Monday 18 February 2013
Arti Kata Cinta
Malam
itu, Luffy kembali lagi ke rumah nenek Nyon, yang sebelumnya memberitahu
Luffy mengenai eksekusi Ace. Di sana mereka melanjutkan
bincang-bincang, tetapi Luffy yang memang kurang memiliki sopan santun
terus saja mengunyah-ngunyah daging raja laut yang sebelumnya memang
sudah dia bawa –tapi kemudian ditinggalkan untuk bertemu dengan Hancock
sebentar.
Sementara Margaret terus memperhatikan Luffy dengan
pandangan terkagum-kagum dan terkadang tidak dapat menyembunyikan rasa
kagetnya yang luar biasa. Karena memang kisah Luffy dan rekan-rekannya
terlalu luar biasa bagi seorang gadis seperti Margaret yang terkurung
dalam pulau Amazon lily yang terisolir di Calm Belt.
Luffy
menceritakan kisahnya sedari dia kecil, berlatih (disiksa) Garp,
kakeknya, lalu bermain dengan kakak-kakaknya, Ace juga Sabo, dan
kisahnya dengan Shanks beserta nakamanya.
Setelah menghabiskan
setengah daging raja laut, dia mulai menceritakan kisah petualangannya.
Bertemu dengan semua nakamanya: Zoro, Nami, Usopp, dan Sanji. Lalu
Chopper, Robin, Franky, juga Brook. Tidak lupa juga dia menceritakan
tentang Vivi, nakamanya yang memilih untuk tinggal di negerinya sebagai
putri mahkota karena rasa sayang yang besar pada rakyat negerinya.
Margaret
pun menampakkan wajah yang sungguh terkagum-kagum. Matanya membesar dan
senyuman manis mekar di sekeliling bibirnya yang casual dan seksi.
Keringatpun turun dengan deras disekitar sisi mata sampai pipi dan hingga
akhirnya jatuh di lantai yang terbuat dari kayu.
Saat
nenek Nyon bertanya mengenai perjalanan Luffy. Maksudnya, perjalanan
panjang hingga bocah itu bisa mendarat di sini. Luffy dengan senang hati
menceritakannya, tapi tetap dengan daging yang terus dikunyah
dimulutnya sepanjang cerita.
Luffy mulai dari kejadian di Logue
Town, ketika dia akan dipenggal oleh seorang badut gila
yang-entah-kenapa-Luffy-lupa-namanya, di tempat panggung eksekusi di
mana sang Raja Bajak Laut dulunya mati. Margaret dan nenek Nyon
ternganga mendengar bahwa Luffy terselamatkan oleh sambaran halilintar
dan akhirnya berhasil kabur. Lalu pertempuran dengan salah seorang
Sichibukai, Sir Crocodile di Arabasta. Menantang dewa, God Enel di pulau
langit, di atas tanah legendaris Shandora. Hingga menghancurkan pasukan
intelijen pembunuh khusus pemerintah dunia. Pertempuran di pulau hantu,
Juga peperangan besar di kepulauan Shabaondy.
"Fyuuh, bocah
Luffy." nenek Nyon membuka. "Aku hampir tidak percaya kau melalui
petualangan sebesar itu, bahkan sampai menemukan tanah legendaris
Shandora!"
"Hahaha, aku juga sama hampir tidak percayanya dengan
nenek, kalau aku bisa terdampar disini." Sebuah tawa yang riang
diberikan Luffy dengan daging beterbangan kesana kemari. "Uhuk, uhuk!"
akhirnya Luffy mendapatkan batunya dengan tersedak oleh daging yang
nyangkut di tenggorokannya.
"Uum, Luffy...silahkan tehnya,"
Margaret menyodorkan teh hangat dengan tangannya yang lembut namun sudah
sangat terlatih dalam hal memanah.
"O, twerhima kwaswih, Mwargaret!" sahut Luffy masih dengan daging raja laut di mulutnya.
Tak terasa, haripun sudah hampir menjelang tengah malam.
"Baiklah, aku duluan" ucap nenek Nyon.
"Ok, baiklah nenek kacang."
"Siapa yang kacang! Enak saja, dasar bocah!" jawab nenek Nyon kesal.
"Um, nenek Nyon..." potong margaret.
"Ya, Margaret. Aku mengerti." jawab nenek tua itu. "Bocah Luffy, kau tidak keberatan bukan menemani Margaret lebih lama lagi?"
"Aa,
gamasalah, 'kok" jawab Luffy dengan santai. "Lagipula sisa dagingnya
masih banyak, 'nek kacang. Biar kubagi sedikit buat Margaret nanti."
"Baguslah."
Luffy pun menyelesaikan sisa daging raja lautnya sendirian dalam 20 menit, lalu membuka pertanyaan kepada Margaret.
"Kau tidak lapar, Margaret?"
"Um!
tidak, aku tidak lapar Luffy." jawab gadis itu terkejut karena
lamunannya dipecahkan, tapi berusaha menyelipkan senyuman yang manis
pada kalimat terakhirnya. "Aku, entah kenapa...senang menatapmu,"
"Mm? menatapku senang ?" tanya Luffy yang sudah kekenyangan, duduk terkapar.
"Iya." jawab gadis itu dengan senyum malu-malu dan pipi yang merona.
"Aneh. Kalau aku 'sih sukanya menatap daging."
"Daging?"
"Ya. Apalagi daging yang 'beesaaar'."
"Daging
yang besar?" tanpa sengaja Margaret menyentuh buah dadanya. Gadis itu
meraba-rabanya dan berpikir apakah daging di dadaku ini cukup besar?
Kalau dibandingkan dengan milik Aphelandra, sudah jelas dadaku lebih
kecil, pikirnya. Kyaaa, apa yang kupikirkan, teriak Margaret di dalam
hati sambil menyentuh kedua pipinya yang merona.
"Mm? kau kenapa, Margaret?" tanya Luffy berusaha mencari tahu dengan melihat wajah Margaret. "Kau sakit? wajahmu merah."
"Tidak 'kok Luffy-san..."
"Coba
sebentar..." Luffy mencondongkan badannya ke arah gadis itu, dan
menyentuhkan keningnya dengan kening lembut milik Margaret. Yang
menyebabkan seluruh wajah gadis itu semakin merona hebat.
"Kau demam, Margaret ?"
"Um, ee... itu, tidak 'kok, Luffy-san, hanya..." Jawab Margaret.
"Hanya?"
"Hanyasajaakusedikithaus...!"
dengan sangat buru-buru gadis itu menjawab. Ia mendorong tubuh Luffy
sedikit kebelakang sehingga keningnya terpisah dengan kening Luffy dan
berlari sesegera mungkin ke dalam rumah.
"Oo...haus, ya ?" sahut Luffy, disusul tawa lebarnya melihat Margaret berlari terburu-buru.
***
Saat
Margaret di dalam, Luffy melantunkan senandung 'pulau bermusim'
bodohnya sambil menggali hidung. Kemudian secara tidak sengaja, dia
melihat pohon mint tumbuh di depan beranda rumah.
"Hah, daun mint, ya?" Luffy melihat pohon mint di depannya dan teringat akan kata-kata Sanji,
"Oi,
Luffy, kalau kau akan berbicara dengan seorang lady pastikan mulutmu
tidak bau. Cara termudah adalah dengan mengunyah daun mint. Kau
mengerti?''
''Ee—buat apa, Sanji?'' jawab Luffy dalam ingatannya.
"Aku
tidak tahu untuk apa mengunyah daun mint, tapi kalau enak tidak masalah
dimakan, shishishi." ujar Luffy sambil cengengesan, menjulurkan tangan
karet nya dan mengambil tiga lembar daun mint, lalu mengunyahnya.
Untuk sesaat dia terdiam. "...Iyeek, gak enak banget, Sanji! Kau menipuku,"
Sementara itu.
"Uuh... kau kenapa, Margaret?" tanya gadis belia itu pada dirinya
sendiri. "Kenapa kau tiba-tiba salah tingkah di depan Luffy?" Kemudian
ia menenggak segelas air putih yang sudah diambilnya tadi.
"Apa
ini? perasaan hangat apa ini?" tanyanya, seraya memandangi dirinya yang
lain yang terpantul berada dibalik cermin. "Dadaku berdegup kencang,
wajahku merona, tubuhku bergejolak? Perasaan apa ini, Luffy? Luffy...!"
Tak
lama, Margaret keluar dari dalam sebuah ruangan. Berusaha menunjukkan
wajahnya sebiasa mungkin. Akan tetapi rona merah di wajahnya tetap
tidak menipis.
"Ooh... Margaret. Sudah minumnya? Shishishi." sapa Luffy dengan ceria, ketika melihat gadis itu berjalan ke arahnya.
"Iya, sudah Luffy, hihi..." tawa kecil Margaret karena malu. Sekaligus karena wajah Luffy yang tersenyum ramah dengan lebar.
Merekapun
duduk bersebelahan, menatap bulan malam itu yang bersinar sangat terang
karena posisinya yang cukup dekat dan sedang mengalami fase purnama. Untuk
sejenak mereka terdiam. Wajah Margaret menunjukkan ekspresi yang campur
aduk, bahagia, malu, grogi – semuanya jadi satu. Dan terkadang gadis
itu melirik ke arah si bocah bajak laut yang kemudian di balas dengan
senyuman lebar khas Luffy.
Sedangkan Luffy duduk bersila seperti
biasa dengan topangan lengan kirinya di belakang dan segelas teh hijau
hangat di tangan kanan yang terkadang di tiup nya lalu di seruput,
layaknya kakek-kakek saat melihat bulan. Samar-samar tercium wangi
mint yang luar biasa segar bercampur dengan aroma teh hijau yang khas
dari suku Kuja yang terkenal wanginya.
Aroma kesegaran ini
memancing indra penciuman Margaret kearah wangi ini berasal, dan dia
menemukannya. Aroma ini berasal dari si pemuda yang menggantungkan topi
jeraminya di leher belakang, dari Luffy. Tanpa sadar Margaret menggeser
tubuhnya ke arah Luffy dan semakin mendekat, sehingga jarak di antara
mereka kini tinggal satu jengkal tangan.
"Kau wangi sekali, Luffy." ujar Margaret malu-malu. "A-aku... suka!"
"Mm?
Aa... koki hebat di kapalku pernah mengajariku untuk mengunyah daun
mint, tapi aku tidak tahu untuk apa." jawab Luffy polos, memberikan
senyuman manis pada Margaret. "Rupanya, supaya mulut jadi wangi, 'toh.
Tapi 'ga enak banget, pahit!"
"Hihi, kau lucu, Luffy." komen
Margaret dengan senyumnya yang menawan kepada pemuda yang ramah, jujur,
dan kuat itu. Margaret tampaknya benar-benar dibuat mabuk kepayang oleh
sosok pemuda itu.
Keheningan menyerang mereka, dimana jarak antara
si gadis Kuja dan si bocah bajak laut hanya tinggal setengah jengkal.
Lalu Margaret memulai dengan memecah keheningan Amazon Lily pada malam
itu.
"Luffy, boleh aku mengistirahatkan kepalaku di pundakmu?"
"Hah? Mm... ya, boleh 'kok."
Lalu
dengan wajah yang masih merona, Margaret merilekskan kepalanya di
pundak kiri pemuda itu. Kini tidak ada lagi batas di antara mereka. Lagi-lagi
keheningan menyerang mereka. Selama lima menit mereka hanya terdiam
menatap bulan yang bersinar emas dan begitu terang, menyinari negeri
Amazon dengan keanggunannya.
"Bulan yang indah ya, Luffy?"
"Ya.
Aku belum pernah melihat bulan sedekat ini. Rasanya, mm...tanganku bisa
meraih dan menyentuhnya. Lihat?" Luffy merentangkan tangan kanannya
dengan perlahan ke arah bulan.
"Hihi, semua perkataanmu selalu bisa membuatku terpukau, Luffy."
"Eh?
Begitu? Tapi memang benar 'kok Margaret. Saat di kapal, jarang sekali
ada bulan sedekat ini. Meskipun ada, tapi tidak pernah sedekat ini,"
"Iya,"
jawab Margaret tampak menikmati momen indah ini dengan semakin
mendekatkan dirinya ke Luffy. Lalu lengan kanannya menggepit erat lengan
kiri pemuda itu. "Tidak ada yang bisa membuatku kagum sekarang. Selain
ceritamu dan petualanganmu yang mengagumkan." Margaret terdiam sebentar.
"Khususnya bisa berada bersamamu, Luffy …"
"Margaret?" Luffy menatap gadis itu dari balik rambut pirangnya yang indah.
"Luffy…"
"Mm?"
"Apakah kau memiliki orang yang kau... sukai?" tanya Margaret dengan masih tetap memangkukan kepalanya di pundak kiri Luffy.
"Hmm,
aku menyukai orang-orang yang berada disekitarku. Nakamaku semuanya di
atas kapal, Kakekku, kedua kakakku, Shanks, Makino, dan masih banyak
lagi!" jawab Luffy mantap. "Kupikir termasuk kau, Margaret."
Tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, dia melanjutkan pertanyaannya. "Bagaimana dengan orang yang kau sayangi. Adakah?"
"Yang
aku sayangi? Tentu saja semua nakamaku di kapal. Tanpa mereka, aku
tidak bisa apa-apa, karena itu biarpun harus mati, tidak akan kubiarkan
mereka menderita." jawabnya. "Lalu kakekku, walaupun dia suka
menyiksaku, tapi aku sangat menyayanginya. Begitu pula dengan Ace juga
Sabo, lalu Shanks beserta semua nakamanya yang kukagumi, Makino dan
seluruh penduduk desa. Oh! Dadan juga! Dia dan teman-teman perampok
gunungnya! Lalu…." kata-kata Luffy terpotong di akhirannya.
"Lalu?"
"Entah kenapa, aku merasakan sesuatu yang aneh, yang dari tadi terus kepikiran, Margaret."
"Apa itu?"
"Aku juga tidak tahu apa, tapi aku merasa senang berada di dekatmu,"
Margaret sungguh terkejut mendengar kata-kata tersebut keluar dari mulut Luffy. Wajahnya merona lebih hebat dari sebelumnya.
"Boleh aku menanyakan pertanyaan terakhir, Luffy-san?" lanjut Margaret.
"Mm? Ya..." jawab Luffy.
"Apakah kau memiliki orang yang kau cintai?"
Tidak
tahu. Apa itu? Luffy tak mengetahui apapun soal itu – sama sekali.
Karena yang dia tahu sampai umurnya 17 tahun ini hanyalah sampai sebatas
suka dan sayang. Wajahnya memanas dan berusaha mencari tahu apa makna
'cinta' di dalam kamus otaknya yang sangat amat terbatas.
Dia
menemukannya! kata 'cinta' yang sering didengarnya berasal dari mulut
koki mesum petarung kapalnya, Sanji. Pria itu setiap hari bisa sampai
seratus kali mengucapkan kata 'cinta' pada Nami dan Robin. Yang
dia dapat peroleh adalah, kata 'cinta' digunakan untuk orang yang
benar-benar kita inginkan. Orang yang kita harapkan menjadi milik kita.
"Itu…" Luffy ragu-ragu menjawabnya.
"Orang
yang kusukai adalah Aphelandra dan Sweetpea." Tutur Margaret lembut
dari pundak Luffy. "Dan orang yang kusayangi adalah nenek Nyon karena
perhatiannya padaku dan putri ular karena keanggunan serta
kecantikannya.
"Kau?"
"Tapi, aku tidak meiliki orang yang
kucintai. Satupun." jelas Margaret. Kemudian melepaskan tangan kanannya
yang menggandeng lengan kiri Luffy, dan langsung mengait pinggang
sebelah kanan pemuda itu.
"He-hei!!" pertamanya Luffy terkejut.
Tapi kemudian, tubuh Luffy menjadi tenang. Dia lalu menyentuh punggung
tangan Margaret yang sangat lembut dengan tangan kanannya. "Aku
juga tidak tahu, apakah ada orang yang kucintai atau tidak. Ughh!"
kepalanya terlalu sempit dan otak Luffy terlalu kecil untuk memikirkan
masalah rumit seperti 'cinta'.
"Kau tidak apa-apa, Luffy?"
Margaret bertanya. Menjadi panik, ia agak merenggangkan badannya dari
Luffy, dan kemudian menatap wajah pemuda itu.
"Ah, ya. Aku tidak
apa-apa." jawab Luffy. "Kalau kau mau, aku tidak keberatan kau peluk
seperti tadi, Margaret." entah mengapa, Luffy yang biasanya bertingkah
seperti anak kecil, saat ini berbicara bak pria dewasa. Apakah serangan
kalimat 'cinta' itu berefek cukup parah pada sirkuit otak dan daya
pikirnya yang lemah itu.
"Luffy?" Margaret tersipu dengan pipi
yang merona. Lalu kembali memagut pinggang kanan Luffy dan menyenderkan
kepalanya yang terang berwarna kuning berkilau dikarenakan cahaya bulan
ke pundak pemuda tersebut.
Lalu Luffy secara refleks melingkarkan
lengan kirinya ke arah pinggang yang berlekuk indah milik Margaret.
Respon yang diberikan Margaret adalah kejutan kecil terhadap genggaman
hangat tangan Luffy, dan mengeluarkan desahan kecil.
"Luf- fy!" gadis berambut pirang itu menggapit pinggang Luffy lebih erat.
"Ma-maaf,
Margaret. Aku tiba-tiba..." ujar Luffy grogi, karena kaget mendapat
pagutan yang lebih kencang dari sebelumnya oleh gadis itu.
"Tidak
apa-apa, Luffy-san." jawab Margaret sambil menutup mata, dengan pipi
merona di depan dada hangat Luffy di tengah malam yang dingin.
"Aku menikmatinya, Luffy. Setiap momen, setiap detik yang belum pernah
kurasakan selama 16 tahun kuhidup yang kulalui bersamamu saat ini."
Luffy
si bocah bajak laut merasakan kehangatan dan romantisme yang belum
pernah di alaminya selama ini. Entah mengapa wajahnya memerah, dia sama
sekali tidak mengerti ini semua, apa maksud dari ini semua, dan harus
apa disaat seperti ini. Pergulatan dalam pikiran dan hatinya dapat
dilerai saat lengan kanannya memeluk punggung mulus berlekuk Margaret,
dan menarik tubuh mungil itu ke arah dadanya.
"Margaret, aku... aku..." lanjut Luffy dengan nada yang bergetar. "Aku tidak tahu
harus berbuat apa. Hanya saja naluriku membisikanku untuk melakukan ini.
Memelukmu erat, Margaret." wajar apabila kata-kata tersebut keluar dari
mulut seseorang yang lebih sering menggunakan nalurinya daripada otak
dan pikirannya.
"Luffy!" Margaret mengeluarkan rintihan kecil saat
kedua tubuh mereka yang masih terbalut busana bertemu. Katun lengan
buntung di tubuh Luffy dan yukata khas suku Kuja yang terbuka pada
bagian bahu di tubuh Margaret. Tubuh dan pakaian yang mereka gunakan
sedari pesta tadi menghangatkan rangkulan erat kedua remaja itu.
Tangan
kanan Margaret menjalar menuju rambut Luffy dan mulai merasakan serta
meremas dengan lembut rambut si pemuda itu. Luffy pun secara tidak sadar
menyelipkan jari-jemarinya ke antara rambut lembut Margaret. Rambut itu
begitu wangi dan kelembutannya bagaikan sutra. Luffy terus membelai
rambut dewi tersebut dengan perlahan dibarengi menggunakan penciumannya,
dia mencoba memasukkan hidungnya ke sela-sela rambut gadis itu untuk
lebih menikmati wewangian campuran lemon dan melon dari rambutnya.
Tidak
biasanya Luffy menikmati wewangian buah, tapi kali ini lain. Dia
benar-benar menikmatinya. Pemuda itu memejamkan matanya untuk dapat
lebih menikmati sesuatu yang sangat memanjakan penciumannya ini.
"Margaret, kau begitu... wangi."
"Ooh,
Luffy..." Tampaknya gadis itu memang sudah mabuk kepayang di dalam
pelukan pemuda yang ia kagumi. Karena itulah dia tidak mendengar
perkataan Luffy barusan. Saat Luffy masih memanjakan penciumannya,
tiba-tiba Margaret menegakan wajahnya sehinga hanya terdapat jarak
beberapa milimeter antara hidungnya dan hidung si pemuda.
"Luffy,
apa… apakah ini juga yang kau rasakan? Perasaan yang panas dan
menggelora ini." tanya Margaret yang benar-benar sudah di'batas'nya. "Apakah ini yang namanya 'cinta', Luffy?" Wajahnya
semakin merona dan matanya yang terpancar oleh cahaya bulan malam itu,
semakin membuatnya jauh lebih indah dan begitu cantik.
"Aku... maaf,
Margaret, aku tidak ta...!" belum sempat menyelesaikan kalimatnya,
secara tak terduga ada kehangatan lain yang memasuki tubuh dan alam
bawah sadar Luffy. Itu adalah rasa dan kehangatan dari bibir indah
yang casual, sensasional, dan seksi – dengan watergloss lemon bening
milik Margaret.
Luffy melebarkan matanya karena terkejut luar
biasa. Bibir Margaret yang lembut berusaha mencoba merangsang respon
dari bibir lawannya yang tidak lain adalah milik Luffy – yang dengan
ironis tidak memberikan respon apa-apa.
"Ah!" akhirnya kesadaran Margaret dapat mengalahkan nafsu dan nalurinya. Dengan segera ia menarik bibirnya dari bibir si pemuda.
"Ma-maaf,
Luffy. Aku... aku benar-benar tidak bermaksud..." jelas Margaret
menyesal, menyebabkannya meneteskan air mata yang sebening mata air dari
kedua mata indahnya.
"M-Margaret..." Luffy melihat wajah manis yang memohon maaf tersebut.
"Ma-maafkan
aku, Luffy. Padahal sebelum ini aku sudah diselamatkan olehmu dari
kutukan batu nona Hancock. Tapi-tapi... aku benar-benar hina, mengambil
kesempatan seperti ini. Maafkan aku!" gadis itu benar-benar merasa
bersalah. Walaupun tidak mengetahuinya,tapi dia sudah memberikan ciuman
pertama kepada Luffy. Memberikan ciuman ke bibir lembut milik Luffy.
"Maafkan aku, Margaret." jawab Luffy. "A-aku hanya kaget kau tiba-tiba…"
"Karena
itu aku memohon maafmu yang sebesar-besarnya, Luffy!" gadis itu
membungkuk yang menyatakan bahwa ia benar-benar menyesal dan memohon
maaf pada pemuda itu.
"Tidak ada yang perlu kau mintai maaf,
Margaret." dengan lembut Luffy mengangkat wajah gadis itu dan secara
perlahan menghapus air matanya dengan ibu jarinya. "Tampaknya yang aku
rasakan adalah sama denganmu, walaupun aku kurang mengerti,"
"Luffy!"
senyum lebar merekah di wajah Margaret yang manis. Ia tampak
benar-benar bersyukur bahwa si pemuda tidak membencinya, karena mungkin,
itulah hal yang paling ditakutkannya saat ini.
"Kali ini biarkan
aku yang memulainya, Margaret." Luffy menarik lengan Margaret sehingga
kini gadis itu sudah berada di atas paha Lufy. Mereka saling tatap satu
sama lain dengan memberikan tatapan hangat dan senyuman yang merekah di
bibir masing-masing.
Secara perlahan Luffy mengerakkan kepalanya
kearah Margaret. Gadis itu pun menyambut bibir pria yang ia kagumi itu
dengan perasaan bahagia. Akhirnya bibir mereka saling bertemu
untuk yang kedua kalinya. Kali ini tidak hanya satu pihak yang
menikmatinya, mereka berdua tampak berhasrat melakukannya. Bibir lembut
Margaret menjelajah bibir Luffy. Begitupun sebaliknya, bibir Luffy
berusaha mencari celah di bibir seksi yang penuh akan rasa lemon yang
disebabkan oleh watergloss beningnya Margaret.
Margaret memutar
badannya, dan melingkarkan kedua lengannya di belakang leher Luffy.
Sementara pemuda itu memegang erat kedua sisi pinggul Margaret dengan
erat namun lembut. Helaan napas dialirkan mereka berdua, seolah hembusan
mesra itu hendak menyatu. Untuk beberapa saat mereka memisahkan bibir,
dan saling mendekatkan wajah, hidung, juga kening. Mata mereka saling
tatap, bertukar sorotan penuh hasrat dan birahi, penuh rasa dan sayang.
"Luffy..." ucap Margaret. Suaranya terdengar serak basah.
"Ya,
Margaret?" Luffypun begitu, napasnya sedikit tak terkontrol, dan dia
berusaha meraih bibir lembut Margaret. Secara tak langsung, dia seolah
berkata, jangan kau tarik, itu makananku.
Margaret menarik
tangannya ke sisi wajah Luffy, dan mengepaskan lekukan genggamannya di
sekitar rahang si pemuda. "Luffy, aku tidak tahu ini apa.Tapi, apa
kau keberatan aku melakukan ini padamu?"
Luffy terpana,
menyaksikan wajah Margaret yang membelakangi bulan. "Begitu juga aku.
Aku tidak tahu apa ini, tapi di dalam diriku seperti ada yang berteriak:
ini tidak apa-apa. Aku, aku..."
Gadis berambut pirang itu tersenyum. "Aku mencintaimu, Luffy,"
Luffy, hanya dapat menggumam kecilkan nama Margaret, bibir mereka kembali bersatu. Kali
ini semakin agresif. Entah itu karena sudah mulai merasa terbiasa
dengan ini atau dikalahkan napsu mereka masing-masing, tidak ada yang
tahu. Yang jelas mereka menikmati ini semua. Perasaan ini. Momen ini.
Tangan
Margaret merambat ke rambut hitam Luffy. Ia menjambaknya, dan mendorong
kepala Luffy ke depan, agar semakin mengeratkan bibir pemuda itu dengan
bibirnya. Luffy pun tak mau kalah. Dia mengencangkan pagutan, dan
menarik tubuh Margaret mendekat ke badannya. Sisi pinggul berlekuk gadis
itu menyentuh anggota tubuh Luffy yang sudah semakin mengeras di antara
paha. Gadis itu mendorong Luffy sehingga terbaring, sebelum semakin
menekan bibir lawannya. Luffy, merasakan dihimpit oleh Margaret,
berusaha memberikan perlawanan dengan lidahnya. Margaret tak membalas
balik, dan membiarkan lidah Luffy menjelajahi sekitar rongga mulut
Margaret. Lidah gadis itupun bertarung dengan lidah Luffy, bukan untuk
saling menguasai, tapi untuk saling merasakan.
Semakin panas,
Luffy menjalankan tangannya ke dua belah bokong Margaret yang begitu
seksi. Luffy mengusap-usapkan tangannya di sana, dan menyebabkan
Margaret mengeluarkan desahan ketidak nyamanan seketika. Margaret
segera duduk di atas pijakan dari kayu, dan kembali menduduki Luffy.
Sekarang kedua kakinya dibiarkan melebar di atas perut Luffy yang
terbentuk dengan bagus.
"Kau pintar sekali, Luffy. Seperti sudah
terbiasa melakukan ini." seraya tersenyum menggoda, Margaret berbicara
di depan hidung Luffy.
"Haha, aku hanya mengikuti gerakanmu,
Margaret." senyum di wajah Luffy nampak begitu lelah dan ngos-ngosan.
Tapi dia menikmati ini semua. "Lagipula, kau begitu..."
Margaret membalas senyuman Luffy. "Tidak perlu, Luffy. Yang penting aku mencintaimu. Aku mencintaimu!"
Margaret
sekali lagi mencium bibir Luffy. Tapi Luffy mengangkat tubuhnya, dan
melepaskan ciuman itu. "Aku tak sempat bilang, Magaret. Aku juga – aku
juga... padamu, Margaret,"
"Aku tahu. Aku tahu, Luffy. Kau bahkan tak perlu bilang... aku hanya tahu,"
Mendapat senyuman dari Luffy, mereka kembali bersatu dalam dekap kecupan yang hangat. Pemuda
bertopi jerami itu membalikkan tubuh Margaret. Kini gadis muda Kuja itu
berada di bawahnya. Luffy kembali memain-mainkan lidahnya di dalam
mulut Margaret, dan mendominasi seluruhnya.
Secara tak sadar,
Luffy mengangkat tangannya dan menyentuh dada Margaret. Tapi tak puas
hanya bagian luar, Luffy memasukkan genggamannya ke dalam yukata cantik
Margaret. Sekarang buah dada Margaret yang begitu bundar dan terbentuk
dengan baik ter-ekspos seluruhnya oleh Luffy. Hangat, kenyal,
dan... begitu lembut. Luffy semakin menikmati aksinya – Senikmat hidangan
full-course dari Sanji.
Margaret mengeluarkan desahan yang cukup
keras. Tak bisa dipungkiri, Margaret merasa seperti di surga. Merasa
seperti di bius ekstasi. Seperti terbang dan terjun bebas tiba-tiba,
membuat ribuan kupu-kupu serasa beterbangan di dalam perutnya – perasaan
seperti itulah yang dialaminya sekarang.
"Mmm, ahhhh... Luffy," desahnya
semakin nikmat, saat Luffy memain-mainkan ujung payudaranya yang
berwarna merah muda segar. "Ahh, jangan! Jangan dihentikan, Luffy,
aahhhhhh..."
Walaupun pandangannya kabur, Margaret berusaha
melayangkan tangannya ke arah selangkangan Luffy. Dia menanggalkan
sepitan kancing celana dan menurunkan risletingnya. Dari balik celana
Luffy, mencuat satu batang daging kemerahan yang membuat mata Margaret
mencuat, membuatnya ternganga penuh takjub. Margaret memegangnya. Bagian vital Luffy terus menegang dan mengeras
tak terhentikan, ketika Margaret mulai memainkan tangannya untuk
menggerakkan genggamannya naik dan turun. Berhenti di depan batang itu,
Margaret memainkan tangannya di ujung penis Luffy yang sudah membesar
dengan maksimal.
"Akhhhhhh... Ka-kalau kau begitukan, Mar-Margaret! Ahhhhh! Aku..."
Menyemprot dengan brutal, perut yang berlekuk dan terbentuk milik
Margaret dipenuhi dengan cairan putih yang kental sekarang.
Seketika
Margaret merasa panik melihat benda aneh tersebut keluar, dan dengan
cepat bertanya pada pemuda itu. "Lu-Luffy, kau tidak apa-apa?
I-itu..."
Bernapas dengan berat, Luffy rebahan di atas lantai dan
berusaha mengatur denyut napasnya. "Hah! Hah! Shishishi, tidak apa-apa
'kok." Lanjut Luffy, tersenyum di tengah peluh yang bergelimang. "Waktu
di kapal, saat melihat Nami atau Robin memakai baju renang pantai,
terkadang juga terjadi yang seperti ini. Tapi, aku tidak tahu apa 'sih
ini," memperhatikan cairan putih di batangnya yang semakin melemas,
Luffy memberikan wajah bertanya-tanya.
Margaret tertawa terkekeh
kecil. "Luffy memang lucu sekali," ia kemudian melayangkan tangannya
pada alat vital milik Luffy yang sudah semakin layu. Kembali
menggerakkan tangannya naik dan turun, alat kejantanan Luffy kembali
membesar dengan cepat dan hebat. Margaret menggerakkan tangannya
semakin cepat dan merasakan tiap saat milik Luffy itu yang terus
membesar membesar. Menarik sekali, pikirnya.
"Luffy, seperti apa rasanya ini, punyamu, ya?" tanyanya spontan dengan wajah tak berdosa.
"He?"
terkejut luar biasa, Luffy merasakan miliknya seperti di beri pelicin
atau semacam pelumas. Bergumam desah, tubuh Luffy mengejang dalam
beberapa saat yang sama sekali tak ditentukan olehnya.
Semakin cepat memainkan mulutnya, Margaret membuat pemuda bertopi jerami
tersebut semakin tidak kuat, dan... Keluar sudah. Sekarang di dalam
mulut Margaret yang masih mengulum erat, sekali lagi Luffy mengeluarkan
cairan putih anehnya.
"Arghhhhh... keluar
lagi," ucap Luffy mendongakkan kepala ke atas. Bukannya semakin lemas,
dia merasa lebih bersemangat dari sebelumnya. Dia duduk di tempatnya,
tak menghiraukan Margaret yang masih melap sisa-sisa keluaran Luffy di
sekitar mulutnya.
"Margaret, bagaimana kalau aku mencoba memasukkannya di
sana," Luffy menunjuk ke bagian tengah dari paha mulus Margaret.
Belum sempat menjawab, kali ini Luffy yang mendorong tubuh Margaret
kembali berbaring di lantai. Napas mereka masih saling memburu, tak ada
jeda untuk beristirahat tampaknya.
"Tu-tunggu, Luffy. Ja-jangan keras-keras, maksudku..."
Luffy mengangguk, nampak mengerti. Tapi, siapa yang bisa menebak isi
otaknya?Luffy menyingkapkan rok yukata mini suku Kuja yang dikenakan
Margaret. Dan dia menemukan sesuatu yang begitu indah disana. Luffy
memasukkan dua jarinya ke sana.
"Bagaimana, Margaret?"
"Mmm... Aaah! Aaahh! Jangan berhenti, Luffy!"
Melepaskan
kedua jarinya, Luffy menyiapkan barangnya dengan memberikan satu ayunan
ringan. Sedari tadi alat kejantanan Luffy sudah membesar dan menegang
kembali tanpa disadari sedikitpun. Secara perlahan, Luffy menempelkannya
di milik Margaret.
"Tidak apa, Margaret?"
Gadis tersebut mengangguk. "Ya, Luffy. Lakukan. Aku tidak apa-apa."
Luffy
menuruti permintaan Margaret dan memasukkan anggota tubuhnya itu
kedalam milik Margaret. Gadis itu memekik pelan, nampak tersakiti.
"M-maaf, aku... maksudku, kau tidak apa-apa, Margaret?"
Rasa sakit
itu menghilang, dan digantikan perasaan nikmat tiada duanya senada
dengan ayunan pinggang Luffy. "Ya. Ini begitu mengagumkan, Luffy.
Lanjutkan, tolong lanjutkan, untukku!"
Semakin cepat, Luffy
menggerakkan pinggangnya maju mundur. Penisnya yang sudah mengeras itu
masuk dan keluar begitu luwes di dalam vagina Margaret. Erangan kenikmatan
keluar begitu saja dari mulut mereka. Terus, terus, dan tidak berniat untuk berhenti.
"Aahhhhhhhh!" teriakan nikmat Margaret tak dapat ditahan lagi. Begitu pula
Luffy yang mengerang dengan kuat.
Mencium Margaret untuk yang terakhir, Luffy mendengis. "A-aku sudah tak bisa menahannya lagi, Margaret! Agghhhhhh...!"
Di tengah desahan napas tak terhentikan, Margaret mebalasnya. "A-aku juga. Aku juga, Lu-Luffy!"
"Margaret!"
"Luffy! kyaah!"
"Aaghhh!"
Terbalut
lelah dan letih, peluh membasahi seluruh tubuh, Luffy dan Margaret
tertidur berdampingan. Tak terukir raut penyesalan di wajah mereka yang
masih polos tak berdosa. Melainkan senyuman kepuasan, dan sebuah pagutan
penuh rasa sayang saling mereka berikan.
***
Esoknya,
Luffy beserta Boa Hancock bertolak dari Amazon lily menuju penjara
terbesar di dunia, Impel Down. Margaret tidak kecewa, dia tidak sedih
karena di tinggal pergi. Karena Luffy berjanji akan kembali suatu hari
nanti. Entah, apakah ada sebuah benang tak kasat mata atau apapun
itu, Margaret merasakan dan tidak sabar lagi dengan hari dimana tiba
saatnya untuk bertemu lagi dengan Luffy. Dengan pria itu.
Ia sekarang hanya bisa melanjutkan latihan untuk membuat dirinya menjadi
lebih baik. Bajak laut, ya? Tidak ada salahnya juga kok, pikirnya,
putri ular juga seorang bajak laut, 'kan? Margaret kembali teringat
dengan perkataan Luffy semalam.
"Mau jadi rekanku? Ayo, bersama rekan-rekanku lainnya, kita wujudkan impian kita bersama."
"Luffy
bisa tahu mengenai mimpiku – menjadi seperti putri ular... kuat,
anggun..." Margaret tak bisa menghapus senyuman manis yang terjalin di
bibirnya. "Pria yang menarik, Luffy,"
0 comments:
Post a Comment