Thursday 21 February 2013
Dion Pemuasku
Cerita Dewasa Tante Girang Terbaru ini
merupakan sebuah kisah seks tante girang yang menarik dan menggairahkan
untuk dibaca dan diresapi. Merupakan sebuah pengalaman seks dewasa yang
luar biasa menggelora dan bikin nafsu kita naik sampai ke ubun-ubun.
Selengkapnya, silahkan disimak dan dibaca cerita dewasa tante girang
terbaru berikut ini!
Ini Pengalamanku sebenarnya, sengaja
aku samarkan namaku dan suamiku agar dia tidak tersinggung dan tidak
tahu kalau ini yang nulis saya, Kalau sampai tahu kan nggak enak dong,
bisa tengkar nantinya.
Kejadian ini tidak pernah kuduga
sebelumnya, Selama ini rumah tanggaku berjalan baik dan aku tidak pernah
melakukan hubungan sex selain dengan suamiku sendiri. Ade, suamiku
seorang kontraktor yang cukup besar di kota Malang Jawa Timur, hampir
setiap hari waktunya habis dikantor untuk mengurus proyek dan proyeknya.
Aku sendiri Dini menikah dengan Ade, kakak tingkat kuliahku di
Perguaruan Tinggi Bandung, 2 tahun diatasku.
Kehidupan
sexku biasa saja, dan cenderung membosankan padahal kurasakan sampai
sekarang gairahku cepat sekali memuncak dan kalau melakukan hubungan
intim aku suka sekali berlama- lama menikmati dengan berbagai variasi,
tetapi suamiku orangnya kuno dalam melakukan hubungan sex dengan cara
yang biasa saja, dia diatas dan aku dibawah, kadang aku kepingin juga
cara lain seperti pada video porno yang pernah kulihat saat suamiku
pergi, tapi tidak pernah kesampaian, karena pernah kuutarakan pada
suamiku dia tidak menjawab apapun, sehingga kadang aku merasa tidak
puas.
Aku sering juga melakukan masturbasi untuk menambah
kepuasanku sambil membayangkan wajah seseorang dengan penis menantang.
Saat ini aku dikaruniai 2 orang anak yang cukup manis dan ganteng. Aku
sendiri memiliki beberapa kesibukan dirumah dengan membuat caterring
untuk beberapa perusahaan yang ada di Malang. Jadi dari segi materi aku
bisa dikatakan sudah cukup.
Untuk mengisi waktu luang aku
sempatkan mengikuti kegiatan kesehatan berupa senam pada sanggar senam
tertentu hal ini aku lakukan untuk menjaga stamina dan juga tubuhku biar
tidak gembrot, dan hasilnya lumayan saat ini tinggi badanku 165 cm,
rambutku hitam pekat, mata coklat, pinggangku cukup ramping pantat juga
berisi dan yang penting payudaraku tidak kendor walaupn pernah menyusui
dan ukurannya cukup membuat orang menelan ludah 36C.
Aku
sengaja mengambil jadwal pagi karena siang sedikit aku harus sudah rapi
berada dikantor pribadiku. Setelah membereskan urusan rumah aku bersiap
berangkat menuju tempat senam, dengan memakai T shirt Kuning cukup ketat
dan celana senam aku memagut diri dikaca, Yach,… lumayan juga pikirku,
dengan tshirt tersebut payudaraku seakan tertekan dan hendak melompat
keluar, aku sadari itu.
Peugeot 306 yang kukendarai
memasuki pelataran parkir kulihat didalam suara cukup ramai juga kiranya
hari ini. Aku memang tidak pernah ikut ibu-ibu yang suka ngerumpi
ditempatku senam, selesai senam aku langsung pulang. Pagi ini berbeda
sekali tempat senam hampir penuh, aku duduk sendiri ditepi sambil
mempersiapkan baju senamku, aku menuju kekamar ganti kudengarkan ada
beberapa suara ibu-ibu cekikikan sambil menceritakan pengalamannya, Ah,…
gila pikirku, mereka suka sekali sama laki-laki muda usia untuk
permainan sexnya.
“Iya Jeng Nik,… tadi malam itu seru
lho, aku tidak menyangka Dion begitu perkasa, aku dibuatnya tak berkutik
dalam 4 ronde sekaligus, padahal kelihatan dia paling pendiam ya
disini, dan permainannya,………. Yahuuut lho, memekku sampai seperti mati
rasa,……” Cerita salah satu ibu peserta senam.
“Ah,….
Masak sih jeng Rita,….. yach,… sayang aku nggak dapet ya,… kalau sama
Rico gimana jeng,……… itu lho anak SMA 3 yang kita temukan bersama waktu
nongkrong di café Regent,….. yang itunya item dan gede.” Timpal
temannya.
”Oh,….. Kalo yang itu sih lumayan, tapi permainannya masih hebat si Dion, Awalnya saja aku sudah keder dibuatnya.”
”Masa,…
aku jadi pengin mencobanya jeng,…… Lihat aja ya nanti,… aku habisin dia
dengan segala tenagaku,…” celetuknya dengan geregetan.
Pembicaraan
terus berlangsung secara tidak sadar aku terbawa ikut memikirkan Dion,…
Apakah Dion itu pelatih senam yang baru 2 bulan melatih ditempatku,
kalo lihat cirinya pendiam dan acuh sih memang dia,…tanpa terasa
tanganku telah berada diantara dua pahaku terasa hangat dan kuraba pelan
memeku dari luar baju sanam ah,…. Cepat-cepat kubuang pikiran buruk itu
aku tidak ingin terjadi sesuatu. Semakin kupikir semakin berkecamuk
pikiran itu ada. Aku ingat waktu itu Dion memang sempat menjadi buah
bibir dikalangan ibu-ibu tempatku senam tapi aku tidak pernah sedikitpun
ikut didalamnya. Apakah dion itu ya yang dibicarakan ibu-ibu. Pertama
kali masuk Dion memang sempat grogi disoraki oleh ibu-ibu bahkan sempat
membuat wajahnya memerah ketika perkenalan ibu-ibu menanyakan statusnya.
Bahkan salah satu ibu ada yang nyeletuk menanyakan besar tidaknya
ukuran vital Dion, dan hanya dijawab dengan senyum saja.
”Tok,..
Tok,… Tok,…..” Aku terkejut mendengar pintu kamar ganti diketok dari
luar, ah kiranya cukup lama juga aku berada dikamar ganti, cepat cepat
kekemasi barangku dan keluar menuju hall senam, disana masih banyak ibu
bergerombol menunggu waktu senam berlangsung.
Aku duduk
sendiri sambil minum the hangat, tiba-tiba disebelahku duduk empat
ibu-ibu yang nampaknya cukup centil dengan usia yang bervariasi. Sambil
berbasa-basi dia memperkenalkan diri dan aku agak terkejut karena suara
dan namanya sama dengan yang ada di kamar ganti sebelahku tadi.
Jeng
Nanik dan Jeng Rita cukup keren juga orangnya dari parfum dan merk lain
yang ada ditubuhnya bukan orang yang tidak mampu kiranya. Nanik kutasir
berusia 37 tahun dan mengaku anaknya 3 dan suaminya pegawai swasta
dengan jabatan cukup layak, kulitnya putih dan mulus dengan alis tebal
dandanannya tidak semenor Rita Tingginya sekitar 5 Cm dibawahku dan
payudaranya juga tidak sebesar punyaku, kutaksir sekitar 34 B tapi
nampak serasi sekali dengan penampilannya. Kalau Rita lebih tinggi dari
Nanik tapi masih dibawahku, rambutnya dipotong pendek dan kulitnya
kuning langsat dengan jari lentik payudaranya kutaksir bernomor 36 B dan
pantatnya lebih besar dari Rita, dan kelihatan sekali Rita lebih
aggresif dalam pembicaraan, sambil diselingi tawa renyah mereka.
”Eh
jeng Dini kan sudah lama ikut disini, udah pernah nyoba-nyoba rasa lain
nggak selain rasa suami,……Dengan cara arisan bersama,… enak lho jeng,
rugi kalo nggak mencobanya” celetuknya berbisik hati-hati,…… Sambil
sesekali melirik Nanik. Merah wajahku rasanya, karena selama ini tidak
pernah aku temukan orang yang bicara terbuka seperti itu,…
“E,….
E,….. ti,… ti,… dak kog,.. ini apa ya,…. Aku gelagapan. Dan serempak
dua ibu tadi tertawa berbahak-bahak,…… Ah,… masa jeng Dini, lha wong
sekarang fasilitas sudah banyak kog tidak dipergunakan, yach,… JUST FOR
FUN saja kog, kalo habis yang dibuang to jangan dibawa pulang bungkusnya
bisa bahaya ya jeng Nanik,"
"Iya lho Jeng Dini kita ini
kan punya kelompok disini yang kadang bikin acara enjoy bersama dan
tertutup sekali lho, tidak semua ibu boleh ikutan disini, Tak lihat jeng
Dini mulai pertama ikut senam tidak pernah ada teman dan menyendiri,
apa salahnya kalo bergabung dan menikmati menu baru kami."
Gila orang-orang ini Jeng Nanik pintar juga ngomong gituan, belum sempat aku berpikir dan menjawab mereka menyela lagi.
“Sudah
lah jeng Dini ,…. Ikut aja rahasia pasti terjamin kok,.. dan yang
penting ada menu baru tiap bertemu”. Sambil menarik tanganku menuju hall
senam.
Konsentrasiku bubar selama senam aku secara tidak
sengaja hanyut oleh pikiran ibu-ibu, dan kebetulan pelatihku hari ini
Dion. Kuperhatikan seksama Dion cukup keren juga Tongkrongannya bodinya
bagus, otot-ototnya nampak menyembul, dan,…. Ayooo,… hap,… satu,… dua,…
renggangkan kaki,… perintahnya. Dia menghadap peserta senam dan,…
Alamak,… otot diantara kedua selangkangannya tertekan oleh baju senamnya
nampak menyembul keras dan cukup panjang, aku jadi berpikiran yang
bukan bukan, seandainya bisa kugenggam dan kulakukan seperti di video
porno itu enak kali ya,…….Gila,… pikirku aku kok jadi gini.
Senam
sudah usai, mobil merangkak pelan menuju garasi, kuhempaskan tubuhku
diatas kasur, pikiranku berkecamuk membayangkan perkataan ibu-ibu
tentang menu baru penuh rahasia tadi, tiba-tiba pikranku menerawang dan
melintaslah bayangan Dion dengan mesra aku merinding, Dion seolah datang
dan memelukku, tangannya mulai membelai punggung dan turun ke pantat.
Diremasnya pelan dan kurasakan benda keras diantara selangkangannya
menempel ketat dibaju senamku, aku kegelian, dan,….. Lambat namun pasti
kurasakan tangannya mulai menyentuh dadaku yang kenyal, kurasakan
pelintirannya membuat pentilku mulai kaku dan keras..
Aku
mulai mengejang, tapi tak dilepas tangannya didadaku bahkan mulai nakal,
tangan kanannya berani menuju selangkanganku dikuaknya kuat-kuat
celanaku sampai kudengar robekan kain Oh,……. Jari-jemarinya membelai
lembut gumpalan daging lunak penuh bulu dan,… Mulutnya tak tinggal diam,
Dion mulai mengeluarkan lidaknya menjilati memekku yang mulai basah,….
Aaaaaahhhhhhh,,,, Zzzzzzzt,….. aku tak kuat menahan, Dion masih terus
menjilat dan menjilat klentitku mulai kaku dan memekku semakin basah
dan,….
Kriiiinngggg,….. Krrriiiiingggg,…. Suara telepon
berdering aku tertegun,…Gila cing aku bisa membayangkan dengan Dion
begitu hebaaat, badanku meriang rasanya dan satu lagi yang kurasakan
basah diselangkanganku. Aku bangun bermalas-malasan dan kuangkat
telepon.
”Hallo,…. Jeng Dini ada”,….. ” Ya saya sendiri, siapa ini ya,…”
”Aduh,….
Masak lupa saya Rita yang senam tadi,….. Wah sedang apa ini kog
kayaknya malas-malasan saja,…….. Terasa sekali memang agak serak suaraku
saat ini habis membayangkan dengan Dion kering rasanya tenggorakkan.
“Oh,…. Tidak jeng ini lho sedang membersihkan rumah kacau balau gini, kalau jeng Rita sedang apa ini kok tumben telpon saya”
”Ah
enggak lagi free aja ini ngga’ ada temen ngobrol,… Eh,.. iya gimana
tadi tawaran kelompok kami jeng,… Mbok ikut aja lah biar sekali-sekali
punya menu sesuai selera,… ha ha ha,….. ndak usah takut,.. enjoy aja
kok,. Jeng Rita menceritakan panjang lebar club gilanya dan aku tambah
menerawang atas kegiatan dengan pengalamannya yang menggila itu.
“Jeng Rita apa suami jeng nggak curiga,…….."
Belum selesai aku bicara, Rita menimpali dengan amat berapi-api.
”Ya
caranya dong,… abis gituan sama yang lain jangan mikirin dia lagi, abis
ya abis kan beres jeng jadi nyampek rumah pikiran fres dan segar lho,….
Bener Jeng,… ayo deh ikutan ,…… nanti pasti deh jeng Dini suka. Rayunya
tak henti-henti”.
Tak lama berselang telepon
kuakhiri tanpa jawaban iya atau tidak,….. aku bingung dan berfikir keras
sampai akhirnya aku tertidur.
Sore hari setelah menerima
laporan dari tukang antar caterringku aku membukukan hasil caterringku
selama sehari, aku membantu anak-anakku menyelesaikan tugas belajarnya.
Kudengar bel pintu dan suamiku pulang dengan wajah kuyu kelelahan,
kupersiapkan perlengkapan mandinya. Malam larut aku sangat menginginkan
hubungan intim malam ini, kucoba dekati suamiku dia sudah tertidur lelap
tergambar kelelehan diwajahnya, aku kasihan tapi memekku sudah mulai
basah ingin dijenguk oleh kemaluan suamiku. Kucoba membangunkan dia,
tapi dia menolak dan hanya kekecewaan yang kudapat malam ini dan tanpa
tersadar aku sudah terlelap.
Suasana hingar bingar ruang
senam kembali kudengar dan kulihat sekeliling kembali bergerombol
sekelompok ibu-ibu yang 3 hari kemarin mengajakku ikut dalam
kelompoknya.
”Hai jeng Dini,… sini dong kenapa sendirian saja disitu” ajak jeng Rita sambil tersenyum.
Kulangkahkan kakikku menuju kearah mereka kuhitung ada 7 orang denganku. Aku berbasa basi memperkenalkan diri.
”Ibu-ibu,
ini peserta baru kita yang saya ceritakan kemarin itu lho, Gimana Jeng
jadi ikutan ya,… untuk pengalaman aja kok… ” ajaknya merayu.
”Iya jeng ,…. (spontan ibu-ibu seperti Koor)
“Rahasia terjamin deh”
“Mereka itu sudah terlatih kok, habis acara ya kayak ngaak kenal lagi sama kita deh,… dijamin”
”Dan yang penting jeng dijamin pasti enjoy dan kurang terus.. Hehehe”
Suara
mereka bersautan mempromosikan kegiatannya selama ini. Aku yang pusing
belum memperoleh jatah suamiku tiba-tiba timbul pikiran burukku untuk
mencobanya.
”Tapi,… Gimana ya?!” Tanyaku bingung dan ragu.
”Alaaaaaahhhh
nggak usah bingung jeng nanti kita antar dan kita service untuk anggota
baru kita, gimana ibu-ibu kalo saat ini kita tetapkan aja bahwa anggota
baru kita yang memperoleh jatah arisan kunci saat ini dan langsung kita
antar,Setuju?”
”Setuju deh biar tambah saudara,…. Nah
sekarang kita senam dulu yok…" Ajaknya sambil memberikan kunci padaku
dan aku menerima kunci tersebut tetapi tidak tahu untuk apa kunci itu.
Senam
kali ini aku benar-benar tidak konsentrasi dan bingung apa yang harus
aku lakukan, hampir semua gerakanku tidak ada yang benar. Senam telah
berakhir dan ibu-ibu mengajak menuju tempat yang telah disediakan,
sebuah rumah yang cukup bagus dengan halam luas dibelakang terdapat
kolam renang, aku membuka dengan kunci yang telah disediakan, dan
kulihat ada 3 kamar yang tertutup setelah omong-omong sejenak, beberapa
ibu masuk kamar mandi untuk membersihkan diri tak lama kemudian mereka
ada yang minta diri untuk pulang.
”Begini jeng Dini itu
kuncinya ada lima kan ?… salah satunya kunci diruangan yang tertutup ini
nah nanti kalo jeng Dini sudah siap buka aja kamarnya dan lihat sendiri
deh ada apa disana dan enjoy saja rumah ini aman kog, ini punya jeng
Nanik dan memang khusus untuk kegiatan Arisan ini, kebutuhan makan dan
minum ada di kulkas, dan silahkan saja dinikmati sampai jeng Dini suka
kalo pulang ya langsung aja pulang, kuncinya jangan dibawa lho jeng,…
liriknya menggoda”.
Aku termanggu mendengarkan ocehan
jeng Rita sementara temanya hanya tersenyum dambil memainkan matanya.
Aku semakin bingung bagaimana nantinya. Tak lama kemudian mereka berdua
mohon pamit pulang terlebih dahulu dan aku tinggal sendirian. Aku
bingung melangkah antara iya dan tidak, aku juga teringat kisah
khayalanku dengan Dion,…… aku tercenung.ingin mencobanya, kulangkahkan
kaki dengan berdebar Klik,.. !!!! pintu pertama kubuka tapi kulihat
sekeliling tidak ada seorangpun, pintu kedua kubuka dan,…. Darahku
berdesir hebat kuluhat seorang lelaki tegap dan cukup ganteng dengan
kulit bersih memakai T shirt hitam dan celana pendek biru tua dia
tersenyum, aku membalas kecut dan kuurungkan langkah kakiku masuk kamar
tersebut, aku kembali duduk diruang tamu.
Kunyalakan televisi untuk menepis kegugupanku kuganti channel per channel tapi tak ada yang menarik tiba-tiba…
"Hai
,.. Aku Bandi,.. Kenapa kog tidak ngobrol didalam saja tadi kan udah
buka pintu tak tunggu lho,…..” pintanya sambil mengulurkan tangan
perkenalan.
”Eh,.. e….Aku Dini,,.. Eh… Ah nggak kog Aku cuman pengen tahu aja,” jawabku gugup dan tanganku mulai berkeringat dingin.
Kuperhatikan
wajahnya ada bulu halus didagu masih baru dicukur dan dadanya cukup
bidang dengan tinggi badan berkisar 175 Cm, otot-ototnya menonjol kuat.
Bandi dengan santai duduk disebelahku sambil ikut mengawasi televisi
yang remotenya masih ditanganku, dia tahu kalo aku gugup diambilkannya
aku minum susu hangat dan dia menuju ke televisi diputarnya Film laser
disk. Aku diam saja dan dia mulai membuka pembicaraan basa-basi untuk
melemaskan suasana. Aku kaget dua kali karena begitu aku menoleh ke
televisi, kulihat film porno yang diputar, disana terlihat orang kulit
putih sedang asyik menghisap kemaluan orang kulit hitam yang tegang dan
panjang, aku risih dan malu tapi badanku mulai hangat terutama ada rasa
geli disekitar pahaku, Bandi kelihatan mulai lebih mendekatiku aku tak
menghiraukan mataku tetap kearah televisi, tanpa kusadari aku mulai ikut
hanyut dan kurasakan ada benda asing yang menempel didadaku, kulirik
ternyata tangan Bandi kutoleh dia hanya tersenyum dan melanjutkan
kegiatnnya.
Aku diam merasakan dan dia semakin berani,
diselusuri leherku dengan bibirnya,… turun kebahuku,… ditariknya pelan
kaosku sampai kelihatan tali Bh. ku aku tak tahan, disofa aku direbahkan
perlahan, dia tambah semangat, tanpa bicara dia mulai mengupas kulitku
perlahan, tak pernah kurasakan hal ini sebelumnya, aku seolah melayang
kegelian.
Bandi membuka sendiri kaosnya dan kulihat dada
bidang itu ditumbuhi bulu halus. Dia bekerja sendiri ditariknya kaosku
sampai beberapa kancing terlepas dan diangkat keatas hingga sekarang
hanya tinggal Bh da rokku saja, tanganya kurasakan menempel lagi pada
susuku dipelintirnya ujung susuku dan kurasakan mengeras,dia mulai
menindihku, aku terpejam kurasakan bulu-bulu halus mulai menyentuh
dadaku…
Ditariknya lepas BHku sehingga susuku yang besar
seolah melompat keluar dadaku bandi terkejut melihat besarnya susuku
dengan warna kuning langsat dengan bulatan kecil coklat tua kemerahan
serta putting kecil menantang mulutnyapun menuju putingku… kurasakan
lidahnya lincah membuat nafsuku memuncak, putingku semakin mengeras
sesekali kurasakan gigitan kecil giginya menggores putingku.
Diatas
perut kurasakan ada benda yang membonggol mendesak hebat. Bibirku
terasa habis dilumat bibirnya, sampai aku tak bisa bernafas, aku mulai
berkeringat dan tangan kanannya mulai menuju kearah vagina, diselipkan
diantara pahaku, aku gak kuat kupeluk dia dan dia semakin berani
ditariknya rokku sampai terlepas, ditarik perlahan celana dalamku sambil
tersenyum dan dengan sigap direnggangkannya kakiku sehingga dia dengan
leluasa Bandi melihat memekku yang padat dengan bulu hitam keriting,
tangannya mengocek memekku yang sudah basah.
Dimasukkannya
jari tengah sedangkan ibu jari dan jempolnya membuka jalan dengan
meminggirkan rambut kemaluanku. Klentitku kaku, dijilat dan disedotnya
susuku sampai aku kegelian dan kini kurasakan mulutnya sudah diatas
memekku. Aku semakin geli lidahnya menyapu bersih ruang dalam memekku
yang basah sambil tangan kanannya ikut membantu memainkan.
”Eeeeeeeh... Bandi... aduuuuuh… ” aku mengerang kegelian, tapi dia tidak perduli diteruskannya mempermainkan klentitku.
Aku
sudah tak tahan, dengan berjongkok kududukkan bandi dan aku kaget
melihat benda menggelantung tegak menghadap keatas (bukan tegak lurus
seperti punya suamiku kayaknya) disela selangkangannya. Dia hanya
tersenyum memegang leher penis dan digerak-gerakkan dengan tangannya,
kudekati dan kupegang.
Alamak.. tanganku tak cukup
melingkar pada penisnya dan panjangnya 2 cm dibawah pusarnya. Aku geli
dan takut melihatnya Hitam, mendongak seperti pisang ambon besarnya,
Kutaksir panjangnya sekitar 19 Cm, sedangkan yang pernah kurasakan hanya
16 CM.
”Kenapa kok dilihatin seperti itu?” tanyanya.
”Eh… aku heran kok kayak gini ya… cukup nggak ya ini lewat punyaku nanti?” Jawabku sambil tetap memegangnya.
Belum
selesai aku melanjutkan omonganku disorongkakn ujung penisnya
kemulutku, dan ehm… mulutku tak muat menampung semua penisnya kedalam…
kurasakan nikmat juga, selama ini aku tak pernah seperti ini… Sedotanku
keluar masuk penisnya menyembul tenggelem dalam mulutku tangannya juga
tidak diam menggapai semua bagian tubuhku yang sensitif, aku semakin
terangsang. Tak lupa pula Bola penis dua buah menjadi sasaran lidahku,
kurasakan ada cairan bening sedikit cukup manis dan terus kuhisap sampai
mulutku tak mampu lagi menahan.
Tiba-tiba terlintas
dipikiranku bahwa Aku akan berbuat seperti yang di Laser Disk itu. Ingin
merasakan air mani Bandi yang segar nanti akan kuhabiskan.
”Din
coba kamu ngadep belakang dan pegangi ujung sofa itu.” Perintahnya. Aku
tidak menolak, kulakukan perintahnya tiba-tiba kurasakan penis bandi
dipukul-pukulkan pada pantatku aku kegelian.
Diserudukkan penisnya ke memekku dari belakang sulit sekali.. dia coba lagi dan gagal.
”Aaaaaaah... seret sekali ya kayak perawan..” omongnya.
Aku
semakin tersanjung karena anakku sudah 2 tapi memekku dibilang seret
kayak perawan. Aku berbalik ku bantu bandi dengan mengolomohi penisnya
dengan ludahku tapi masih juga tidak berhasil menembus memekku.
Kulihat
Bandi tidak kehilangan akal diambilnya hand bodi dan dioleskan pada
penisnya yang besar dan perlahan masuk pada vaginaku yang kecil,
kurasakan agak pedih.
”Bandi,.. udah ah… nggak bisa masuk lho…terlalu besar sih,”pintaku.
”Sebentar…
tahan dulu ya… ini udah nyampai sepertiga lho..” Jawabnya sambil
didesaknya vaginaku dengan penis dan… sreeet… sret… sreeeeetttttt.
“AaaaaUUUUUU...”
Aku menjerit kurasakan penis Bandi terasa tembus ke kerongkonganku,
digerak gerakan pantatnya aku kegielian… akhirnya banjir juga vaginaku
dan kurasakan kenikmatan saat penis Bandi maju mundur diruang vaginaku.
Sesekali pantatku ditepuknya untuk menambah semangatku menggenjot
penisnya, susuku dibiarkan bergelantungan bergerak bebas sementara
tangan Bandi sibuk memegang pinggulku memaju mundurkan pantatku. Saat
penis masuk badanku terasa tertusuk geli tak karuan. Sesekali juga Bandi
menciumi punggungku sambil penisnya terus bergerak keluar masuk
memekku. Aku juga berusaha dengan menggerakkan pantatku kiri kanan dan
penis Bandi seakan terjepit diapun mengerang kuat. Dipegangnya susuku
kuat-kuat dan ditarik masukkan penis besar tersebut berulang sampai aku
kelelahan.
”Aaaahhhhhh…Dini… aku mau keluar nih……” Erangnya.
”Sebentar
ya……” Kutarik penis Bandi dan tak kusia-siakan, kumasukkan lagi dalam
mulutku sambil kugerakkan maju mundur tanganku, dan dia semakin
kegelian, tak lama kemudian… Creeet.... Creeet.. Creeettt.. kurasakan
mulutku penuh dengan tumpahan air mani Bandi, segar rasanya. Kubersihkan
penis bandi dengan mulut dan lidahku dari air maninya, dipegangnya
kepalaku seakan dia tak mau aku membuang maninya keluar. Dan Bandi
tergeletak kelelahan dengan keringat yang luar biasa.
Kubersihkan
diriku dan kulihat Bandi masih istirahat dengan telanjang. Kuciumi
tubuh Bandi (kini aku tidak malu lagi) perlahan dia tersenyum dan
kulihat penisnya mengecil lemas… kupegang, remas perlahan dan aku masih
kurang nampaknya. Mulutku dengan sigap melahap penis bandi yang lemas
itu, dalam kondisi lemas, masuk semua bagian penis kemulutku, terus
kupermainkan seperti dalam LD yang diputar Bandi tadi. Tak lama kemudian
mulutku sudah tak muat menampung penis bandi untuk kukulum. Akhirnya
kurelakan sebagian batang penis Bandi keluar dari mulutku.
Bandi
pun mulai bangun dan aggresif, diusapnya vaginaku yang sudah kucuci dan
mulai basah oleh tangannya. Bandi berbalik menciumi vaginaku sementara
aku menciumi penisnya yang tambah mengeras (posis 69)
Bandi
tambah menggila dimasukkan semua bagian lidahnya ke vaginaku aku
menjerit kegelian. Bandi memindah posisi ditaruh tubuhnya diatas karpet
dan diangkatnya tubuhku menindihnya… penis Bandi ditutuntun menuju
lubang kemaluanku dan tanpa ampun lagi kemaluanku diucek-ucek oleh
penisnya.
Kurasakan penis bandi tidak masuk semuanya atau
memang vaginaku yang dangkal aku tak tahu, yang ada dalam benakku
sekarang hanya nafsu dan nafsu saja.
Kugerakkan naik
turun pantatku menduduki pahanya sementara vaginaku sibuk melahap penis
Bandi yang kekar dan angkuh itu. Tangan Bandi sesekali mengucek susuku
tak kuhiraupan karena nikmatnya tak seberapa dibanding dengan penisnya
yang mengisi penuh vaginaku. Kurebahkan tubuhku karena payah sambil
kulumat bibir bandi yang terus mengerang itu dan terus kugoyang pantat
sesuai irama nafsuku. Bandipun demikian. Aku mulai merasakan vaginaku
semakin longgar karena becek basah dan geliku memuncak… Kugigit dada
Bandi kuat-kuat untuk menahan kepuasan dan bersamaan dengan itu pula
kudengar erangan Bandi yang menyatakan bahwa air maninya akan tumpah…
Kupercepat menggoyang pantat karena aku tak mau menyia-nyiakan keadaan
ini aku ingin kepuasan maksimal…… Dan…… Aaaaaaaahhhhhhhhh…… Sreeeeet…
Sreeetttt… sreet…
Kurasakan ada aliran hangat menyemprot
vaginaku dan terasa penuh. Bandi masih mengerang hebat aku gigit dadanya
sekali lagi sambil kucakar punggungnya untuk menahan kenikmatan yang
tiada taranya ini. Kuangkat pantatku pelan-pelan dan masih kulihat
sisa-sisa ketegangan dipenis Bandi. Kuraih penis itu dan kubersihkan
kembali dengan mulut mungilku yang serakah tiada habisnya melihat penis
tegang besar dan keras itu. Bandi pun tersenyum puas layaknya aku,
ciuman mesranya mendarat dujung bibirku, dan diapun tak mau ketinggalan
mengusap vaginaku dengan lidahnya… akup un geli.
Tak
terasa hari sudah siang. Tak lama kemudian aku pamit dan aku menjadi
keterusan mengikuti acara ibu-ibu itu dengan berganti-ganti pasangan
yang hebat.
Sedangkan hubunganku dengan suami tetap tidak
terganggu karena suamiku tidak pernah minta yang aneh-aneh,… jadi asal
aku terlentang dia masuk... kocek-kocek sebentar selesai. Untuk kepuasan
lainnya aku dapatkan dari yang lain.
0 comments:
Post a Comment