Sunday 10 February 2013
Malam Tahun Baru
Saat
itu sore hari tanggal 31 Desember 1999. Suasana kantor kelihatan meriah
menyambut malam tahun baru. Kuangkat gagang telepon dan kutekan
beberapa nomor.
"Kringgg... kringgg... hallo", suara merdu yang sudah begitu hafal menyahut dari seberang sana.
"Hai manis... kemana kita malam ini", tanyaku.
"Tahu nih bingung mau kemana, terserah kamu dech..."
Suasana hening sesaat hingga aku memutuskan untuk nonton saja.
"Ya
sudahlah, berhubung kita sudah kemana-mana di Jakarta ini kita nonton
aja dulu di TIM baru nanti pas keluar kita lihat keadaan gimana."
Jam sudah menunjukkan pukul 18:30 ketika kami keluar kantor menuju TIM. Setengah jam kemudian kami sudah ada di sana.
"Mau
nonton apa nich?" tanyaku padanya yang terlihat memandang jalanan yang
mulai ramai oleh bunyi terompet dan petasan silih berganti.
"Itu aja, World Not Enough, yang jam 19:45 selesainya 'kan, jam sepuluh terus kita lihat mau kemana nanti."
Jam sepuluh lewat kami keluar dari TIM. Jalanan sudah begitu ramai kendaraan roda dua dan empat saling membunyikan klakson.
"Kemana nich?" tanyaku memecah kebingungan di antara kami.
"Endak tahu... kita ke Monas aja dech..." jawabnya kemudian.
Kuberhentikan
bajaj. Setelah tawar menawar sebentar, kami sudah di atas bajaj menuju
area Monas dan berhenti di Sabang. Saat itu jam sudah menunjukkan hampir
jam sebelas.
"Kita nyari
penginapaan aja dulu baru nanti jalan-jalan, masa mau nggak tidur
semalaman, nggak kuat aku", pintanya saat kami berjalan menyusuri jalan
Sabang yang ramai.
"Mau nginap dimana?" tanyaku kemudian.
"Ya udah nginap aja di hotel itu", katanya sambil menunjuk salah satu hotel di situ.
"Ya udah", jawabku sambil berjalan ke arah hotel yang ditunjukkannya.
Setelah
mengurus administrasi, sebentar kami sudah di dalam kamar sekarang. Jam
saat itu kulihat masih pukul sebelas seperempat. Setelah menutup pintu
kamar kulihat dia sedang di depan jendela memandang keluar. Perlahan
kudekati dan kudekap dia dari belakang secara perlahan.
"Mau kemana sekarang sayang", tanyaku. Tanpa menoleh ia menjawab,
"Entahlah aku pusing kalau lihat banyak orang dan berjubel."
"Ya sudahlah, kita di sini sajalah", jawabku sambil merapatkan pelukkanku dari belakang.
Perlahan
kucium tengkuknya terus merayap ke belakang telinganya. Kulihat di kaca
ia memejamkan matanya menikmati ciummanku. Perlahan kuputar badannya
hingga sekarang kami saling berhadapan. Kucium bibirnya perlahan sambil
menunggu reaksi darinya dan saat ia mulai bereaksi membalas mengulum
bibirku, dalam beberapa detik lidah kami sudah saling bergelut.
"Mmmhh... mmmhhh... mmmhhh..." hanya itu yang bisa keluar dari mulut
kami yang saling berpagut dengan rapat. Perlahan kuturunkan tanganku
yang memegang kedua pipinya ke arah dadanya dan perlahan kuremas dengan
lembut. "Aaahhh", erangannya mengendurkan ciuman bibirnya menikmati
remasanku di dada. Matanya terpejam dan nafasnya terlihat cepat saat
tangan kananku beralih ke arah selangkangannya dan mengelusnya dari luar
celana kainnya. Sementara tangan kirinya juga mengelus selangkanganku
juga dari luar celana panjangku.
Sepuluh
menitan kami hanya saling berciuman dan saling mengelus. Kemudian
perlahan kubuka kaos dan tampaklah buah dadanya yang berukuran 34C.
Sambil masih mencium bibirnya, perlahan kubuka kaitan BH di punggungnya
dan bebaslah kedua buah dada itu dari tempatnya dan sudah kelihatan
mengeras. "Aaahhh... ooohhh..." erangnya saat kedua tanganku meremas
kedua buah dadanya yang telah mengeras itu. Beberapa menit kemudian
kupindahkan ciumanku dari bibirnya perlahan melewati lehernya ke arah
buah dadanya. "Oohhh... aaahh... ohhh", dessahnya semakin keras ketika
kukulum dengan keras puting susunya sebelah kanan, sementara tangan
kiriku masih meremas yang sebelah kiri dan tangan kananku masih mengelus
kemaluannya yang masih terbungkus celana panjangnya.
Kuhentikan
kulumanku dan perlahan kubuka kancing celana panjangnya dan dengan
cepat kutarik ke bawah sekalian celana dalamnya, sementara ia dengan
cepat juga melepas baju dan celana yang kukenakan. Dalam sekejap kami
sudah sama-sama telanjang. "Kamu cantik..." kataku saat kutatap tubuh
telanjangnya sambil menarik tangannya dan dalam sekejap telah ada dalam
pelukanku. "Aahhh..." hanya itu yang keluar dari mulutnya saat
kehangatan tubuh kami menyatu dalam pelukan. Perlahan kami berjalan
menuju ranjang dan dalam beberapa detik kami sudah saling bergumul di
atas ranjang. "Oohhh... terus... Masss... aaahhh", desahnya kembali
ketika puting susunya kembali kukulum dan lubang kemaluannya yang telah
terbuka kuelus. "Ya, remas terus sayang... ohhh enak sekali... " kataku
saat dia memegang batang kemaluanku dan mulai mengocoknya secara
perlahan.
Perlahan
kurubah posisiku di atasnya dan perlahan kuarahkan batang kemaluanku ke
liang kemaluannya, tapi kutahan agar tidak masuk, hanya menggeseknya
saja. "Ooohh... Maasss..." desahnya saat perlahan sekali kugesekkan
batang kemaluanku ke bibir kemaluannya yang sudah basah berdenyut
-denyut. "Oohhh enak sekali sayang", erangku mengikuti pinggulnya yang
mulai bergoyang kenikmatan. Hanya beberapa menit kemudian kami memutar
balik, giliran dia yang di atas, masih saling mengesekkan kemaluan
masing-masing.
"Masukkin Mass... aku udah nggak tahan", katanya memelas dengan mata setengah terpejam.
"Tahan
dulu sayang... aku belum begitu panas nich", jawabku ingin lebih lama
pemanasannya, sementara ia terus menerus mengerang nggak tahan.
"Aduhhh... ohhh jangan berhenti dong..." pintanya saat acara gesekkan itu kuhentikan karena ingin ganti yang lain.
"Aku haus nich... mau minum cairan kewanitaanmu", perlahan ia memutar badannya yang masih di atas tubuhku.
"Hhmmm", gumamku ketika aroma dari lubang kenikmatannya segera menyergap mukaku.
"Ssruupp... mmmhhh..." suara mulutku yang mulai melumat bibir kemaluannya yang sangat merangsang.
"Oohhh... terusss... yaaa", erangku saat meyadari batang kemaluanku mulai dikulum olehnya. Oohh, sungguh nikmat.
Kulihat
dia mungulum kepala kemaluan terus menjilati batangnya, mengulum lagi,
menjilati lagi sambil tangannya mengelus buah zakarku yang menggembung.
"Terus sayang... terus... enakk..." bisikku disela-sela mengulum bibir kemaluannya dan menghisap cairan yang meleleh di sana.
"Aahhh Masss... terus Mass aku sudah mau nyampe", katanya sambil menekankan pinggangnya lebih rapat ke mukaku.
"Iya terus... Maasss.. ennaak Mass..." desahnya.
Kupercepat permainan lidahku sambil kedua tanganku mempermainkan klitorisnya.
"Aaahhh... " akhirnya sampai juga dia orgasme.
Kumainkan
tanganku perlahan untuk memberi waktu ia menikmati orgasmenya. Perlahan
kuubah posisiku di atas tubuhnya ketika nafasnya mulai normal dan
perlahan sambil kucium dan kuremas buah dadanya. Kuarahkan kepala
kemaluanku ke arah liang kemaluannya dan sedikit demi sedikit kudorong
ke depan memasukinya.
"Oohhh... nikmat sekali..." batinku merasakkan nikmatnya gesekan pada batang kemaluanku.
"Aahhh Maass..." erangnya lagi ketika seluruh kemaluanku telah amblas masuk ke dalam kemaluannya.
Nafasnya mulai memburu dan matanya mulai terbuka dan tertutup ketika batang kemaluanku mulai kumaju-mundurkan perlahan.
"Ohhh... yaa... terus Mass... teruss... enak Mass..." ceracaunya menikmati setiap gerakan di liang kemaluannya.
"Enak
sekali... terus... ya goyang terus sayang... enak sekali", pintaku
merasakan jepitan otot lubang kemaluannya yang masih sempit. Keringat
semakin mengucur deras di tubuh kami yang sedang berpacu menikmati
kenikmatan dunia.
Hampir setengah jam ketika kurasakan mulai terasa ada desakan dalam kemaluanku minta keluar.
"Aku mau keluar nich... " sambil kupercepat sodokanku pada liang kemaluannya.
"Maass...
aku sudah nggak tahan... terus Mass lebih cepat Mass..." desahnya
sambil menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Sementara tangannya
meremas seprei dengan kuat.
"Mass...
aku keluar... aahhh..." teriaknya sambil menekankan kedua kakinya di
atas pinggangku, sementara kedua tangannya menarik tubuhku.
Kupercepat doronganku begitu merasakan jepitannya yang lebih kuat hingga...
"Aahhh...
hhh..." dengan cepat kutarik kemaluanku dan segera kuarahkan ke
mulutnya dan dengan cepat dikulumnya bersamaan dengan keluarnya spermaku
ke mulutnya.
"Oohhh... enak
sekali... ahhh... sudah sayang, aku nggak kuat lagi..." kataku ketika ia
masih saja mengulum kemaluanku sambil menikmati cairan spermaku dan
menelan semuanya.
Perlahan
kugulingkan badanku ke samping badannya, keringat serasa membanjir di
tubuh kami. Aku dan dia diam beberapa saat menikmati sisa-sisa
kenikmatan yang telah tercapai, hingga kami tertidur masih dalam keadaan
telanjang dan berpelukan.
0 comments:
Post a Comment