Monday 18 February 2013

Tuah Janji Dayang Sumbi



Jakarta oh Jakarta...
Padahal jam 7 tinggal 5 menit lagi, tapi matahari belum juga bangun, langit nambah gelap mendung datang lagi, bikin orang jadi males kemana-mana. Tapi yang namanya hidup mesti terus berjalan, (mungkin) seperti apa yang dilakukan kedua bocah dekil di sana. Tangan kecil mereka gesit memunguti gelas plastik dan kaleng-kaleng bir, demi tuntutan perut yang gak bisa diganggu gugat. Lapar tuan! Lapar nyonya! Tapi mereka ikhlas melakukannya, tanpa ada rasa ’DENDAM’ pada Tuhan, yang menakdirkan mereka seperti itu. Di pagi hari yang mendung ini, dekat dengan kali yang airnya bau dan hitam, sehitam wajah Jakarta yang mengklaim dirinya sebagai ’Jungle Hollocaust’.

5 meteran dari kali tersebut ke arah utara, ada sebuah bangunan sederhana, bentuknya persegi panjang, agak mendingan dibanding bangunan di sekitarnya yang acakadut. Dilengkapi 6 pasang pintu dan jendela, yang artinya setiap satu pasang adalah satu kamar kontrakan. Warna cat yang beragam di tiap daun pintu (kaya) mewakili karakteristik setiap penghuninya, persis pintu yang dilapisi cat warna kuning gigi ditambah beberapa baris kata keramat yang ditulis spidol hitam. DATANG TAK PERMISI, PULANG TAK BERGIGI. ELU ASIK GUWE SANTAI, ELU USIK GUWE BANTAI. Wkwkwk... mungkin aja yang membacanya kepikiran, kalo penghuninya tempramental dan punya tongkrongan yang angker. Iya apa?
Keliatan bersih dan rapih di luarnya, gak ngejamin keadaan di dalamnya. Ya maklumlah, namanya juga kamar cowok. Ibarat kantong ajaib Doraemon, hampir semua benda numplek di sana, di dalam kamar yang ukurannya cuma 4x6m. Penempatan barang yang gak pantes seperti menandakan kalo penghuninya (kali aja) pernah gegar otak. Diperparah dengan beberapa potongan gambar-gambar ’brengsek’, guntingan dari majalah yang ditempel ’terserah gue’ di dinding. Ada gambar Julia perez, Magdalena, Nikita Mirzani, model-model Playboy yang lagi pada kepanasan, siluetnya Asia Carrera, sampai karikaturnya Tante Angie (Sondakh) ada di situ, ada juga duo JAV (Miyabi & Kyoka Ishiguro) yang lagi tidur telentang di tempat tidur, yang tentu masih dalam ’konteks’ potongan gambar.

Tapi, diantara semrawutnya gambar-gambar tersebut, ada sepotong gambar yang menampakan sesosok pemuda ceking yang wajahnya tragis, bergaya narsis dengan tatanan rambut ala Elvis. Busana yang dipakainya adalah jumpsuit merah meriah dengan kerah tinggi dipadu celana panjang berwarna senada yang bawahnya dibuat melar. Satu lagi, kepala dari belt yang dipakainya, lebih ’nyala’ ketimbang logam yang nangkring di pucuk monas (yang emang menjadi background foto tersebut). Dan sosok pemuda dalam gambar yang sebenarnya adalah Leman, lengkapnya Sulaiman, penghuni kontrakan H. Boing yang paling pojok.

Biar kadang kelakuannya kelewat konyol, tapi warga sekitar juga mengenal sosok Leman sebagai pemuda yang cukup familiar plus punya kemampuan bersosialisasi yang baik, saking BAIKNYA, sampai-sampai jadi ilfeel orang dibuatnya.

Sebulan yang lalu, doi masih menjabat sebagai karyawan sebuah FO di bilangan Senayan, South Jakarta. Niat 'dibetah-batehin' ujung-ujungnya doi nyerah juga alias mengundurkan diri, lantaran majikannya kelewat bawel dan ngepel (pelit).
Ga cuma itu, kadang ada satu dua kata yang kelepas dari mulut sang majikan, membuat koreng (luka.red) di hatinya. Meski doi legowo dan tau diri pada identitasnya yang cuma pesuruh, tapi seorang Leman gak punya kesabaran extra ketika koreng-koreng itu mulai ’bernanah’.

Sebenarnya, Leman ga perlu susah payah sampe segitunya untuk menafkahi dirinya sendiri, orang tuanya adalah saudagar yang kaya dan terpandang di kampungnya. Tapi, ’kepalanya’ keras untuk bisa hidup mandiri, dan melepaskan predikat ’anak mami’ yang menempel di jidatnya sejak kecil. Dengan pergi merantau, menjadi urbaner's di ibukota, pemuda kelahiran 27 tahun silam itu berfikir, bahwa dengan itu ia akan mampunyai mental enterpreunership yang mantap, seperti sang ayah. Dan bukan ga bisa kedua bonyok menyekolahkannya sampai perguruan tinggi, bahkan kalo perlu sampai ke planet Jupiter sana, tapi apa mau dikata, jika kemampuan otak sang anak cuma mampu mengenyam pelajaran sebates sekolah menengah pertama.

“Leman mesti bener hidup di Jakarta. Emak pesen, kamu harus jujur ya, nak! Orang jujur itu dikasihi Tuhan dan selalu ditunjukkan jalan keluar dari semua masalah, bla-bla-bla...” sepotong pesan dari nenek tua bangka yang kaya raya, sewaktu mengiyakan hasrat anak laki satu-satunya untuk merantau ke Jakarta.
Yeap... honest person that loves God and has always shown a way out of every problem. Semoga aja si Leman bisa memegang wejangan orang tuanya dan kembali ke kampung menjadi manusia yang diinginkannya.
***
[07.02] Jln. Jend. Gatot Subroto
“Morning blacker's! Hehe... masih di BLACK FM bareng gue Jhono Keling, yang bakalan nemenin kalian dengan lagu-lagu black hits sampai pukul 10 nanti!. Oce deh tanpa banyak cing cong, inilah lagu pertama dari gue di pagi yang mendung ini, Crazy town dengan Butterfly…” ocehan penyiar radio langsung membahana seantero kabin mobil Elijah, begitu jari lentik ibu muda penggemar Slipknot itu memencet tapenya.

“...keep cool and don’t panic, ntar di rumah aja kita bahasnya.
OK say!?“ kata si cantik Elijah sejurus kemudian pada teman sekabinnya.

“Gimana gue mo tenang, sekarang gue baru engeh (nyadar .red) kalo di BB itu ada rekaman ML gue ama mantan gue.
Aduh, bisa mampus gue kalo misalnya tuh video beredar di internet.“ cemas teman sexy-nya makin resah.

“WHAT! Elo kadang-kadang gila juga sih, ML kok direkam?! Emang elo mo bikin demo ke vivid?” tanggap Elijah rada ngeledek sambil celingukan memfuckin' para biker’s yang ga mo kalah di tengah kekusutan jalan.

Presenter cantik yang menumpang mobil Elijah itu merogoh Zippo lighter dari tas jinjing Louis Vuitton-nya dan menyulut rokok yang udah terselip di bibir yang masih menyisakan warna sexy polesan lipstik.

“OK, gue punya saran neh buat lu.“ bilang Elijah sambil memutar kemudi begitu ada peluang di sebelah kanan. “Kata orang-orang dulu, kalo kita lagi kejepit di posisi kek gini... coba-coba aja lu ngucapin janji, kek janjinya Dayang Sumbi gitu. Elu tau kan Dayang Sumbi?” lanjut Elijah.

“Tau. Tapi itu mah mitos, bu!?“ balas si presenter tersebut disusul tiupan asap MALIOBORO BLACK MENTHOL ke jendela yang sengaja dibuka.

Elijah cuma senyam-senyum dan manggut-manggut, lalu berkata, “Emang kedengerannya kayak mitos, tapi dulu gue pernah juga kok kehilangan cincin berlian gue, tapi gak sampe 24 jam cincin itu balik lagi, setelah gue ngucapin janji yang bersifat sumpah, bahwa barang siapa yang menemukan dan mengembalikan cincin tersebut, kalo dia seorang perempuan bakal gue kasih setengah dari jumlah tabungan gue, dan kalo laki-laki, gue bakal…“

“Bakal apa?”

“Bakal tidur ama gue semalam full...!”

“HAH?!! Gila loe!”

“Iya, bener. Jujuy, gue lebih sayang ama cincin itu daripada ama badan gue sendiri.
TAPI, untungnya yang ngembaliin cewek, itu si indah. Padahal waktu nemuin cincin gue, keadaan dia lagi mentok-mentoknya, ibunya lagi sakit. Tapi karena tuah dari sumpah yang gue ucapin, Indah jadi berubah pikiran dan ngembaliin cincin gue.“ jelas Elijah tanpa melupakan konsentrasi pada situasi di depannya.

“Ouh..” Demi reputasi dan karir gue, ga ada salahnya juga sih, lagian cuma janji doing koq, gratis! si presenter menggumam dalam hati, menimbang ’referensi’ teman yang sekaligus managernya, Elijah, si gigi kelinci yang senin kemarin baru aja merayakan b’day-nya ke 29.

“Ow-key, demi reputasi dan karir gue, gue berjanji, BARANG SIAPA YANG MENEMUKAN DAN MENGEMBALIKAN HAPE GUE, KALO DIA SEORANG PEREMPUAN BAKAL GUE KASIH HARTA YANG MELIMPAH, DAN KALO DIA SEORANG PRIA, GUE BAKAL...”

“Bakal apa? Hihihi...” ledek Elijah.

“GUE RELA DITIDURIN SEMALEMAN...!!!”

JEEGGGGEEERR...! Tiba-tiba aja geluduk menggelegar, disusul ribuan kubik air hujan yang siap membanjiri Jakarta pagi ini. Dan Mini Cooper candy orange itu pun ngacir menuju pusat Jakarta, meninggalkan traffic light kolong Pancoran.

***
[17.30] Kediaman sang Presenter

Mood presenter cantik berbody mangstrap ini bener-bener kacau dan tucau. Gak ada acara nyanyi-nyanyi dalam ritual mandi sorenya kali ini, yang ada cuma suara tetesan air di wastafel dari keran yang gak ketutup rapat. Doi cuma berendam di bath up. Tubuhnya begitu mulus, begitu menggiurkan, terlihat dari balik jernihnya air di dalam bath up. Dibantu segelas Cabernet Sauvignon, doi mencari sedikit ketenangan dan gak ketinggalan juga dengan yang satu ini ...

Klepass.. Klepuss.. bibir mungilnya berkali-kali meniupkan asap rokok. Tatapannya kopong melompong, pikirannya jauh meneropong, kalo-kalo aja apa yang dicemaskan itu bakal terjadi. Ouwwhh, it's my fuckin' nightmare. Belum lagi problem-problem percintaannya, dimana sebulan yang lalu, dengan egoisnya doi mutusin benang merah hubungannya dengan seseorang yang kini berstatus mantan. Seumpama ada jalan, doi pengen balik lagi ke pelukan cowok asal Bali tersebut.

“Gimana kalo video itu bener-bener ada di internet?
Mampus gue, gue bakal jadi Luna Maya ke-2. Ouw MY GOD, help me, pliiiissss!“ bathinnya memelas, dibenaknya udah kebayang kalo adegan-adegan mesumnya bakal beredar di internet. Tokednya, mekinya, expresi binalnya, semuanya bakalan kebongkar di hadapan publik. Semuanya bakal hancur, bakal lebih dari berkeping-keping, seperti abu yang jatuh dari rokoknya.
“Ayo dong, Tuhan... kabulkan doa saya!” sekali lagi dia memohon.

Puas merendam bodynya di bath up dan kadar alkohol dari segelas wine yang ditenggak cukup memberinya sedikit ketenangan, doi beranjak, berjalan bugil (rada sempoyongan) menghampiri cermin besar, gak lupa juga mencomot selembar handuk tebal nan lembut.

Di depan cermin tersebut, dara berambut setoket itu mengelap setiap tetes air yang membasahi tubuhnya.
Mulai dari leher dan tengkuk, kemudian beranjak menuju payudara berstruktur indah, bulat mancung dengan puting segar kemerahan di tengahnya. Meluncur turun lewat perut yang sexy, sembilan centi selepas pusar, gak ada sehelai pun jembie's yang tumbuh di sana, diantara belahan vagina yang tampak basah mempesona, dan sreett! doi menyeret handuk ke arah selangkangan. Handuk yang beruntung itu pun siap mengeringkan vagina si cantik Lena Soderberg a.k.a. Magdalena.
Selesai dan bener-bener kering. Doi pun berjalan menuju kamar kebesarannya di lantai atas, kamar berukuran 5x6 m itu didesain minimalis dengan permainan warna putih dan biru pastel pada dinding dan gordennya. Di atas ranjang birunya yang mentok ke dinding terpasang sehelai bendera, lambang kebesaran Club La Beneamata a.k.a Internazionale Milan. Dilengkapi pintu slide yang menjadi akses satu-satunya menuju balkon yang viewnya menghadap padang golf di sebelah. Semerbak aroma segar citrus dan hawa sejuk dari pendingin ruangan membuat siapapun betah berlama-lama di kamar tersebut, apalagi buat seorang interisti.

Elijah yang sedari tadi menunggu Lena di kamar tersebut sambil mencari informasi tentang kota bernama Des Moines di negara bagian Iowa dengan lapptienya, sontak melirik ke arah pintu yang terbuka, disusul tubuh molek Lena yang berbalut handuk. Sejurus kemudian, Lena menghampiri almarinya, memilah isinya dan langsung memasangkan celana dalam putih bergaris hitam pada selangkangannya, menyangga toketnya dgn BRA berukuran 34E dan ’mendasterkan’ tubuh moleknya.

“Kok lu make daster, say? Lu gak jadi jalan?“ tanya Elijah bingung, karena sore ini ada perform DEFTONES di Senayan, dan mereka berdua udah memesan tiketnya.

“Gak jadi ah, gue jadi gak mood ngapa-ngapain neh!“ balas Lena tanpa mengalihkan perhatiannya dari botol kecil berisi air sirih yang katanya (di iklan) mampu membuat organ kewanitaan selalu bersih dan Hmm… “Lu kalo mo jalan, jalan aja, El.“ sambungnya sambil memulas Miss.V yang udah terlanjur dikancutkan.

Fiuh, jadi lupa deh... gara-gara runyam pikirannya, harusnya air itu di pulaskan sebelum memakai CD.

Sebenernya Elijah pengen ngomong, “Kalo nggak jadi, kenapa gak bilang dari tadi!” tapi pikirannya flash back sebentar, doi paham keadaan Lena saat ini yang lagi labil. Enak gak enak akhirnya Elijah capcus juga ke Senayan.
Biarpun Lena beralasan lagi pengen sendiri, tapi Elijah yakin kalo Lena ngucapin alasan itu cuma karena gak mau merusak moodnya.
“BRUUKK...!!” si cantik menjatuhkan dirinya di ranjang, benda mati yang menjadi saksi bisu bagaimana pemiliknya mempersembahkan selaput dara buat cowo manis asal Bali yang ujung-ujungnya ’diceraikan’ juga.

Sedikit demi sedikit, doi mulai berharap pada janji yang tadinya gak terlalu diandalkan. Tapi kalo emang janji itu bertuah dan bisa mengembalikan apa yang jadi beban pikirannya, doi berharap kalo yang mengembalikannya itu berkelamin perempuan, tapi kalo ternyata yang mengembalikannya itu bukan perempuan, semoga aja pria itu maho, tapi kalo ga maho, semoga aja Pangeran itu adalah...

“Bebbi Romeo!” angan Lena berandai-andai.

Hayal punya hayal, doi malah menghayal kalo kontie si 'bunga terakhir' itu adalah kontie impiannya, gak mesti gede, yang penting awet, sedikit melengkung ke atas biar mantap waktu posisi doggy style. Rasional emang, udah lebih sebulan doi gak disentuh. Naluri kewanitaannya menagih, meqi plontosnya 'dehidrasi', minta dicekokin selonjoran batang bernama I Peler Kontolonjong.

Gak bisa dipungkiri juga kalo sebenarnya doi nyesel ngambil keputusan sepihak, yang ujung-ujungnya membuat doi lama gak dijamah. Kalo biasanya hampir setiap ada kesempetan bareng pacar, doi pasti ngemel sampe kelojotan lantaran orgasme. Tapi sekarang, sekarang udah lebih sebulan orgasme jadi hal yang langka buatnya. Beginilah cewek, makhluk yang susah dipahami, selagi ada disia-siain, giliran udah gak ada, rindunya setengah mampus.

Antara sadar gak sadar, alkohol dalam otaknya membawa Lena ke dalam sebuah dimensi yang doi sendiri gak tau ada dimana.

“Non, Non Lena, ada yang nyariin Non Lena di depan!“ teriak si mbok, dari balik pintu yang sebenernya gak dikunci.

“Siapa, mbok!?“ Lena bangkit dari ranjang sambil merapikan rambutnya.

“Enggak tau tuh, katanya dia mau mengembalikan HP Non yang ilang.“ terang si mbok.

Lena gak menjawab, doi langsung berlari kecil kegirangan ke arah si mbok di balik pintu kamar. “Beneran, mbok!?“

“Iya bener, udah mbok suruh masuk ke ruang tamu.“

“Oh iya, orangnya cowok apa cewek?“

“Cowok, Non!!“

DEGH...!! jantung Lena ’berhenti’, pikirannya cepat mengingat janji yang di ucapkan siang tadi.
“Ow-key, demi reputasi dan karir gue, gue berjanji, BARANGSIAPA YANG MENEMUKAN DAN MENGEMBALIKAN HAPE GUE, KALO DIA SEORANG PEREMPUAN BAKAL GUE KASIH HARTA YANG MELIMPAH DAN KALO DIA SEORANG PRIA GUE BAKAL...“

“Bakal apa? Hihihi...“

”GUE RELA DITIDURIN SEMALEMAN...!!!“
ARTINYA...??!!!!

***

Hampir setengah jam, Lena ngobrol menemani cowok gondrong penemu gadget yang semalem ilang di tengah hingar bingarnya pesta Anniv nikahan temannya di sebuah club milik salah satu hotel ternama.

“Engg... (gimana yaah) Gini lho, mas Bebbi (Romeo). Kan tadi siang aku janji, bahwa siapa aja yang nemuin hape aku, bakal aku kasih imbalan. Kalo dia seorang cewek akan aku kasih harta yang berlimpah, sedangkan kalo dia seorang cowok, aku...“ Lena menggantung omongannya.

“Rela ditidurin semaleman?!“ kata Bebbi yang kala itu mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung, ngebantu Lena menjelaskan perihal janjinya siang tadi.

***

Kucing mana yang nolak dikasih memek, ech maksudnya ikan, ding. Bebbi langsung membopong Lena atas permintaan Lena sendiri. Menaiki tangga ke lantai 1, menuju kamar yang Lena sendiri gak tau kalo kamar itu bisa ada di rumahnya.

Di dalamnya sudah ada laki-laki paruh baya yang pakaiannya mirip dirigent orkestra sedang memainkan biola, berdiri di samping ranjang yang besar dan mewah. Entah itu kamar siapa, tapi dekorasi di dalamnya menandakan kalo kamar tersebut berasal dari kerajaan-kerajaan eropa jaman baheula, ditambah lagi dengan wangi rempah-rempah yang menenangkan. Furniture, mebel, dan tetek bengek di dalamnya yang serba ‘Da Vinci’ itu didominasi warna kuning keemasan, hitam dan merah maron, semuanya dibias lembut oleh cahaya dari lampu kristal yang menggantung megah tepat di atas peraduan yang besar, dan disitulah Bebbi meletakkan Lena dan menagih janji sang pesumpah.

Pangeran tersebut berlutut dihadapan sang Pesumpah, menyodorkan setangkai mawar dengan kepala tertunduk, lalu menengadah dan tersenyum, sejurus setelah Lena menyambut mawar tersebut. Bebbi berdiri sambil menjulurkan tangan agar si cantik meraihnya, dengan senang hati Putri Magdalena meraihnya, dan dengan segenap hati pula Lena menjatuhkan diri dalam pelukan sang Pangeran yang dibiarkan terbuka untuknya.
Bebbi dan Lena, mereka saling menatap, mulai mendekat, tambah dekat, sekarang rapet, rapet banget.

Dan... “PLOK!” Bebbi menabrak bibir Lena yang tipis nan sexy, tapi Lena gak langsung merespon, Lena memilih diam dan menikmati saja, menikmati lidah Bebbi yang memutar dan memoles bibirnya. Gak lama kemudian, Bebbi meraih tangan Lena dan menempelkannya tepat pada penisnya yang masih meringkel dalam celana, sama seperti bibirnya, tangan Lena gak langsung mengusap, tangannya diam dalam dekapan tangan Bebbi yang makin menekan ke arah batang kejantanannya. Sementara telunjuk Bebbi yang satu lagi bergerak memutari ujung toked Lena yang juga masih terlindung pakaian.

Ciuman Bebbi mulai keluar dari area bibir sang putri, merambah mesra menyusuri leher dan kuping, membuat perempuan berparas lembut itu bergidik dan, “Sshhh... aghhh...” sang putri mendesah terangsang, sesekali tersenyum karena cumbuan itu benar-benar berasa geli di kupingnya. Bebbi yang nakal sesekali menggigit-gigit kecil daun telinga sang putri, wanita yang di dadanya ada api yang sedang berkobar dan api tersebut makin berkobar karena ujung kuku telunjuk Bebbi mulai menyusup ke dalam dasternya.

Meski tuan putri terlihat acuh dan pasif, tapi Bebbi yakin wanita bermata indah ini mulai jatuh dalam cumbuannya. Tanpa persetujuan atau meminta persetujuan si empunya, Bebbi melepas daster kuning yang dikenakan sang Putri hingga menyisakan kutang dan kancutnya saja. Agak malu-malu, sang putri menutupi organ kewanitaannya, tapi Bebbi terlalu songong buat Lena, tanpa melepaskan penyangga buah dada sang putri, kedua tangan Bebbi berusaha menyingkap bagian bawah bra secara bersamaan. Seketika, sepasang kantung susu putri Magdalena pun langsung menghambur keluar.

Kedua tangan Bebbi memilin puting buah terlarang itu secara bersamaan hingga ’mahkluk’ sebesar biji pepaya di tengahnya mengeras, sambil terus menatap mata Lena yang makin sayu dengan bibir yang sedikit terbuka.

Sekarang lidahnya yang mengambil tugas tersebut, pria gondrong yang beruntung itu mulai menjulurkan lidah hangatnya yang basah kemudian menggelitik puting toket sang putri. Tanpa disadarinya sang putri menggigit bibir bawahnya, menikmati cenat-cenut dari benda yang lembab dan hangat yang menyapu lembut setiap mili dadanya.

Sambil terus menjilat dan kadang menyusu, satu lengan Bebbi bergerak pelan, menyusup ke balik karet celana dalam sang putri, menyusurinya hingga sembilan senti melewati pusar. HANGAT, itulah yang dirasakan Bebbi, begitu jemarinya sampai di organ terlarang dari tubuh sang putri. Tapi begitu jari Bebbi menukik hendak mengobel lubang kewanitaannya, sang putri segera menghentikannya.

Sejurus kemudian, Bebbi menghentikan nenennya, memohon sang putri untuk duduk di tepi peraduan, sementara dia meletakkan lututnya di lantai dengan muka menghadap selangkangan yang masih malu untuk mengangkang, tapi akhirnya, berhasil juga Bebbi membuka kedua paha tersebut, dibukanya lebar-lebar sambil mengangkat kedua tungkai kaki sang putri.

Lalu apakah yang akan dilakukan Bebbi pada selangkangan yang masih berkancut tersebut?! Bebbi tak melepas kancutnya, dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah gunting kecil lalu menggunting celana dalam tersebut, tepat dari bagian anus ke arah klitoris, menyobeknya vertikal, sejajar dengan belahan meki di dalamnya.

Selesai menggunting dan menaruh gunting tersebut pada meja di sebelah nampan emas berisi buah anggur dan minyak zaitun, pangeran Bebbi melanjutkan experimennya, mengeluarkan sebilah benda berbentuk lonjong dan berwarna perak, dildo getar berdiameter 2 centian dengan panjang sekitar 20 centi. Tapi sebelum men-dildo-kan meki plontos tersebut, Bebbi terlebih dahulu mencicipinya.

“Sshhh... umpff...“ Lena memejamkan matanya sambil mendesis begitu Bebbi mejilati bagian terintimnya, mirip ular betina yang menemukan mangsa.

“Ouhhh, Bebb... sshhh...” Putri Lena makin bergidik, desahannya begitu menyayat ketika ujung lidah sang pangeran mulai mengganggu klitorisnya bahkan... “Sluurph!” Bebbi menyedotnya gak kira-kira, sampai-sampai sang putri harus memejamkan matanya dan meremas ujung bantal untuk menahan rasa geli pada bagian yang disebut itil tersebut.

“I luv u, Lena.” Bebbi menengadahkan kepalanya.

“I luv u too, Bebbi.” balas Lena.

“Pake ini yah?!” tanya Bebbi seraya menunjukkan dildo di tangannya.

“Ihh, nakal agh!” jawab Lena jaim padahal mau.

Bebbi melebarkan paha itu lagi, lalu menempelkan ujung dildo di tangannya pada permukaan vagina yang dilihatnya dari sobekan kancut dan Bebbi pun segera memainkan dildo yang masih dalam keadaan off tersebut.

Beberapa saat kemudian, Bebbi merasa ada yang kurang. Pelicin! Ya, pelicin. Bebbi meraih minyak zaitun dalam cangkir di atas meja dan menuangkannya perlahan di atas vagina sang putri, tak ayal, kancut dan sprei di bawahnya pun jadi berminyak. Setelah menuang separuh dari minyak dalam cangkir berhias ukiran tersebut, Bebbi melanjutkan experimentnya, kali ini permukaan vagina tersebut agak licin dan ujung dildo itupun semakin lincah dan siap untuk dibenamkan ke dalam lubang persenggamaan Princesse Magdalena.

Pelan tapi pasti, dildo tersebut mulai menekan meki sang putri, sementara sang putri cuma terdiam melihat benda lonjong berbahan stienlees itu menerobos liang peranakannya. Lagi-lagi sang putri mendesis, ketika seperempat batang dildo itu berhasil menerobos mekinya, meski vagina sang putri lumayan peret. Pasti tapi pelan, seperempat-nya lagi mulai menyusul. Sesenti demi sesenti dildo itupun berhasil menerobos keperetan dalam vagina yang selalu dipoles air daun sirih tiap habis mandi dan selesai masa menstruasi.

“Aaa... Bebbi!” desah sang putri sedikit teriak seraya meraih dan menahan lengan Bebbi begitu ujung dildo tersebut telah menyentuh mulut rahimnya. “U- udah!” pinta sang putri seraya bangkit dan mencengkram lengan Bebbi.

Sesaat setelah sang putri kembali lagi merebahkan tubuhnya, Bebbi meng-klik tombol di pangkal dildo yang sudah tertancap dan, “Aduh...!”
sontak sang putri kaget, merasa sesuatu menggeliat diantara dinding mekinya. Lena terus mendesah kegelian, desahnya beriring dengan symphony dari dawai yang di gesekkan oleh sang violinst bertopeng dari sisi ranjang lainnya.

Sambil menahan agar dildo tersebut tak keluar dari memek sang putri, dengan satu tangannya, Bebbi berusaha membuka retsleting, melepas pengait celananya, melorotkannya segera dan memerdekakan si Djaggur yang udah protes gak sabaran. Sejurus kemudian ia menaiki ranjang dengan kontol yang terhunus menantang. Seperti samurai yang menghunus katana-nya, menantang tentara Meiji.

“Oowhh... shit, Bebbi!” desah sang putri makin menyayat dengan kedua mata yang merem melek, menikmati dildo yang meronta-ronta dalam dinding vaginanya.

Tanpa membuang waktu, Bebbi pun melancarkan aksi 69-nya. Dilangkahinya badan sang putri dan mengarahkan selangkangannya ke bibir tipis yang siap di-KONTOLISASI, meski sebenarnya Lena membathin kalo penis tersebut bukanlah penis impiannya, tapi ...

“Sebodo amatlah, yang penting judulnya peler.” pikir Lena, sementara muka sang pangeran tepat berada di depan mekinya.

Sang putri menggenggam kontol pasangannya. Digelitiknya ujung lubang kencing tersebut dengan ujung lidahnya yang lembab dan hangat, sementara mekinya mulai merembes basah karena terus dikobeli oleh si nakal dildo. Tapi gak lama kemudian, Bebbi mencabut dildo tersebut, mengalokasikannya sementara dan...

“BREEKK!!” Bebbi merobek kancut sang putri, maksudnya biar lebih leluasa menyeruput isi di dalamnya, sobekan pada kancut si cantik pun bertambah panjang.

“Sluurp... sluuurrp... eghh... ehhh...” Bebbi menjilati hidangan yang mulai memerah dan mengkilap karena basah oleh minyak dan cairan yang merembes dari belahannya. Lidah Bebbi lembab dan hangat, terus ’mengunyah’ makanan ternikmat dan terlegit di dunia itu.

Sementara putri Magdalena mulai berani dan gak jaim lagi untuk mengolah kontol yang sudah terpampang jelas di depannya. Sambil menggenggam batang peler tersebut, putri Lena mengarahkan lidahnya dan menempelkannya di ujung lubang urine Bebbi. Sedikit demi sedikit, sang putri mulai menggila, dari yang cuma mencicipinya kini doi mulai berani ’memakannya’.

“Oughhh... Lenaaa... oouhhh... mantap bener!” ucap Bebbi yang sejenak menghentikan jilatannya.

Setelah itu sang putri mengelus-elus sekujur batang berurat tersebut dengan lidahnya, dari ujung sampai ke pangkal juga sebaliknya, dan kantung peler yang menggantung milik Bebbi pun tak luput dari incarannya. Dengan dua jarinya yang lentik dan berkutek merah, sang putri mencari satu biji peler dalam kantung tersebut, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya dan ...

“Sluurp...!” dia menyedotnya pelan.

“Anjrittt...!” teriak Bebbi dalam hati, gak nyangka sang putri bakal selapar itu.

“Hehehe...” putri Lena cuma tertawa dan tak melanjutkannya lagi.

Sementara Bebbi mengobel-ngobel mekinya dengan dua jari, putri Lena menggenggam penis itu lagi dan memoleskan ujung penis tersebut pada permukaan bibirnya, layaknya seorang perempuan yang memoleskan lipstick di bibir.

Bebbi, pria beruntung tersebut, sepertinya bener-bener ingin memanfaatkan momen ini semaksimal mungkin, sebrengsek mungkin. Bebbi penasaran ingin merasakan anus perempuan karena istrinya selalu menolak bila dia meminta nganal. Di kesempatan inilah Bebbi (mungkin) bisa merealisasikan fantasinya itu.

Sementara sang putri masih terus melakukan pekerjaanya, Bebbi, tanpa persetujuan sang putri, mulai menempelkan ujung telunjuknya pada permukaan dubur putri Lena. Karena cuma ditempelkan, pemiliknya tak terlalu menghiraukan. Bebbi makin lancang dan menekannya dengan ujung jari.

Sontak sang putri menolaknya. “Apa-apaan sih!” bentak sang putri sembari menepuk punggung Bebbi dengan keras.

“Dikit aja, beib. Ya, ya sayang ya?!”
Bebbi memohon, persis anak kecil memelas minta jajan.

Lena gak langsung menjawab, tapi akhirnya ... “Tapi jangan dalem-dalem ya!” jawab sang Putri, di luar dugaan sang putri mengijinkan juga.

“Hehe..” Bebbi terkekeh dalam hati, dan mulai mengobelnya. Pelan dan pelan. Karena bagian tersebut juga berminyak, gak susah buat si telunjuk untuk menerobosnya.

“Ahh...!” putri Lena tersentak, karena baru kali ini ada cowok yang melakukan hal sejorok ini pada dirinya. Tapi dia hanya mengijinkan seperempatnya saja yang masuk dan gak munafik juga kalo doi mengakui sensasi ini, sensasi yang lumayan jorok tapi menyenangkan.

“Uhh... Bebbi, kamu nakal banget sih?!” celoteh sang putri.

“Gimana, mantap kan?” tanya Bebbi sejenak menghentikan kegilaannya.

“Terus, Beb, terus!” jawab Lena tapi dalam hati, secara doi jaim.

Bebbi terus mengenyot, menyedot dan menggelitik klitoris yang sudah menyembul dari ’persembunyiannya’. Gak cuma itu, rangsangannya bisa di bilang bervariasi, selain kedua jari dari tangan yang berbeda mencolok qubul dan dubur sang putri, bibir Bebbi juga rajin menjilati kulit bagian atas memek tersebut.

Saking enaknya, sampai-sampai sang putri ’mengacuhkan’ kontol di depannya. Dilingkarinya pinggul Bebbi dengan kedua lengannya dan membiarkan kontol beserta kelengkapannya menekan wajah cantiknya yang makin memerah. Bukan merem melek lagi, sang putri bahkan memejamkan matanya, mulutnya berisik, mendesah dan mengerang. Sesekali tubuhnya menggeliat gak tahan.

Lena bener-bener ’lost’ lantaran kenyotan di klitoris plus seperempat ruas jari Bebbi yang mengobel lembut dalam duburnya, membuat setiap mili darahnya mengalir gak beraturan dan mulutnya mendesah gak karuan. “Aduh, Bebbi…  shh... aaghhh... ahh... uhh... uuhhh...!!!”
 
Enak, enak dan mantap, sensasi yang diciptakan Bebbi khusus buatnya. Saking enaknya, sang Putri sampai-sampai ...
“Ouw, shit! Cuma mimpi!” batin Lena sambil celingukan mencermati keadaan sekitar, yang ternyata di kamarnya sendiri. Semuanya cuma mimpi. Dildo itu, kamar itu, violinst itu, lidah itu, itu semua cuma mimpi. Mimpi, mimpi dan mimpi. Mimpi yang beautyfull buat seorang perempuan yang sedang dilanda horny dan kesepian.

Lena masih berbaring di ranjangnya, dalam diam doi mengingat lagi perbuatan cowok edan dalam mimpi gilanya barusan. Entah dapat ilham dari mana, tiba-tiba doi teringat mantannya. Dimana cowok tampan bertubuh atlethis itu?

Lena menginginkannya lagi.

“Kalo saja dia ada di sini...” sambil menghela nafas panjang, Lena mengingat setiap inchi tubuh sang mantan, bulu-bulunya yang rimbun di sekitaran selangkangannya, bisikannya yang konyol tapi romantis dan hal-hal jorok lainnya. Tatapan matanya kosong lurus menerawang ke langit-langit kamar, berharap kalo cowok itu sejenak menemani, biarpun gak meng-ML-nya, tapi seenggaknya dia ada. Lena kangen pada dada itu, dada tempat dia menyandarkan kepalanya.

“Eh, iya,” Lena meraba kancutnya. “Basah!” gumamnya dalam hati. Segera aja doi bangkit, menuju lemari dan mengganti kancutnya yang basah oleh cairan pre-cum gara-gara mimpi joroknya tadi.
Digantinya dengan yang berwarna gelap dan berenda.

Sejenak doi menoleh ke jam yang nempel di dinding, jam 19.12. Gak lama kemudian, terdengar suara ramah si Mbok diiringi ketukan pintu. “Non... non Lena,? Ada yang nyariin Non Lena!” teriak si Mbok dari balik pintu.

“Siapa, Mbok?!” balas Lena sambil berjalan ke arah pintu.

“Katanya pernah kerja di toko, Non!” jawab si mbok sejurus setelah Lena membuka pintunya.

“Orangnya kaya gimana?” tanya si cantik lagi mulai penasaran.

“Giginya kaya Boneng gitu, hihi…” si mbok agak geli menjawabnya.

“Oo... si tonggos! Mo ngapain dia kemari malem-malem?!”
Lena hafal manusia yang satu itu.

“Enggak tau juga, non, tapi katanya penting.”

“Tanyain dulu gih, Mbok, keperluannya apa?”

“Iya, non.” perempuan tua yang sudah mengabdi hampir 10 tahun di rumah Lena itu pun segera menuruti titah sang Putri, pergi ke depan dan kembali 3 menit kemudian. Membawa berita yang BAGUS, bahkan SANGAT BAGUS, saking BUAGUS-nya sampai hampir-hampir Lena semaput mendengarnya.

Edan, bener-bener ediiaan! Lena gak percaya kalo si tonggos Leman yang menemukan BB-nya. Mantan karyawan di FO miliknya, kok bisa!?. Masih dengan daster sexy yellow-nya, akhirnya Lena pun menemui Leman di beranda depan.

Sesampainya di beranda, senyum pria yang sudah duduk duluan di kursi depan itu begitu ramah menyapa Lena, seakan berucap: "Selamat malam, cantik...!" Tapi sang Lena membalasnya dengan senyum yang sepet, sesepet salak muda.

***

Lena dan mantan karyawannya itu duduk bersebelahan, di alingi secangkir teh manis hangat di atas sebuah meja cantik berbentuk oval dari kaca. Lena mengecek gadget yang disodorkan Leman dan Leman pun menceritakan panjang lebar perihal kronologi penemuan BB ’sakral’ tersebut.
Dan apakah Lena juga akan menjelaskan perihal janji yang diucapin siang tadi? Lalu menyuruh Leman membopongnya, seperti yang dilakukan Bebbi dalam mimpinya? Membiarkan mulut tonggos si Leman hang out di bibirnya? Dan membiarkan tangan jelek si Leman kongkow dalam kancutnya?
Maybe yes, maybe no!
***

“Nih, Man! Makasih yaa!” ucap Lena sembari menyodorkan tiga lembar uang pecahan 100 ribu pada Leman, setelah mendengar kronologi penemuan BB-nya.

“Oh iya, mbak. Sama-sama.” Leman segera mengantonginya rupiah tersebut. Uniknya, raut muka si Tonggos gak menunjukkan kalo dia senang menerima uang berkat kejujurannya.

“Ehm, ya udah, gue lagi nggak enak badan nih, gue masuk dulu ya!” Lena berdehem mati gaya, keki dan gak tau mesti gimana.

“Oh iya, mbak. Saya pulang dulu, mbak!” kata Leman sembari bangkit dari duduknya dan menjulurkan tangan.
Lena menjabatnya lalu, “Uhuk-uhuk!” pura-pura batuk.

S
akit apa ’sakit’?
Dan Lena pun beranjak ke kamarnya lagi.

***

Lena mengelus dadanya penuh syukur karena mimpi buruk itu gak jadi menimpanya. Tapi seandainya, video-video pribadinya telah di copy sebelumnya lalu beredar di internet, Lena tahu siapa yang mesti bertanggung jawab.
Leman, ya karena si tonggos lah yang menemukan BB-nya.

Tapi Lena merasa masih ada yang mengganjal di dadanya, benarkah semua mukjizat ini akibat dari tuah sumpah yang diucapinnya siang tadi? Kalo benar, berarti Lena telah mengingkari sumpah
tersebut.

Lena pun menelpon Elijah.

“Kenapa, say?” sapa Elijah dari senayan sana.

“El, BB gue udah balik!” bilang Lena, tapi gak ada tanda-tanda kegirangan di wajahnya.
“Lo tau siapa yang nemuin BB gue?” lanjut Lena lagi.

“Siapa?! Bebbi Romeo yak, hihi…?!” tanya Elijah ngeledek karena doi tau kalo Bebbi Romeo adalah lelaki kesukaan Lena.

“Si Leman, anak buah gue dulu!!”

“Leman tonggos?!”

“Iya...!”

“Trus sekarang gimana?!”

“Cuma gue kasih duit, terus dia-nya gue suruh pulang!”

“Len! inget janji lo! Boleh-boleh aja lu gak nepatin janji lo, tapi janji dayang sumbi itu bertuah, Len, lo mau ketiban sial seumur hidup lo?!”

“Elo jangan nakutin gue, El...!”

“Gue ENGGAK nakutin elo, say!! Elo tau kan legendanya Dayang Sumbi yang kelimpungan nyari gulungan benangnya, kemudian dia bersumpah, bahwa bagi siapa yang menemukannya akan ada imbalan darinya, khusus bila yang mengembalikannya seorang pria, dia rela diperistri oleh pria tersebut. Dan uniknya yang menemukan dan mengembalikan gulungan tersebut adalah si tumang, anjing penjaganya. Itulah konsekuensinya, gak ada yang gratis di dunia ini. Di satu sisi, si pesumpah senang karena mendapatkan yang dimaksud, tapi di sisi lain, ketika kita mendapatkan apa yang menjadi hak kita, tanggung jawab akan menuntut di belakangnya. Sekali lagi! Ga ada yang gratis di dunia ini, say!” jelas Elijah gamblang dan puanjang.

Lena bergidik mendengar penjelasan Elijah. Setelah menutup pembicaraan dengan Elijah, tanpa membuang waktu, Lena langsung menuju garasi dan menyalakan mesin mobilnya, berfikir kalo si Tonggos mungkin masih bisa dikejar.

Beruntung Lena melihat taksi yang dinaiki Leman dan mengejar juga menyalip blue bird tersebut.
Sampai di pertigaan jalan, Lena nge-drift memalangi taksi tersebut dengan mobilnya.
“Ckckck... gila ya nih cewe!? Padahal artis!” kagum si sopir blue bird sambil geleng-geleng kepala begitu Lena membuka jendela mobilnya dan menyuruh Leman turun dan pindah ke boil (mobil) nya. All New Honda Jazz green lime.

“Mas, argo-nya belom dibayar neh!” seru si sopir taksi.

***

Leman yang malam itu mengenakan kaos merah bergambar lidah menjulur di rangkap jaket Levi's yang lengan sebelah kanannya digulung (supaya orang tau kalo sekarang dia punya tatto) bingung, gak ngerti apa maksud semua ini.
Dia diturunkan di tengah jalan lalu diminta menaiki mobil yang entah mau pergi kemana. Sementara Lena masih terdiam beribu bahasa dan terlihat panik, gak tau mau kemana.

“Kita mau kemana, mbak?”

“Udah, lu diem aja!”

Begitu dilihatnya jalan di depannya agak lenggang dan sepi, Lena pun memepetkan mobilnya di trotoar, gerak-geriknya menandakan kalo doi kebingungan, seperti ingin menjelaskan sesuatu tapi gak tau mau memulainya dari mana. Sementara si Tonggos cuma duduk manis sambil menikmati pemandangan mulus di sebelah kanannya, sebab mata pemiliknya, menatap lurus ke depan seakan memperhatikan sesuatu di depannya, padahal yang ada cuma tukang kebab yang lagi bengong mikirin negaranya yang kacau galau.

Garis lingkarnya sekitar 20 cm, putih mulus tanpa cela. 7 cm ke bawah adalah lutut, 7 cm ke atas adalah ...

“Ehem!” Lena berdehem melirik Leman yang sedang khusyu' mengamati paha kanan bagian dalamnya.

Dan gak lama kemudian, tampak dari balik gerobak kebab kalo Lena sedang menjelaskan suatu hal pada Leman. Leman cengengesan mendengarnya, kadang cengar-cengir gak karuan, kadang diam membisu seperti punya pikiran, padahal yang ada di otaknya cuman ngewe, ngewe dan ngewe.

***

5 menit berlalu dari pukul 8 malam dan hatchback Honda itu pun mulai melaju perlahan, menuju Jln. Asia Afrika Senayan, setelah sebelumnya mampir bentaran di Seven 11 (Eleven), membekali diri dengan beberapa kaleng whiskey cola dan cemal-cemil lainnya.

Kemana mereka? Mereka menuju pusat Jakarta berbaur dengan mobil lainnya...

***

Di sini kesenjangan sosial begitu berasa, gedung tinggi pencakar langit bediri angkuh, memantati (kata dasar: pantat) sungai kotor di depan pemukiman sumpek padat penduduk. Sementara bulir-bulir gerimis terlihat seperti butiran salju yang turun beriringan, membuat keadaan kota makin mellow dan sepi, karena cuma segelintir saja manusia yang masih keluyuran.

Karena postur mobil putih lansiran tahun lalu itu cukup mungil, jadi gak terlalu makan tempat ketika telah sampai tujuan dan memasuki jalan aspal yang membelah pinggiran sungai dan pemukiman di depannya. Mobil itu pun kemudian terparkir, di depan sebuah bangunan yang dilengkapi 6 pasang pintu dan jendela, di mana pintu paling pojok utara berwarna kuning gigi dan gak lama kemudian kedua penumpangnya pun turun hampir bersamaan. Memasuki kamar yang paling pojok.

Lena telah sampai di kamar Leman, agak ilfeel sepertinya, tapi apa mau di kata, ini semua buat menepati janji bertuahnya, menghindari petaka yang bakal terjadi kalo doi gak menepatinya. Huft...
***

[21.25] kamar Leman

Ada satu jam lebih Lena berbincang-bincang dengan Leman sambil menenggak wishkey yang dibelinya tadi. Setengah mabuk, Lena berkata pada Leman, “Eh, Tonggos, jangan mentang-mentang gue ngelayanin lo malem ini, trus lo minta yang enggak-enggak ke gue yaak!?” tegas Lena, lalu menenggak air dalam kaleng yang sudah digenggamnya dari tadi.

“Gue cuma mo nungging. Kenapa cuma mo nungging!? Biar gue gak ngeliat muka loe, jangan kesinggung yaak!” lanjutnya lagi sambil mengelap tetesan whiskey cola yang lumer di pinggiran bibirnya yang tipis, sexy penuh pesona.

“Iya, mbak.” jawab Leman lugu. Padahal kontol dan jantungnya saling berpacu.
Persis the Road Runner dikejar E.Coyote dalam balada Looney Tunes.

Setelah merasa kepalanya lumayan enteng, Lena berbalik arah, mengangkat badannya tapi lutut dan ujung kakinya tetap menyentuh lantai. Dengan kedua tangannya ia melorotkan CD hitamnya sebatas lutut, kemudian menungging tanpa menyingkap bagian bawah dasternya. Ready to be executed ...

Sang Algojo pun mempersiapkan pedang saktinya, melepas seluruh pakaian yang menutupi bagian bawah tubuhnya, celana + sempak. Tapi sebelum melakukan seksekusi, sang Algojo ingin bermain-main dulu dengan tubuh terpidana.

Leman menyingkap bagian bawah daster Lena dan menemukan bongkahan mulus bernama pantat, dihias sunhole kebiruan dan segumpal daging yang nemplok di tengah selangkangan yang mulus seperti tak pernah disinggahi bulu. Bak punguk yang akhirnya sampai juga di bulan, semua persendian Leman bergemeretak, biji matanya gak kedip melihat apa yang ada di hadapannya. MEMEK. Ini bukan memek biasa, ini memek Lena, Lena Soderberg, di saat orang lain cuma bisa mengkhayal, Leman mendapatkannya dan mulai mencicipi permukaannya yang ….

“Sshhh...” Lena mendesis begitu Leman meletakkan ujung lidahnya di permukaan memeknya, lalu bergerak turun naik, menyapu bersih area antara anus sampai klitoris yang masih bersembunyi kurang terangsang. Tapi begitu Leman ingin menggunakan telunjuknya, Lena langsung melarangnya.

“Jangan pake itu, tangan lu kotor!” bentak Lena tanpa menoleh ke arah pantatnya.

Leman jadi keki. Ya udah, akhirnya cuma lidah dan bibir tonggosnya lah yang bisa bercokol di sana. Cukup dengan foreplay ala kadarnya, Leman pun mulai mencari posisi, mengarahkan kontolnya ke vagina yang mulai merembes basah dan menekannya.

“Shhh!” sang terpidana mendesah lagi, merasakan ’kepala tuyul’ menusuk vaginanya. Bangsat, kontol si Tonggos gede lagi, Lena membatin. Tapi pas banget buat posisi begini, pikir Lena begitu tau kalo kontol si Tonggos adalah penis impiannya, sedikit melengkung ke atas, tepat untuk memanjakan titik G-spotnya.

“Oughh... shit!” ungkap Lena lagi sebab titit Leman udah hampir masuk semuanya.

“Peret banget nih!” bisik Leman pada dirinya sendiri, merasakan memek mantan boss-nya yang begitu nge-gripp, nggigit... WatTauuWW!

Sampai akhirnya, kontol Leman pun mendarat sempurna. Tapi si empunya kontol gak langsung mengayuhnya, dirasakan dulu olehnya isepan dan kedutan dalam meki si presenter yang bohay ini. Mungkin kalo si Leman ga di dopping oleh viagra, pasti bibit-bibit bandengnya udah muncrat duluan.

Sementara suasana di luar yang biasanya gak pernah sepi, kali ini ga ada sepeserpun manusia yang berlalu lalang lantaran gerimis sudah menjelma menjadi hujan yang cukup deras. Kecuali dua bocah dekil yang hujan-hujanan sambil memunguti gelas-gelas plastik di pinggiran kali yang pasti bakal meluap besok pagi. Dua bocah kerempeng yang mencoba survive di tengah gemerlapnya kota. Dan mereka ada di antara kita!

***

“Shh... aghhh... aagghhh... aaghhh... Le-Leman! Bangsat banget luh!” Lena menceracau di ewe Leman.

“Oughh... mbak, shh... aagh...!” Leman gak kalah berisik, sambil terus menyodok kontolnya dalam belahan memek peret Lena, dia berceloteh.

Kontol dalam meki Lena terus menyerang tanpa ampun, gerakan menusuk yang kadang diselingi goyang memutar persis si Inul kalo lagi ngebor membikin Lena makin klenger, kedua tangannya mengepal menahan nikmat yang nyer-nyeran, yang ditularkan memek ke segala bagian tubuhnya. Semua ’instrument’ seksual pada tubuh Lena mulai berkontraksi mengantarkan desir kenikmatan yang sebulan terakhir ini cuma jadi mimpi. Sesekali mantan mahasiswi UN*AD itu menjilati bibirnya sendiri, kadang menggigitnya juga, sementara kesepuluh jari lentik yang berkutek merah itu makin erat mengepal gak nahan.

Perlahan kenikmatan yang dirasakan si cantik membuatnya lupa kalo Leman lah yang mengentotnya. Halusinasi mengantarkan bayang mantannya, ke dalam otaknya yang sedang dikendalikan alkohol dari Jack Daniel Whishkey cola. Merasa kalo sepasang tangan yang menggenggam pinggulnya adalah tangan mantannya, merasa kalo kontol yang meng-invasi mekinya juga milik mantannya.

“Aduh, mbak… ahh.. enak!
Enak banget!!” tiba-tiba lenguhan si Leman membuyarkan halusinasinya.

Lena makin meringis.
Didesak... digoyang... ditekan... diputer... dijilat... dicelupin... Lena merasa kalo mekinya pengen kencing, tapi dia nahan sebisanya, tapi perbuatan si kontol gak bisa di toleransi. Leman terus mengentotnya... terus.. terus.. terus.. dan...

“Uuhhhh... ughhh... uhh... uuhh...!” Lena menggerinjing, lenguhannya terdengar menyayat menandakan orgasme telah merangkul tubuhnya. Sementara si Punguk yang beruntung itu, benar-benar merasakan kenikmatan dunia, dirasakannya struktur dinding meki presenter cantik tersebut meremas dan mengunyah sekujur batang kejantanannya, meki yang hangat, meki yang seakan berkata: “I've got here!”

Tiba-tiba aja ponsel si Leman berdering, menandakan ada sms masuk. Si Tonggos mencabut penis kesayangannya dan segera meraih celananya yang tergeletak gak jauh dari TKP, merogoh ponsel di dalamnya. Di otaknya udah kebayang kalo sms tersebut berasal dari somebody yang berinisial E, tapi dugaannya salah, sms tersebut berasal dari nomor yang gak dikenalnya.
Penasaran, Leman pun membukanya...

New Short Message Received

From: 08xxxxxxxxxx

Open => Yes => kLik

”Eh, kampret! Gue tau elu lagi tidur ma Lena kan?! Gue ga mo tau, sore ini lu mesti transfer setengahnya lagi. Kalo enggak!! Awas aja lo!”

Elijah

Nb. bales ke no gue, jangan ke no ini.
Elijah?!

si tonggos pun membalasnya.
To: Elijah
“Wahai si pemilik gigi kelinci, janganlah anda bergalak-galak ucap, karena itu gak bagus bagi kesehatan anda. Hehe… tenang aja, El, sore ini gue langsung transfer ke rekening eluh. Btw, makasih yak! Itunya peret en wangi lhoo… hahaha!”
Ternyata eh ternyata, ini semua kerjaan Elijah, demi mendapatkan tiket gratis PP ke Ausy dari cowok yang punya dendam pribadi pada Lena. Tapi gak pa-pa juga lah kalo ujung-ujungnya semua yang terlibat di dalamnya mendapatkan kepuasannya masing-masing.

Week end ini Elijah happy, bisa juga nonton konser Slipknot di Melbourne, Leman juga gak kalah Happy, seperti menyelam sambil minum kopi, dia dapat 2 kepuasan sekaligus, do u know!? sedangkan Lena? Akhirnya presenter kita yang cantik dan bohay ini bisa juga menemukan orgasmenya yang hilang, apalagi dengan kontie impiannya, kontie yang mantap buat posisi doggy style. Hahaha, DOGGY STYLE. Do you like Doggy style? I LIKE DOGGY STYLE... AAUUUUUUUUUU....!!

Faktanya, bahwa Elijah lah yang menyembunyikan BB Lena dan memberikannya ke si Leman.

***
Jam di dinding menunjukkan pukul 10 malam, berarti masih ada sisa kurang lebih 7 jam buat Leman melampiaskan dendamnya. Leman yang beruntung pun melanjutkan lagi tugas negaranya, menagih janji dari sang pesumpah, korban Elijah.

0 comments:

Post a Comment

 

©2011Pojokan Dewasa | by TNB