Thursday 21 February 2013
SMP Nikmat
Cerita panas abg kali ini dimulai ketika suatu hari ada
kegiatan belajar bersama dengan gadis abg yang masih hot, dan cerita
panas ini hanya untuk berbagi dengan teman-teman semua yang menyukai
cerita abg yang memang payudara dan memeknya masih perawan-perawan,
mungkin cerita panas kali ini berbeda dengan cerita panas abg bispak
sebelumnya sebab di cerita kali abg nya memang sangat liar dan hot
sekali dalah hal bercinta, oke kita mulai saja cerita dewasa abg
nya.......Ketika sedang belajar bersama, aku coba pancing nafsu Sari
dengan cara kududuk di sebelah Rina. Aku rangkul Rina, kucium pipinya,
bibirnya dan kuraba dadanya. Rina saat itu memakai kaos tanpa BH. Rina
membalasnya. Lalu kudorong dia agar tiduran di karpet. Kami saling
bergumul. Melihat hal itu, Sari kaget juga. Dia menutupi wajahnya.
Karena selama ini kami berhubungan diam-diam. Tidak pernah secara
terang-terangan. Kali itu kami berbuat seolah-olah tidak ada orang lain
selain kami berdua, untuk memancing nafsu Sari. Perbuatan kami semakin
memanas. Karena Rina sudah telanjang dada. Lalu Rina menurunkan celana
pendeknya. Dia langsung bugil karena tidak memakai celana dalam. Aku
pun tidak tinggal diam, kulepas semua pakaianku. Kugeluti dia. Lalu
kami mengambil posisi 69. Rina di atas. Kami saling menghisap.
“Aaahhh.., Mmasss.., sshshshs… Masss.. enaaakkk Mass.., ooohh..!” desah Rina dibesar-besarkan.
“Ohhh.. Riiinnn… hisap yang kuaattt Riinnnn..!” desahku juga.
Kulihat Sari sudah tidak menutupi wajahnya lagi.
Kira-kira
lima menit saling menghisap, Rina berdiri memegang batang kemaluanku
dan mengarahkan ke liang senggamanya yang sudah tidak perawan lagi.
Menurunkan pantatnya dengan perlahan.
“Bless..!” langsung masuk seluruhnya.
“Aaahhhh… Maasss.., aaahhh.., ssshhh.., aaahhh..!” desahnya.
Lalu dengan perlahan dinaik-turunkan pantatnya. Pertama-tama perlahan. Makin lama semakin cepat.
“Aahh..
ooohhh.., sh.. sh.. ooohhh… Iiihhh..!” erangnya. Kulirik Sari, dia
memandangi ekspresi Rina. Sepertinya dia sudah terangsang berat. Karena
wajahnya merah padam, nafasnya memburu. Tangannya memegang dadanya.
Gerakan Rina semakin tidak terkendali. Pantatnya berputar-putar sambil
naik turun. Kira-kira 10 menit, aku rasakan liang kewanitaan Rina sudah
berkedut-kedut. Dia mau sampai klimakasnya. Dan akhirnya pantatnya
menghujam batang keperkasaanku dalam sekali.
“Aaahhh.. Masss… Akuuu… sammmpppeee.. Maasss..!”
“Syuuurr… syurrr..” kehangatan menyelimuti kepala senjataku.
Dia
langsung terguling ke sebelahku. Senjataku tercabut dari liang
kenikmatannya dan berhamburanlah cairan dari liang senggamanya ke
karpet. Aku memang tidak begitu menghayati permainan ini, karena
pikiranku selalu ke Sari. Jadi pertahananku masih kuat. Aku bangkit
dengan telanjang bulat. Kuhampiri Sari. Sari kaget karena aku
menghampirinya masih dengan bertelanjang bulat. Langsung kupeluk dia.
Kuciumi seluruh wajahnya. Tidak ada penolakan darinya, tetapi juga tidak
ada reaksi apa-apa. Benar-benar masih polos. Lama-lama tangannya mulai
memelukku. Dia mulai menikmatinya. Membalas ciumanku, walau lidahnya
belum bereaksi. Kuusahan semesra mungkin aku mencumbunya. Dan akhirnya
mulutnya membuka sedikit berbarengan dengan desahannya.
“Aaahhh.. Maasss..!” nafasnya mulai memburu.
Kumasukkan
lidahku ke mulutnya. Kubelit lidahnya perlahan-lahan. Dia pun
membalasnya. Tanganku mulai meraba dadanya. Terasa putingnya sudah
mengeras di bukit kembarnya yang kecil. Kuremas-remas keduanya
bergantian.
“Maaasss.. oooohhhh.. Mmmasss.. shshhshshs…” desahnya.
Kulepas
ciumanku. Kupandangi wajahnya sambil tanganku mengangkat kaosnya. Dia
diam saja. Lepas sudah kaosnya, sekarang tinggal BH mininya. Kulepaskan
juga pengaitnya. Dia masih diam saja. Akhirnya terpampanglah bukit
kembarnya yang kecil lucu. Seperti biasa, untuk menaklukan seorang
perawan, tidak bisa terburu-buru. Harus sabar dan dengan kata-kata yang
tepat. “Bukan maaiinnn. Susumu bagus sekali Sar..!” kataku sambil
memandangi bukit kembarnya.
Warnanya tidak seputih Rina, agak
coklat seperti warna kulitnya. Aku elus perlahan-lahan sekali.
Kusentuh-sentuh putingnya yang sudah menonjol. Setiap kusentuh
putingnya, dia menggelinjang. Kutidurkan dia ke karpet. Lalu kuciumi
dada kanannya, yang kiri kuremas-remas. “Aaahhh.., ssshhh.., Maaasss..,
aaaddduuuhhh… aaa..!”
Bergantian kiri kanan. Kadang ciumanku
turun ke arah perutnya, lalu naik lagi. Tangan kananku sudah
mengelus-ngelus pahanya. Dia masih memakai celana panjang katun.
Kadang-kadang kuelus-elus selangkangannya. Dia mulai membuka pahanya.
Sementara itu Rina sudah pergi ke kamar mandi. Karena kudengar suara
guyuran air.
Setelah aku yakin dia sudah di puncak
nafsunya, kupandangi wajahnya lagi. Wajahnya sudah memerahkarena
nafsunya. Ini saatnya. Lalu tanganku mulai membuka pengait celananya,
retsletingnya, dan menurunkan celana panjangnya sekalian dengan celana
dalamnya. Tidak ada penolakan. Bahkan dia membantunya dengan mengangkat
pantatnya. Dia memandangiku sayu. Bukit kemaluannya kecil tidak
berbulu. Hampir sama dengan kepunyaan Titin dulu. Mungkin karena
sama-sama orang Sunda. Kupandangi bibir kemaluannya. Dia menutupinya
dengan kedua tangannya. Kutarik tangannya perlahan sambil kudekatkan
wajahku. Mulanya tangannya menutup agak keras, tetapi lama-lama mulai
melemah. Kucium bibir kewanitaannya. Aaahhh.., segar sekali harumnya.
Kuulangi beberapa kali. Setiap kucium, pantatnya dinaikkan ke atas
sambil mendesah. “Aaahhh… Masss.., mmm.. sshshshs…” Batang kejantananku
yang tadi sudah agak lemas, mulai mengeras lagi.
Lalu
kubuka bibir kewanitaannya dengan jariku. Sudah basah. Kutelusuri
seluruh liangnya dengan jariku, lalu lidahku. Dia semakin menggelinjang.
Lidahku menari-nari mencari kedele-nya. Setelah dapat, kujilat-jilat
dengan cepat sambil agak kutekan-tekan. Reaksinya, gelinjangnya makin
hebat, pantatnya bergoyang ke kiri dan ke kanan. “Adduuuhhh… Maasss…
aaahhh.. ssshhh.. aaahhh..!” Kuangkat kedua kakinya, kutumpangkan ke
pundakku, sehingga liang kewanitaannya semakin membuka. Kupandangi
belahan kewanitaannya. Betapa indah liangnya. Hangat dan berkedut-kedut.
“Saarr.., memekmu bagus betul.. Wangi lagi…” Kembali kuhisap-hisap.
Dia semakin keras mendesah. Kira-kira 5 menit kemudian, pahanya
menjepit leherku keras sekali. Lubang keperawanannya berdenyut-denyut
cepat sekali. Dan, “Syurrr… syurrr…” menyemburlah cairan kenikmatannya.
Kuhirup
semuanya. Manis, asin, gurih menjadi satu. Aaasshhh… segarnya. Kakinya
sudah melemas.Kuturunkan kakinya, kukangkangkan pahanya. Kuarahkan
batang keperkasaanku ke liangnya sambil kupandangi wajahnya. “Boleh
Sarr..?” tanyaku memohon persetujuannya. Matanya memandangku sayu,
tidak bertenaga. Dia hanya mengangguk.
“Pelan-pelan yaa Mass..!”
Kuoles-oleskan
kepala kemaluanku dengan cairan pelumas yang keluar dari liang
senggamanya. Lalu kugesek-gesekkan kepala kejantananku ke bibir
kenikmatannya. Kuputar-putar sambil menekan perlahan.
“Aaahhh.. Maasss… Ooohhh..!” dia mendesah.
Lalu
kutekan dengan amat perlahan. Kepalanya mulai masuk. Kuperhatikan
kemaluannya menggembung karena menelan kepala keperkasaanku. Ketekan
sedikit lagi. Kulihat dia menggigit bibir bawahnya. Kuangkat pantatku
sedikit dengan amat perlahan. Lalu kudorong lagi. Begitu berulang-ulang
sampai dia tidak meringis.
“Ayooo… Masss.. aaahhh.. ooohhh.., ssshhhshshhh..!”
Lalu
kudorong lagi. Masuk sepertiganya. Dia meringis lagi. Kutahan
sebentar, kutarik perlahan, lalu kudorong lagi. Terasa kepala batang
kejantananku mengenai selaput tipis. Nah ini dia selaputnya.
“Kok enggak dalam..? Belum masuk setengahnya udah kena..!” batinku dalam hati.
“Sar.., tahan sedikit yaa..!”
Lalu kucium bibirnya. Kami berciuman, saling mengulum. Dan dengan tiba-tiba kutekan batang keperkasaanku dengan keras.
“Pret..!” kemaluanku menabrak sesuatu yang langsung sobek.
Dia
mau menjerit, tetapi karena mulutnya kusumpal, maka tidak ada suara
yang keluar. Kudiamkan sebentar kejantananku agar liang keperawanannya
mau menerima benda tumpul asing. Lalu kutarik ulur perlahan-lahan.
Setelah terlihat dia tidak merasa kesakitan, kutekan lebih dalam lagi.
Kutahan lagi. Kuangkat perlahan, kutekan sedikit lagi. Begitu
berulang-ulang sampai senjataku masuk semuanya. Dia tetap tidak bisa
bicara karena mulutnya kulumat. Kutahan kemaluanku di dalam, kulepaskan
ciumanku. Liang senggamanya menjepit seluruh batangku di semua sisi.
Rasanya bukan main nikmatnya.
“Gimana Sar..?”
“Sakiittt Masss… Periiihhh… Mmmm..!”
“Tahan aja dulu, sebentar lagi ilang kok…” sambil kucabut sangat perlahan.
Kutekan
lagi sampai menyentuk ujung rahimnya. Begitu berulang-ulang. Ketika
kutarik, kulihat kemaluan Sari agak tertarik sampai kelihatan agak
menggembung, dan kalau kutekan, agak mblesek menggelembung. Setelah 5
atau 6 kali aku turun naik, terasa agak mulai licin. Dan Sari pun tidak
terlihat kesakitan lagi.
“Sar.., memekmu sempit banget. Ooohhh enak sekali Sar..!” bisikku sambil mempercepat gerakanku.
Dia sepertinya sudah merasa nikmat.
“Aaahhh… eennnaaakkk… Masss… aaahhh.. shshshshsh…” desahnya. Kupercepat terus.
“Ah..
ah.. ahh.. ooo.. shshsh.. aaaddduuuhhh… ooohhh..!” pantatnya mulai
bergerak mengimbangi gerakanku. Kira-kira 5 menit, dia mulai tidak
terkendali. Pantatnya bergerak liar. Tiba-tiba dia menekuk, kedua
kakinya menjepit pantatku sambil mengangkat pantatnya. Bibir kemaluannya
berkedut-kedut.
Dan, “Sysurrr.. syuurrr..” dua kali kepala kejantananku disembur oleh cairan hangatnya.
Karena aku dari tadi sudah mau keluar dan kutahan-tahan, maka kupercepat gerakanku.
“Masss… Uuudddaaahhh.. Mmasss.. Aaaddduuhhh.. Gellii.. Maass..!” teriaknya.
Aku
tidak peduli. Keringatnya sudah seperti orang mandi. Kupercepat terus
gerakanku, akhirnya, “Crooot… cruuuttt..” tiga kali aku menembakan
cairanku di liang kenikmatannya.
Lalu aku ambruk di sebelahnya.
Tiba-tiba, “Plok.. plok.. plok..” terdengar suara tepukan.
Rupanya Rina sudah dari tadi memperhatikan kami berdua.
“Mas hebat… Sari.. selamat yaa..!” katanya sambil mencium pipi Sari.
Sari hanya bisa tersenyum di sela-sela nafasnya yang masih ngos-ngosan.
“Enak Sar..?” tanyanya lagi.
Sari hanya bisa mengangguk lemah. Lalu aku memeluk Sari.
“Sari. Terima kasih yaa..!” kataku sambil mengecup pipinya.
“Sari juga terima kasih Mas.. Enaakkk banget ya Mass..!”
Aku bangun mengambil baju-bajuku yang berserakan. Kulihat di selangkangan Sari ada bercak-bercak lendir kemerahan.
“Aaaahhh… Aku dapet perawan lagi..!” batinku.
Lalu
aku ke kamar mandi. Selesai kumandi, gantian Sari yang mandi. Setelah
semua selesai, kami hanya mengobrol saja sambil minum teh hangat yang
dibuatkan Rina. Menceritakan pengalaman yang dirasakan oleh masing. Aku
lemas karena dalam 2 jam sampai 3 kali main. Sejak saat itu, Sari
selalu datang jam 3 sore. Dan sebelum belajar, kami selalu mengawalinya
dengan pelajaran biologis. Dan Rina sepertinya mengetahui dan
menyadari kalau punyanya Sari lebih oke, jadi dia mengalah selalu dapat
giliran kedua. Dan mereka pun saling berbagi. Saling mencoba dan
mengajari. Aku yang dijadikan alat eksperimen mereka menurut saja. Abis
enak sih. Setelah pembagian raport, ternyata yang nilainya naik banyak
hanya Sari. Tetapi keduanya naik kelas dengan nilai di atas rata-rata.
Begitulah cerita dewasa pengalamanku dengan gadis-gadis SMP.
0 comments:
Post a Comment