasan saat
tubuhnya meledak karena orgasme paling intens yang belum pernah ia alami
sebelumnya.
Rasa nikmat itu menyebar dengan cepat, seperti
menguap, dan merasuki tubuh Supergirl yang melemah. Tubuh montok gadis itu
mulai kejang-kejang dan tak lama, orgasme besar menghantamnya bertubi-tubi. Rasanya
begitu luar biasa, tapi Supergirl tidak bisa berteriak karena dia sangat lemah.
Tubuhnya hampir tidak bisa bergerak, tetapi gelombang demi gelombang orgasme
terus bergegas melalui tubuhnya yang tak berdaya.
Zanzonet yang sudah terangsang hebat, melepaskan
Wonder Woman dan mengatur dirinya di atas tubuh Supergirl. Gadis itu diam,
tidak melawan sedikit pun, dia malah terlihat asyik menikmati sisa-sisa
orgasmenya.
Zanzonet tidak pernah membayangkan ini sebelumnya,
bisa mendapatkan Wonder Woman dan Supergirl dalam satu waktu. Itu jauh di luar
harapannya. Bahkan dalam tahun-tahun pelatihannya yang keras, dia tidak pernah
sesukses ini. Jenderal pasti akan bangga padanya.
Dia menarik Wonder Woman ke samping, membiarkan
wanita cantik itu berguling ke sisi tempat tidur di sebelah mereka. Zanzonet
mengeluarkan pistol, memasukkan satu peluru, dan menembak bagian belakang
kepala Wonder Woman. Meski suaranya cukup keras, Supergirl tidak menyadari hal
ini, dia masih setengah sadar.
Zanzonet mengeluarkan dua peluru lagi, kali ini
berwarna hijau karena sudah dicampur oleh ekstrak batu Kryptonit, dan memasukkannya ke dalam pistol. Supergirl
melihat apa yang dilakukan Zanzonet melalui kaca, tapi matanya yang masih kabur
tidak memahami apa yang sedang terjadi.
Zanzonet
mengarahkan pistolnya dan melepaskan dua tembakan ke jantung Supergirl. Orgasme gadis itu langsung
terhenti!
Zanzonet
segera menghubungi komandannya melalui radio, "Misi telah dilaksanakan
dengan sukses. Lanjutkan dengan serangan..."
0 comments:
Post a Comment