Wednesday 13 February 2013
Mahasiswi Kekasih Seksku
Namaku
D, aku dipaksa kawin demi kelancaran bisnis orang tuaku. Istriku dari
keluarga kaya, menghabiskan uang bapaknya terus, dan tidak pernah
menghargaiku. Setelah 3 tahun kawin tanpa anak, aku pilih cerai dan
pergi dari kota asalku B. Aku sebagai insinyur arsitek kemudian bekerja
di kota J sebagai pemborong kecil-kecilan. Aku juga bekerja sebagai
asisten di Universitas T. Dalam umur 31 tahun ini, barulah aku merasakan
hidup bebas, meskipun tidaklah kaya secara materi.
Saat
itulah aku bertemu dengan M, mahasiswi tahun ke-2, umur 21, anak kost
asal S. Tinggi badan 167 cm, dada & pantat berisi. Kulit putih
bersih tipikal orang Cina. Mata sipit tapi cantik dengan bibir merekah
dan rambut sebahu. Meskipun tertarik, aku tidak banyak harap, kami
berbeda suku, agama, dan tingkat ekonomi.
Situasi
berubah ketika dia menyatakan berminat bekerja sebagai desainer untuk
proyek pribadiku. Pikirku, anak orang kaya kok mau kerja, tidak seperti
ex-istriku. Harus kuakui, dia punya bakat seni gambar desain yang bagus.
Aku langsung setuju. Aku cari proyek, aku dan dia menggabungkan ide
untuk gambar desain ruang. Kami membicarakan proyek di kampus setelah
orang lain pulang. Sebagai laki-laki yang lama tidak merasakan nafkah
batin, hal ini benar-benar menggodaku. Apalagi setelah itu kami sering
bekerja berdua di rumah kontrakanku. Aku juga punya 2 pekerja lain,
namun mereka biasanya kerja di lapangan dan jarang di rumah. Aku suka
melihat belahan dadanya yang putih ketika dia menggambar sambil
membungkuk. Ingin rasanya kuremas dan kuhisap puting susunya. Aku sering
berjalan di belakangnya. Ingin kuremas pantatnya yang lagi nungging dan
kuselipkan penisku di antaranya. Namun aku tidak ingin menyakiti
perasaannya.
Hari
itu dia sudah hampir pulang naik bis kota. Aku terima telepon, aku
mendapatkan proyek besar. Ini berasal dari client lama karena puas
dengan kerja kami. Aku bilang, ini karena jasamu, kita memang tim yang
kompak. Apa kamu mau jadi partner bisnisku seterusnya. Dia cuma
tersenyum. Kalau lebih dari itu, tanyaku nekad. Dia diam saja. Aku terus
peluk tubuhnya dan kucium bibirnya yang merekah. Dia tidak menolak.
"Apa kamu tahu latar belakang hidupku", tanyaku.
Dia jawab "Ya, S (pegawaiku yang lain) cerita banyak".
"S memang banyak ngomong", kataku. "Kamu terus bagaimana", lanjutku.
Dia
bilang, aku tidak peduli, aku suka orang yang kerja keras. Keluargaku
kaya tapi pada manja, itu sebabnya aku kuliah di luar kota. Ternyata
kami berdua memang benar-benar cocok
"Apa kamu pernah pacaran", tanyaku.
"Belum", jawabnya.
"Mau
saya ajari", tantangku. Tanpa menunggu jawabannya, aku langsung hisap
bibirnya dan kugelitik lidahnya. Aku terus remas pantatnya, nikmat dan
padat. Kurapatkan dadaku ke dadanya yang kenyal. Juga kuganjalkan
penisku yang sudah tegang ke selangkangannya. Dia jadi gelagapan dan
bingung. Tangannya meremas-remas dari rambutku sampai punggung dan
pantatku.
"Mau terus", tanyaku.
Dia bilang, "Jangan..." Aku terus mundur, karena aku menghormatinya.
Pada
suatu hari, aku tidak mampu menahan nafsuku lagi. Waktu itu malam
minggu jam 8-an. Kami membicarakan desain gambar di rumahku. Entah
bagaimana kita jadi berciuman sambil berdiri dan saling meremas. Dia
pakai rok terusan. Tanganku merogoh ke balik roknya. Dia menolak kaget,
ini pertama kali aku menjamah tubuhnya secara langsung. Aku sudah nekad,
dengan pengalamanku yang segudang aku taklukkan dia. Kedua tanganku
merogohi dan meremasi pahanya sampai ke atas, perut, dan dada. Kuangkat
roknya tinggi-tinggi. Badannya benar-benar putih dan mulus. Aku belum
pernah melihat pemandangan seperti ini. Aku berlutut menciumi paha dan
perutnya. Dia benar-benar tidak berdaya. Kulepas zipper di punggungnya,
dengan sekali angkat, lepas rok itu dari tubuhnya. Kulepas BH-nya,
kujilati susunya yang montok putih. Kuhisap puting susunya yang masih
perawan, warnanya coklat muda. Tanganku meremas susu satunya dan
menggerayangi tubuhnya yang halus. Kutarik CD-nya sampai ke bawah kaki.
Dia kaget dan bilang jangan. Namun sebelum sempat mengelak, aku
cepat-cepat berlutut. Kujilati liang kenikmatannya dan kugelitik
clitorisnya. Rambut kemaluannya halus, liang kewanitaannya merah muda
dan harum baunya. Kujejal-jejalkan dan kukorek-korek lidahku di dalam
liang kewanitaannya. Cairannya banyak, aku lahap semua. Sementara itu
tanganku meremas-remas pantatnya yang putih padat.
Dengan
sekali angkat dia sudah berada di atas meja gambarku. Kedua pahanya
mengangkang, sementara tubuhku berdiri di antaranya. Cepat-cepat kubuka
baju, celana, dan CD-ku. Kita sekarang sama-sama telanjang. Kakinya
terus kuatur melingkar di pinggangku. Penisku kuarahkan ke liang
senggamanya. Dia tak mampu menolak lagi. Dengan mata was-was, dia
memandang penisku yang mendekati liang senggamanya. Aku masukkan
kepalanya dulu dan kuayun pelan-pelan. Dia merinding dan tambah
ngos-ngosan. Kusodokkan lebih dalam lagi, dan kurasakan selaput daranya
robek. Dia menjerit sambil mempererat pegangan tangan dan kakinya. Aku
berhenti dulu untuk memberi dia kesempata bernapas. Kemudian kuayun
pelan-pelan sambil terus kumasukkan penisku sampai mentok. Dia melihat
selangkangannya dengan takjub, baru menyadari kalau penisku sudah
terbenam di perutnya. Selangkanganku yang hitam menempel erat dengan
miliknya yang putih. Kuayunkan penisku pelan-pelan. Matanya yang sipit
tambah sipit karena merem keenakkan. Aku ayun penisku lebih cepat,
mulutku menghisap susu dan bibirnya bergantian, tanganku meremas erat
pinggul dan pantatnya.
Dihadapanku
adalah tubuh putih mulus menggeliat-geliat menahan desakan tubuhku yang
hitam. Inilah impianku sejak dulu. Mungkin karena sudah lama tidak
berhubungan, aku merasakan akan keluar. Aku tahan dengan cara rileks,
aku tunggu dia sampai puncak. Beberapa saat kemudian aku melihat
wajahnya berubah menahan ngilu yang amat besar. "Aduh, aduh", katanya.
Aku percepat ayunan penisku sampai meja gambarku berderit-derit.
Kemudian aku merasakan lahar panas keluar di dalam liang liang surganya,
tepat di mulut rahimnya. Dia menjerit sambil mencakar pundakku. Badanku
kejang, "aduh M", kataku, aku keluar. Kurasakan juga cairan hangat dari
dalam liang kewanitaannya membasahi penisku dan selangkangan kami
berdua. Nikmat sekali, jauh lebih nikmat daripada ex-istriku dulu yang
berkulit hitam sepertiku. Setelah itu kami berpelukan lama di atas meja
gambar. Dia nangis.
"Apa kamu marah", tanyaku.
"Tidak", katanya. Pandangan kami berdua tertumpu pada banyak cairan bercampur darah di atas meja gambarku.
"Sexnya orang arsitek", kataku. Kami berdua terus ketawa bersama sambil berpelukan.
Hari-hari
selanjutnya kami isi dengan acara seks yang lebih panas. Aku ajarkan
dia cara KB. Aku ajari dia beberapa posisi baru. Kami melakukannya di
atas kasur tidur, sofa, dan di kamar mandi. Meja gambar sudah tidak
pernah kami pakai lagi, kecuali untuk menggambar tentunya. Oh, ya aku
juga mengajarinya felatio. Aku suka lihat bibirnya yang merekah dan
pipinya yang putih menghisap penis hitamku.
Dua
tahun yang lalu dia lulus, dan kami terus menikah. orang tua kami tidak
setuju, tapi kami tidak peduli. Dalam hal agama, dia setuju mengalah.
Dalam masa krismon ini, kami jarang sekali mendapatkan proyek. Tapi kami
tidak takut, karena kami sudah biasa hidup sederhana dan kerja keras.
Lagi pula, kami sudah punya banyak tabungan. Suatu hari nanti kondisi
pasti membaik.
0 comments:
Post a Comment