Monday 18 February 2013
Alone
"Tenanglah
Gendut! Aku dan Manajer sialan ini sedang melacak pelakunya." jawab
Hiruma yang tengah duduk disamping Mamori yang tengah mengeluarkan
cairan tubuhnya karena konsentrasi yang tinggi.
"Jadi semua akan baik-baik saja?" tanya Kurita cemas.
"Ini
demi Sena!" ucap Mamori dengan nada seriusnya. Dalam hatinya, ia cemas.
"Sena, aku pasti menemukan pelakunya!" ucapnya dalam hati. Hiruma
memandang Mamori datar, kerutan diwajahnya menandakan ia sedikit heran
akan wanita didepannya.
"Manajer sialan, apa kau masih mau melacak pelakunya? Sekarang sudah sore." tanya Hiruma datar.
"Benar Mamori, sebaiknya kau pulang." tambah Kurita cemas.
"MAX! Biar kuantar Mamoriku." Monta yang tiba-tiba muncul tak digubris oleh yang lain hingga aura hitam menyelimutinya.
"Terima kasih, tapi maaf.. Sebelum kutemukan pelakunya, aku tak akan pulang!" jawab Mamori penuh keseriusan.
"Baiklah,
biar aku saja yang melacaknya. Kau tenang saja manajer sialan. Kalian
pulang saja!" tukas Hiruma dengan senyum iblisnya. "Cerberus! Usir
mereka!" perintah Hiruma kepada anjing killer kesayangannya itu hingga
semuanya lari terbirit-birit.
***
FLASHBACK. . .
"Mamori-nee, aku ambil bolanya dulu ya?" ucap Sena yang tengah berlatih bersama teman-temannya.
"Iya,
Sena, jangan lama-lama." jawab Mamori yang senantiasa menjaga adik
angkatnya itu. Senyum manis merekah diwajahnya ketika ia melihat suasana
latihan disekitarnya.
"Hey, Manajer sialan, dimana Sena?" tanya
Hiruma yang tiba-tiba muncul dengan senjata Ak-47nya. Sesekali ia
mengunyah permen karet didalam mulutnya dengan melihat sekeliling.
"Hiruma-kun? Dia sedang. . . "
"AAAAAA...!!!"
teriakan seseorang yang tak asing lagi mendengung ditelinga Mamori dan
memutus pembicaraannya. Ia segera menuju asal suara itu. "SENA!" teriak
Mamori dari jauh.
Semuanya berlari menyusul Mamori.
***
"SENA!"
teriak Mamori yang terkejut melihat adiknya terbujur kaku diatas tanah
dengan helm transparan yang masih melekat di kepalanya.
"Mamori-nee," desis Sena ketika Mamori memeluknya.
"SENA!" Suzuna yang baru datang pun berlari menuju Sena. Ia duduk disamping Mamori dengan cemas.
"Siapa
yang melakukannya? Memalukan sekali menghajar si pendek ini." ucap
Hiruma. Tidak seperti biasanya, wajahnya mengerut melihat sosok manajer
dihadapannya.
"Cepat bawa dia kerumah sakit. Jangan hanya diam
saja." jawab Hiruma yang tengah membelakangi mereka dan berjalan menuju
ruangan Deimon.
"Biar aku saja yang membawa Sena ke rumah sakit, Mamonee," ucap Suzuna sambil menggenggam tangan Sena erat.
"Suzuna?
Ehm, baiklah. Kalian 3 bersaudara, antarkan Suzuna. Aku tidak ingin
terjadi sesuatu pada Sena diperjalanan." perintah Mamori mantap. Sorotan
mata merahnya benar-benar menandakan kecemasan mendalam pada adiknya.
"Baik, serahkan saja pada kami." jawab Jumonji mantap.
"Aku
juga ikut! Aku tidak akan membiarkan Sena dihajar lagi!" tambah
Daikichi yang mengawal diantara Suzuna dan Sena. Mereka semua pergi
meninggalkan Mamori.
"Mamori, kau dipanggil Hiruma!" teriak Kurita
yang ternyata ada di dalam ruangan Deimon bersama Monta, Manabu, Tetsuo
dan tentunya Hiruma. Mamori pun segera menuju ruangan Deimon.
***
"Ada apa Hiruma-kun?" tanya Mamori yang tengah menghampiri Hiruma.
"Apa
kau tidak mau melacak pelakunya, Manajer sialan? Aku menemukan sebuah
sobekan baju tim berwarna ungu. Mungkin ini milik salah satu dari lawan
kita." jelas Hiruma.
Tangan Mamori mengepal dan ia membungkuk. "Mohon bantuannya, Hiruma-kun."
FLASHBACK END!
***
"Bagaimana, Hiruma-kun?" tanya Mamori.
"Kekeke, seperti yang sudah kuduga." jawab Hiruma dengan tawa iblisnya.
"Si-siapa?" tanya Mamori tegang.
Tapi Hiruma tak menjawabnya, ia malah mengambil ponsel dalam sakunya dan menelpon seseorang. "Hey
Jumonji, aku punya tugas untukmu dan 2 saudara anehmu itu." ucap Hiruma
ketika berbicara diponselnya. Mamori hanya bisa melihatnya. Ia tidak
mengerti apa yang tengah dibicarakan Hiruma diponselnya.
'Tut'
Hiruma menutup teleponya dan kembali memasukan ponsel ke dalam sakunya. "Semua
beres, Manajer sialan. Pelakunya ketemu dan si pendek juga sudah
membaik." ucap Hiruma terkekeh sambil berjalan keluar ruangan Deimon.
"Benarkah? H-Hey! Jangan tinggalkan aku, Hiruma-kun!" pinta Mamori sambil berlari menyusul Hiruma keluar.
"Kekekeke.. Kenapa kau mengikutiku? Kau takut ya?" ejek Hiruma.
"Ti-tidak..
Aku hanya ingin tahu siapa pelakunya." elak Mamori dengan pipinya yang
memerah. Sebenarnya, ia memang takut ditinggal sendiri pada malam hari
di sekolah ini. Apalagi sekolah telah dikunci. Lalu, bagaimana ia pulang?
"Pelakunya
akan kuberitahu besok saja, manajer sialan. Sekarang aku ingin tidur."
tukas Hiruma santai. Ia memasukan kedua tangan ke saku celananya dan
pergi menuju sekolah.
"H-Hiruma-kun, kenapa kita ke sekolah?
Disana terlalu gelap." tanya Mamori yang mulai bergidik ketakukan.
Hiruma hanya terkekeh melihatnya.
"Salahmu sendiri mengikutiku,
manajer sialan. Aku tak pernah menyuruhmu mengikutiku." jawab Hiruma
ketus. Wajah iblisnya menyeringai menelusuri lorong sekolah lantai dua
ini.
"Aku kan tidak enak sendirian. Lalu mau kemana?" tanya Mamori.
"Tentu saja mau tidur!" jawab Hiruma singkat.
''Klontankk. . .!!!''
"KYAAAAAA!!" teriak Mamori sambil merangkul erat tangan Hiruma ketika mendengar suara itu.
"Kau kenapa Manajer sialan? Penakut sekali." ejek Hiruma santai. Ia segera menuju ruang UKS, ruangan paling ujung dilantai dua.
"Hiruma-kun," panggil Mamori gugup.
"Ada apa?" tanya Hiruma yang kemudian melompat ke kasur empuk di ruangan UKS.
"Apa kau mau tidur disini?" tanya Mamori datar.
"Tentu
saja. Aku lelah, mencari tempat terdekat tidak apa kan? Kau juga
sebaiknya tidur, Manajer sialan." pinta Hiruma dengan senyum iblisnya.
"A-aku mau saja tidur," jawab Mamori.
"Lalu? Ya tidur saja." ucap Hiruma sambil merebahkan tubuhnya.
Alis Mamori naik sebelah dan berdecit, tangannya mengepal keras. "Tapi,
AKU TIDAK MAU SATU RANJANG DENGANMU, HIRUMA-KUN BODOH!" geram Mamori.
Hiruma hanya terkekeh pelan. Memang di ruangan UKS hanya terdapat satu
tempat tidur saja.
"Terserah kau saja kalau mau tidur diluar sana.
Masih mending kan ku beri tempat?"
Mamori yang merasa terpojok akhirnya
terpaksa tidur satu ranjang dengan Hiruma. "Baik, aku tidur
disini. Tapi kalau kau macam-macam, awas saja!" ancam Mamori yang tidur
membelakangi Hiruma yang tidur terlentang.
"Macam-macam seperti
apa, Manajer sialan?" tanya Hiruma terkekeh sambil memutar tubuhnya
menuju arah yang sama dengan Mamori.
Mamori terdiam, wajahnya memerah. "Po-pokoknya yang tidak ku sukai." jawabnya.
"Seperti ini?" tanya Hiruma seraya meremas payudara wanita yang diketahui blasteran America - Jepang itu.
"Hi-Hiruma-kun.."
Mamori terkejut dengan kelakuan Hiruma tersebut.
Hiruma hanya
menyeringai iblis. Aura hitam benar-benar menguasai tubuhnya. "Atau
yang seperti ini?" lanjutnya kembali dengan seringai liciknya sambil
meremas payudara Mamori yang satunya hingga kedua tangan Hiruma meremas
kedua payudara Mamori bersamaan.
"Aahh! Hiruma-kun.." Mamori mulai mendesah pelan. Wajahnya sekarang merah padam. Kulitnya berubah menjadi pucat dan lemas.
"Atau
maksudmu begini?" kembali Hiruma bertanya dengan bibirnya yang menuju
ke jenjang lehernya. Menjilati sisi sensitif wanita tingkat pertama.
Sesekali, ia menggigitnya namun tahu bila Mamori akan kesakitan, ia
segera menghisapnya.
"Jelaskan padaku, macam-macam apa yang kau
maksud manajer sialan?" desis Hiruma disela-sela hisapannya ke leher
Mamori. Tangannya yang mulai gatal seakan ingin melakukan lebih hingga
ia meremas payudara Mamori dengan kuat.
"Aaaaaahh! Cukup, Hiruma-kunh!" pinta Mamori.
Namun Hiruma tak mengindahkannya sedikitpun.
"Hentikan! Hiruma-kun!" teriak Mamori dengan nada yang cukup tinggi.
Hiruma
menelentangkan tubuh Mamori lalu ia menuju ke atas tubuh Mamori
perlahan. Lalu ia menundukan kepalanya menuju ke arah Mamori hingga jarak
diantara wajah mereka hanya tinggal beberapa centi saja.
"Kau mau
apa, Manajer sialan?" ejek Hiruma dengan seringai iblisnya. Kali ini
Mamori benar-benar membayangkan yang dihadapannya adalah iblis berwajah
setan.
"A-aku, hmmmph!" belum sempat Mamori mengeluarkan
kata-kata, Hiruma sudah mengunci bibir Mamori dengan bibirnya. Mamori
melawan, ia mendorong-dorong tubuh Hiruma, namun kekuatan Hiruma tentu
saja jauh melebihi kekuatan Mamori.
"Hmmmphh.." desis pelan
terdengar menuju telinga Hiruma seakan ia berkata, "Lepaskan aku, dasar
IBLIS!"
Hiruma hanya menyeringai senang. Ia melumat bibir Mamori dan
mulai memasuki rongga mulutnya. Menjelajahi setiap rahang hingga
mengabsen gigi-gigi putih Mamori. Tangannya tentu tidak tinggal diam, ia
berusaha membuka baju Mamori dan berhasil, lalu ia melemparnya. Begitu
pula dengan bra yang berhasil ia copot, ia buang begitu saja. Malang
sekali bajunya.
Tangan Hiruma mulai beraksi lagi. Ia tengah
memijit-mijit payudara Mamori dan sesekali menekannya lalu ia tarik
lagi. Begitu seterusnya hingga pasokan udara dalam tubuh mereka habis
dan Hiruma melepasnya.
"Ahhh.. Hah.. Hah.." Mamori sedikit
bernafas lega, ia menggigit bibirnya, berusaha mengingat apa yang baru
saja dilakukan iblis ini padanya.
"Jangan kau pikir ini sudah
berakhir ya, Manajer sialan!" ungkap Hiruma yang kembali dengan aura
hitamnya. Ia mulai membuka bajunya hingga menampakan tubuh atletis
miliknya.
Mamori terkejut, ia mulai menggerak-gerakan tangannya berusaha
mundur. Namun, Hiruma segera menahan tangan Mamori. Lidah Hiruma
benar-benar tergiur dengan tubuh Mamori.
"Ahhh! Hah.. Hah..
Hiruma-kun, hentikan!" desah Mamori semakin terdengar dan bagi Hiruma,
itu adalah suara yang merdu. Saat itu, Hiruma tengah menjilati kembali
leher Mamori, tangannya pun kembali memijat payudara Mamori, namun kini
tangan kirinya mulai menuju bagian paling sensitif dalam tubuh wanita.
"Hiruma-kunhh!
Mmmmhh.." Mamori membungkam bibirnya dengan menggigit bibirnya sendiri.
Ia mencengkram tangan Hiruma yang tengah asyik menikmati tubuhnya.
Hiruma
yang sedari tadi menjilat leher Mamori mulai turun menuju payudara
Mamori dengan cekatan seraya membuka celana dan CD yang sekarang tengah
bernasib sama dengan baju dan bra Mamori.
"Kau seksi juga ya,
Manajer sialan." goda Hiruma yang masih dengan senyum iblisnya. Ia
segera menjilati payudara kanan Mamori hingga membuat Mamori kegelian.
Tangan kirinya pun tak tinggal diam, ia segera meremas kuat payudara
Mamori tanpa ampun. Dan tangan kanannya juga ikut andil menjamah vagina
cantik Mamori, menyentuh klitorisnya dengan ibu jari lalu memasukan 2
jari langsung ke dalam vagina Mamori lalu menjelajahi isi didalamnya.
"Aahhh..
Ahhh.. Hiruma-kun! HENTIKAN!" wajah Mamori benar-benar memerah. Ia
mencoba menahan sensasi dengan menahan dirinya dan menjambak rambut
Hiruma. Sayangnya Hiruma tak peduli, ia terus saja melakukan hal yang
sama.
Hiruma
segera mengubah posisi tangannya. Sekarang tangan kanan Hiruma tengah
meremas payudara Mamori sebelah kanan, lidahnya tengah menikmati
payudara yang kiri, dan 2 jari pada tangan kirinya mulai memasuki rongga
vagina Mamori. Dari dua kemudian menjadi 3 dan 4. Meninggalkan sang ibu
jari sendiri menekan klitoris lembut Mamori.
"Kena juga, Kekeke!" batin Hiruma dan. . .
"Aaahhh..."
desah Mamori tak tertahan. 4 jari Hiruma telah berhasil menemukan titik
G-spot pada dirinya yang tengah dalam keadaan hampir orgasme tersebut.
"HIRUMA-KUNH!!!
LEPASKAN SEMUA RASA INI. AKU BELUM SIAP MENERIMANYA!" jerit Mamori
memohon. Dengan hentakan itu, Hiruma menghentikan gerak tangan kanan dan
lidahnya lalu mulai duduk dihadapan Mamori.
"Baiklah jika itu
maumu, Manajer sialan!" jawab Hiruma dengan seringai liciknya. Ia segera
mempercepat gerakan tangannya yang mulai basah terkena cairan Mamori
hingga Mamori benar-benar orgasme.
"Ahhhhhh.. Hah.. Hah.." desis Mamori ketika ia mulai mengatur kembali nafasnya. Tubuhnya cukup lemas ketika ia orgasme.
"Hey,
Manajer sialan, kau ini santai sekali. Kau masih harus melayaniku."
ucap Hiruma dengan nada tingginya yang menakutkan. Siapa yang tidak
takut dengan seringai Hiruma?
"Hi-Hiruma-kun..?"
Tanpa basa-basi, Hiruma langsung membuka celana dan CDnya, lalu ia menarik Mamori dan menempelkannya ke dinding.
"Kumohon, Hiruma-kun.." mohon Mamori.
Hiruma kini dengan aba-aba satu dua
tiganya mulai mengangkat kaki kiri Mamori, lalu memasukan penisnya yang
tengah mengeras ke dalam rongga vagina wanita berambut merah itu seraya
mencium bibirnya untuk meredam rasa sakit manajernya.
Rasa sakit
yang teramat sangat menjalar ke seluruh tubuh Mamori, terutama dalam
rongga vaginanya. Terbukti dengan raut wajah Mamori yang tegang, giginya
yang tengah menggigit bibir Hiruma dan darah yang mengucur ketika
Hiruma memasukan seluruh penisnya ke dalam dirinya hingga mereka
bersatu.
Hiruma mulai menggerakan pelan penisnya perlahan,
memastikan Mamori mulai terbiasa akan dirinya seraya meremas buah dada
Mamori dan melumat bibirnya. Penisnya yang mulai merasa nikmat, tidak
tahan untuk meminta lebih. Ia mempercepat gerakannya dan melepas bibir
Mamori, sekedar ingin mendengar desah seksi Mamori yang menggairahkan
dirinya.
"Haaaah.. Hah.. Hah.. Hah.. Hiruma kunhh..!!!" desah
beraturan Mamori seakan aba-aba untuk Hiruma supaya memuaskan Mamori. Ia
segera mempercepat gerakannya sehingga Mamori orgasme untuk kedua
kalinya.
"Ahhhh. . .!"
cairan Mamori membasahi penis Hiruma di dalam tubuhnya. Hiruma hanya
menyeringai lalu melepas penisnya. Ia membalikan tubuh Mamori
membelakanginya, menempelkan tubuh Mamori kuat ke dinding hingga Mamori
menahan tubuhnya dengan kedua tangannya. Segera Hiruma menaikkan bokong
Mamori.
"Hiruma-kun! Jangan lagi!" mohon Mamori memelas dengan
wajah sayu. Sayang, Hiruma bukanlah pria yang mudah terpengaruh. Tanpa
aba-aba, ia memasukan kembali penisnya ke dalam vagina Mamori.
"Aaaaahh..." desah Mamori panjang. Cairan tubuh mulai menguras
tenaganya, ia benar-benar lemas menghadapi iblis dihadapannya ini.
Hiruma
segera menggerakan tubuhnya dengan cepat dan kasar hingga Mamori
benar-benar kesakitan dibuatnya. Bermaksud meredam sakit, Hiruma
menjatuhkan tubuhnya ketubuh Mamori, menjilat lehernya dan meremas kedua
payudara Mamori. Posisi itu terus dipertahankan Hiruma hingga 10 menit.
"Manajer sialan, bersiaplah!" ucap Hiruma. Mamori merasa jantungnya ingin copot, tapi ia merasa ia pun ingin orgasme lagi.
"Aaahhhhh. . .!!"
"Aaaahhhhhh. . .!!"
Desah mereka bersama ketika orgasme bersama.
***
Di
sudut ruangan UKS, terlihat laki-laki iblis dengan seorang malaikat
wanita yang tengah tidur bersama. Rasa pilu dan nikmat masih menjalar
ditubuh keduanya. Hingga sinarlah yang menyadarkan mereka.
"Ternyata sudah pagi. Hey, manajer sialan, ayo bangun!" perintah Hiruma yang tengah menekan-nekan pipi Mamori.
"Ehm? Hi-Hiruma-kun.. HIRUMA-KUN!" Mamori langsung menjewer kuping Hiruma dengan kencang.
"Kau ini apa-apaan, Manajer sialan?" tanya Hiruma.
"MENYEBALKAN!" Mamori melepas jewerannya. Ia segera pergi dan bersiap ke sekolah.
Seperti biasa, Hiruma hanya terkekeh.
"Mamonee! Yonii!" Sizuna yang sedari tadi mencari mereka menghampiri mereka.
"
Sizuna, kenapa?" tanya Mamori.
"Lho
kok kenapa? Ya aku hanya senang saja, Sena sudah tidak apa-apa lagi
lho. Aku pasti menjaganya. Besok, ia akan kembali ke sekolah." jelas
Shizuna bersemangat.
"Oh, baguslah!" jawab Mamori.
"Hey, Hiruma, tugas yang kau berikan mudah sekali." ucap Kuroki dengan santainya.
"Yah, memang mudah. Kekeke..." jawab Hiruma santai.
"Eh? Ngomong-ngomong siapa pelakunya?" tanya Mamori.
"Jadi
kau belum tau ya? Itu, tim dari Dokubari Scorpion yang masih belum bisa
menerima kekalahannya saat melawan kita. Jadi dia mengincar Eyeshield."
jawab Jumonji.
"Ya, baju yang tipis, warna ungu tua dan rambutnya yang sebenarnya menempel. Bukti yang kuat kan?" Hiruma kembali menyeringai.
"Kenapa tidak kau lakukan sendiri sih? Sampai harus kami bertiga." tanya Togano penasaran.
"Aku melakukan hal yang lebih penting dari itu." jawabnya sambil melirik
Mamori. Semuanya terkejut dengan kelakuan Hiruma. "Mulai
sekarang, Manajer sialan ini adalah pacarku!," ucap Hiruma dengan
Pe-Denya sambil merangkul Mamori yang tengah merona
"Sekarang
kembali latihan, YAHAHA!" perintah Hiruma sambil menembakan AK-47 nya dan
semua bubar.
Hiruma dan Mamori pun bersatu, Sena pulih dan semua
senang. Kecuali Monta yang tengah menangis dipojokan dengan aura hitam
karena mengetahui Mamori yang sudah dimiliki orang lain.
0 comments:
Post a Comment