Sunday 17 February 2013
Getar Hasrat Hinata
Sore itu Sakura
kembali pulang ke rumahnya setelah selesai menjalani rutinitasnya berlatih menjadi
ninja pengobatan dengan Tsunade di lab Konoha. Ia berjalan dengan wajah tampak
lesu tak bergairah. Yaah, akhir-akhir ini memang banyak sekali hal-hal yang
membuatnya lelah, apalagi kedua orang tuanya hari ini sedang pergi keluar kota untuk beberapa hari,
membuatnya merasa bosan karena harus di rumah tanpa ada seseorang untuk diajak
ngobrol. Di tengah perjalanan, mata hijaunya tiba-tiba menangkap seseorang yang
telah lama ia kenal tak jauh dari tempatnya. Gadis itu adalah Hyuga Hinata,
sahabat Sakura sejak di akademi ninja selain Ino dan juga Tenten.
"Hei, Hinata!" Sakura berteriak memanggilnya.
"Eh, Sakura-chan." Hinata yang sedang berjalan
sambil melamun tersentak kaget mendengar suara Sakura.
"Sedang apa kau disini?" sapa Sakura sambil
tersenyum mendekati Hinata.
"Hmm, a-aku... Tadinya mencari guru Kurenai, tapi
rupanya dia sedang ada misi penting sekarang." Jawab Hinata dengan nada
grogi seperti kebiasaannya.
"Urusan penting ya?"
"Ah, nggak juga. Mungkin aku bisa ke rumah guru Kurenai
besok, cuman urusan tugas yang dia berikan padaku kemarin kok." Hinata
tersenyum.
"Hmm, ngomong-ngomong hari ini kau ada acara nggak,
Hinata?"
Gadis bermata lavender itu menatap Sakura sejenak lalu
menggeleng pelan.
"Kebetulan sekali, Hinata. Kau mau kan temani aku
hari ini? Orang tuaku lagi keluar kota dan aku lagi bete nih gak ada yang
nemani ngobrol di rumah. Gimana?"
Hinata terdiam sejenak sebelum tersenyum dan mengangguk. "Kenapa tidak? Kupikir itu ide yang bagus, Sakura-chan."
"Wah, bagus sekali. Thanks, Hinata-chan." kata Sakura
dengan mimik muka senang.
Diperjalanan, beberapa kali Sakura diam-diam mencuri
pandang ke arah Hinata. Yah, Hinata selalu mempesona Sakura sejak dulu. Selalu
ada sesuatu hal yang selalu membuat Sakura tertarik padanya, disamping bentuk
tubuhnya yang sintal alami itu. Sebenarnya, Sakura adalah gadis straight yang tertarik
dengan lawan jenisnya, namun entah mengapa dia juga suka mengagumi sahabatnya
itu secara sexual.
Setelah beberapa menit berjalan, mereka ahirnya sampai di
depan rumah Sakura. Sakura mempersilakan Hinata untuk duduk, sementara dia menuju
ke dapur menyiapkan minuman untuk mereka berdua. Tak berapa lama, Sakura keluar
dengan membawa dua cangkir kopi di tangannya.
"Jadi bagaimana kencanmu dengan Naruto?" tanya Sakura
sambil meletakkan kopi yang dibawanya di meja, lalu duduk di sebelah Hinata.
"Hmm, dia.." Hinata terdiam sesaat tak
melanjutkan perkataannya.
"Beberapa hari yang lalu kalian pergi berkencan
kan?" tanya Sakura.
"Memang benar sih. Tapi.. semuanya jadi kacau karena
aku," Hinata berusaha tersenyum untuk menutupi kesedihannya.
"Loh, kok gitu?"
"I-itu..." Hinata terdiam sejenak, wajahnya
tampak menyiratkan keragu-raguan untuk menjawab pertanyaan Sakura.
"Hei-hei, Hinata!" Sakura menggeleng pelan. "Aku
adalah sahabatmu kan? Masa dengan sahabat sendiri kau gak mau cerita?" dia
meneguk kopinya yang mulai mendingin sambil melirik gadis berambut indigo itu
memainkan jarinya. Hal yang biasa dilakukan Hinata ketika sedang nervous.
"Sebenarnya... dia waktu itu minta... cium." bisik
Hinata. Wajahnya memerah mengingat kejadian di kencan pertamanya itu.
"Terus... Kalian ciuman?" mimik muka Sakura
menjadi serius mendengar apa yang dikatakan Hinata.
"Itulah masalahnya. Umm... aku belum pernah ciuman,
karena itu... aku tak bisa. Lagi pula, aku masih belum berani."
Sakura tersenyum mendengar penjelasan Hinata. Ia tak
menyangka Hinata masih begitu polos tentang masalah itu. Disaat itulah muncul
ide mesum dibenaknya yang entah dari mana asalnya.
"Eh, Hinata, tampaknya kau perlu belajar banyak
tentang ciuman. Mungkin kau perlu berlatih dengan seseorang yang... bisa
membantumu." kata Sakura dengan nada suara yang menggiurkan.
"Hmm, y-yah... kupikir memang se-sebaiknya seperti
itu. Tapi, dengan siapa?" Hinata menatap sahabatnya dengan gelisah karena
dia mulai merasa arah pembicaraan ini menjurus ke sesuatu.
"Kau bisa mencobanya denganku, Hinata-chan." Sakura
merapatkan duduknya, dia mendekatkan mukanya ke wajah Hinata yang diam-diam ia
puja sejak dulu.
"S-sakura, apa yang kau... Hmmff!" Perkataan Hinata
langsung lenyap ketika bibir lembut Sakura bertemu dengan bibirnya. Untuk sesaat
gadis Hyuga itu diam tampa menggerakan mulutnya. Namun selanjutnya, dengan
perlahan ia mulai membalas ciuman Sakura. Matanya terpejam menikmati ciuman
pertamanya dengan gadis lain. Bibir Sakura terasa begitu lembut dan beraroma
strawberry, membuat Hinata semakin tergoda untuk melanjutkan ciuman itu.
"Bagaimana tadi, Hinata-chan? Kau menyukainya?"
tanya Sakura sesudah melepas pagutannya.
"Hmm, nikmat sekali, Sakura, tapi..." jawab Hinata
dengan muka memerah, dia tak mampu membohongi dirinya bahwa tadi ia menikmati
ciuman itu.
Sakura tertawa pelan melihat reaksinya. "Sekarang akan
kuajarkan ciuman yang lebih hot lagi. Namanya french kiss. Aku yakin kau akan lebih
menyukainya, Hinata. Ikuti saja gerakanku." Dia tersenyum nakal.
"Sa-sakura, aku... hmmmfffhh!" tanpa memberi Hinata
penjelasan, Sakura langsung melumat bibir Hinata sambil memeluknya erat. Lidah Sakura
langsung menyusup ke dalam mulut Hinata yang terbuka karena sempat kaget tadi.
Hinata perlahan mulai menikmati apa yang diperbuat Sakura dan mulai mengikuti
gerakan sang pengajar, dan mulai membelitkan lidahnya dengan lidah Sakura dan
memainkanya, saling menghisap lidah dan bertukar air liur. Setelah sepuluh
menit kemudian, baru mereka melepaskan pagutan dengan segaris liur tampak masih
menghubungkan kedua dagu mereka.
"Wow, itu tadi..." Sakura terengah-engah mencari
nafas. "… sangat hebat. Kau cepat belajar, Hinata-chan!" gumamnya.
Kedua mata mereka beradu dan disaat itulah Sakura melihat
sesuatu di mata Hinata, sebentuk hasrat yang terpendam. Mengetahui bahwa Hinata
saat ini menginginkan hal yang sama seperti dirinya, Sakura mulai memegang
tangan Hinata dan menjilati jari telunjuknya sambil memandangnya. Gadis Hyuga
itu terpejam sambil mendesah. Mata Hinata membuka dan disaat itulah dia melihat
bibir Sakura sudah satu centimeter di depan bibirnya.
"Ohh... S-sakuraaa," desah Hinata disaat Sakura
menyerangnya.
Ciuman mereka kembali terulang. Setelah menyerang bibir Hinata,
gadis pink itu beralih ke leher Hinata yang indah menggoda. Saat Sakura memberi
cupangan-cupangan di daerah sensitifnya, Hinata menjadi lupa diri. Gairahnya
bangkit mengalahkan akal yang membendung hasratnya saat ini sementara Sakura
semakin tersulut oleh gairahnya sendiri. Tak ada yang mengira hal ini bisa
terjadi namun kini terjadi. Dengan masih berciuman, Sakura membimbing Hinata ke
kamarnya dan menguncinya. Disana ia melucuti jaket Hinata berikut baju lain
yang dikenakannya, disusul dengan menanggalkan bajunya sendiri hingga kini
mereka polos telanjang bagaikan bayi yang baru terlahir ke dunia.
Sakura mendorong tubuh Hinata ke ranjang dan menindihnya.
Payudara mereka menempel, perut mereka yang ramping menyatu dan selangkangan
mereka saling menghimpit. Sejenak mereka kembali memulai ciuman basahnya.
Saling mengeksplore lidah masing-masing. Setelah beberapa menit, Sakura melepas
ciuman mereka karena merasa Hinata ingin mengatakan sesuatu.
"Sa-sakura, aku belum pernah melakukan hal ini
dengan gadis lain sebelumnya." kata Hinata ragu-ragu, wajahnya masih
merona akibat birahi yang berusaha ditahannya.
"Sst, tenang, Hinata. Santai saja dan nikmati apa yang
akan kutunjukan padamu sekarang." Sakura meletakan jari telunjuknya di
bibir gadis Hyuga itu dan tersenyum.
Hinata masih ingin memprotes, tapi Sakura segera mendiamkannya
dengan sebuah ciuman. Ia melumatnya dengan rakus hingga gadis itu terlihat mulai
tenang menikmati bibirnya. Sakura melepas bibirnya dan dia mula bergerak
menggesekkan tubuhnya dengan tubuh Hinata, membuat kedua payudaranya saling
bergesekan dengan payudara Hinata yang berukuran besar itu. Puting susu mereka
menjadi saling beradu, saling terpilin, membuat keduanya merintih penuh kenikmatan.
Sambil terus bergerak, kedua selangkangan mereka saling mengait
menjadi satu dan dengan itu Sakura memberikan kenikmatan utama pada Hinata
dengan menggoyangkan pinggulnya sehingga vagina mereka yang menempel saling
bergesekan, membuat kedua klitoris mereka juga ikut tergesek.
Tangan Hinata meremas bokong Sakura dan dengan reflek
mengikuti gerakan Sakura dengan mulai menggerakkan pantat dan pinggulnya agar
kontras dengan goyangan sahabatnya itu. Bunyi seperti air berkecipak memenuhi ruangan kamar Sakura, bercampur dengan
aroma khas kewanitaan yang muncul dari vagina mereka yang sudah dibanjiri
cairan lengket bening, membuat desah nikmat mereka semakin liar. Gerakan mereka semakin
cepat. Dan Hinata mulai merasakan sesuatu hendak keluar dari dalam liang
surganya.
"Ahhhhh... ahhhhh... ngghhhhh... S-sakura,
sepertinya ahhhhh... a-aku mau... Ahhhh....!" Hinata mencoba
memperingatkan Sakura, namun gadis itu malah mempercepat gerakannya sambil
mendesah keras.
"Nggh... Hinata, ahhhhh... aku juga ahhhhh...!"
seru Sakura sambil terus mempercepat goyangannya dan memeluk erat tubuh Hinata dan...
"Aaaaahhhhhhhhhhh..!" teriakan mereka terdengar
serentak memenuhi ruangan ketika bendungan mereka jebol. Tubuh mereka meledak
disaat hampir bersamaan mencapai klimaks.
Untuk sesaat tubuh mereka lunglai dan mereka roboh di atas
pembaringan, saling berpelukan dan saling cium.
"Hmm, aku belum selesai denganmu, Hinata." Sakura
berbisik di telinga Hinata, membuat mata Hinata yang terpejam langsung terbuka karena
terkejut.
Dirasakanya jilatan lidah Sakura perlahan kembali
bergerak mencium bibirnya dan mengarah turun ke dagu dan terus turun ke leher
dan berakhir di gundukan melonnya yang masih mengeras akibat birahi.
"Aahhhhhhh.." rintih Hinata saat dengan liarnya
Sakura mengemut putingnya dan menghisapnya sambil tangan kanannya meremas dan
memilin-milin puting susu di payudara yang satunya.
"Payudaramu benar-benar besar, Hinata. Terasa lembut
dan kenyal. Aku selalu memimpikan memiliki payudara seindah dirimu. Hhmmm...!"
Sakura meracau diantara aksinya mencumbui buah dada milik sahabatnya itu. Dia
menghisap dan mencucup dengan gemas, tak menghiraukan desahan dan rintihan Hinata
yang menghiba.
”Uh, geli, Sakura.” desis Hinata saat Sakura meremas dan
memilin putingnya dengan keras, sementara kepala gadis itu meluncur turun menuju
ke arah selangkangannya yang sudah sedikit terbuka, siap menerima aksi dari
Sakura selanjutnya.
Lidah gadis berambut pink itu langsung mengulas-ulas bibir
vagina Hinata, menggesek-gesek belahannya yang sempit dan menyeruput cairan lengket
yang terus keluar dari dalam liangnya. Sakura juga memainkan klitoris Hinata
yang mungil hingga membuat tubuh gadis berambut hitam itu melengkung kebelakang
menahan nikmat.
"Shhhhhh... aaaahhhhhhh... S-sakura, apa yang kau-
ahhhhhh... l-lidahmu... oughh! J-jangan berhenti. Terus, Sakura! Aahhh... aku
menikmatinya!” rintih Hinata.
Sakura berhenti sejenak sambil tersenyum, tak percaya
mendengar apa yang barusan dikatakan sahabatnya itu. Kenikmatan yang diberikan
gadis pink itu ternyata telah cukup membuat Hinata mendesah liar tanpa
disadarinya.
"Gadis nakal. Kau menyukai apa yang kulakukan
sekarang kan? Jangan khawatir, aku akan bikin kamu lebih menyukainya
lagi." kata Sakura sebelum kembali membenamkan kepalanya di selangkangan Hinata
yang sudah basah, membuat Hinata kembali mendesah penuh kenikmatan.
”Auw, aaggghhhhhh...!” Hinata mengerang sambil kedua
matanya terbelakak karena terkejut. Dibawah sana, lidah Sakura terasa tidak hanya
menusuk, tapi juga berputar-putar di area G-spotnya hingga tak lama kemudian,
dia menyadari bahwa mulut Sakura telah menyelimuti seluruh permukaan bukit
nikmatnya.
"Sakura, jangan di... Arrgghhhhhh...!!!"
Terlambat, dengan liar Sakura telah menghisap vaginanya berikut klitorisnya
dengan keras.
Kombinasi rangsangan Sakura di putingnya serta permainan
lidah dan mulut berbakat Sakura di gundukan vaginanya cukup untuk mengirim Hinata
ke puncak orgasme keduanya. Tubuh gadis itu mengejang dan bola matanya terputar
ke belakang. Jeritannya begitu keras dan kencang. Sepertinya orgasme ini lebih
nikmat dari yang pertama. Sementara Sakura segera membuka mulutnya untuk menampung
jus cinta Hinata yang muncrat banyak sekali dan membiarkannya mengalir memenuhi
tenggorokannya.
Setelah menelan cairan itu, perlahan Sakura merangkak dan
menindih tubuh Hinata sekali lagi. Dia memeluk sahabatnya itu untuk memberi
ketenangan pada Hinata yang masih menggigil keenakan. Untuk beberapa lama
mereka terbaring di ranjang dengan saling berpelukan dan berciuman.
"Aku selalu menyukaimu, Hinata. Sejak dulu aku sudah
menginginkanmu." bisik Sakura sambil mengecup kening Hinata mesra.
Hinata mendekapnya dan melumat bibirnya kembali dalam
ciuman basah yang liar. Sakura terpejam menikmatinya.
"Jadi, bagaimana dengan Naruto?" tanya Sakura
sesaat setelah Hinata melepas bibirnya.
"Hmm, aku
tidak tahu. Jangan tanya itu sekarang.!" jawab Hinata sambil memeluk tubuh mulus Sakura.
Banyak hal-hal yang sekarang memenuhi pikiran mereka,
tentang kenapa hal ini bisa terjadi dan tentang apakah hal yang telah mereka
lakukan tadi bisa mempengaruhi hubungan persahabatan mereka ke depannya. Tapi untuk
sekarang, kelelahan membuat mereka tak punya pilihan lain selain tidur sambil
berpelukan erat dibawah selimut.
0 comments:
Post a Comment